Suara.com - Aksi 22 Mei 2019 mendatang disebut-sebut bisa memancing pergerakan aksi terorisme. Bertepatan pada tanggal itu pula, diumumkan hasil pemilihan kepala negara.
Dilansir dari South China Morning Post, meski para teroris yang diduga terdiri dari orang-orang dengan pengalaman pertempuran di Suriah telah diamankan pihak kepolisian Indonesia, namun teroris lainnya masih memantau.
Teroris yang diamankan kepolisian Indonesia diduga adalah anggota kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang terkait dengan Negara Islam, yang bertanggung jawab atas serangkaian serangan teror di seluruh Indonesia selama empat tahun terakhir.
Terbaru, kepolisian Indonesia kembali menangkap terduga teroris yang rencananya akan melakukan aksi terorisme pada saat pengumuman kepala negara terpilih.
Momentum itu dipilih para teroris untuk memanfaatkan panasnya tensi politik akibat tak terimanya Prabowo Subianto atas kemenangan Joko Widodo.
Para pengamat mengatakan, para teroris ingin memanfaatkan atmosfer yang bergolak ini untuk tujuan mereka sendiri, dan memanfaatkan tanda-tanda kekacauan untuk melakukan serangan.
"Narasi yang intens dari para elit politik untuk mendelegitimasi proses pemilihan 2019 dan hasil melalui tipuan dan informasi yang salah telah melahirkan hot spot berbahaya yang telah membangkitkan sel-sel teroris yang tertidur," kata Setara Institute, sebuah organisasi hak asasi manusia, dalam sebuah pernyataannya.
"Penangkapan tersangka anggota JAD yang dituduh merencanakan serangan semakin menguatkan anggapan bahwa kelompok-kelompok teroris akan mengendarai suasana panas pemilu 2019 untuk kepentingan politik mereka sendiri," tambahnya.
Pekan lalu, Densus 88 pasukan anti terorisme kepolisian Indonesia, menemukan dua bom rakitan yang mengandung bahan triacetone triperoxide yang sangat eksplosif ketika dilakukan penggerebekan sebuah toko telepon seluler di Bekasi.
Baca Juga: Wiranto: Pangdam dan Kapolda Ajak Masyarakat Tak ke Jakarta pada 22 Mei
Pemilik toko, EY alias Rafli, telah ditangkap karena dicurigai sebagai anggota JAD dan membuat bom sendiri menggunakan keterampilan yang dia pelajari dari internet.
Indonesia yang merupakan negara mayoritas muslim terbesar di dunia, telah mengalami sejumlah serangan teror besar yang dilakukan oleh kelompok-kelompok militan yang memiliki hubungan dengan jaringan jihad global seperti Al-Qaeda dan ISIS selama dua dekade terakhir, termasuk bom gereja Surabaya tahun 2018 di Surabaya dan bom Bali 2002 yang menewaskan 202 orang.
"Diperkirakan ada 3.000 jihadis di Indonesia. Mereka sedang menonton dan menunggu kekacauan. Yang merupakan momen di mana mereka akan menyerang," kata Sofyan Tsauri, mantan anggota Al-Qaeda Asia Tenggara.
"Sebagai mantan jihadis, aku bisa bilang aku khawatir," Sofyan menambahkan.
Robi Sugara, seorang analis kontraterorisme di Universitas Islam Syarif Hidayatullah mengatakan, setiap kelompok teroris yang ia ajak bicara ingin konflik itu terjadi di Indonesia, karena itu akan membuka pintu jihad.
“Masalah kekacauan dalam pemilihan ini menarik bagi (kelompok teroris) hanya dengan konflik mereka dapat bertaruh untuk membangun sistem (pemerintahan) yang mereka inginkan. Tidak mungkin mencapainya dengan demokrasi,” tambahnya.
Tag
- # aksi 22 mei 2019
- # aksi terorisme
- # teroris
- # Suriah
- # Jamaah Ansharut Daulah
- # JAD
- # Negara Islam
- # tensi politik
- # joko widodo
- # jokowi
- # prabowo subianto
- # Densus 88
- # Bom Rakitan
- # Jihad
- # alqaeda
- # bom gereja surabaya
- # Bom Bali
- # Sofyan Tsauri
- # Khilafah
- # Amien Rais
- # people power
- # jihadis
Berita Terkait
Terpopuler
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
Terkini
-
Islah di Menit Akhir? Mardiono dan Agus Suparmanto Bersatu Pimpin PPP
-
Aksi Perlawanan Menggema: Tuntut UU Ketenagakerjaan Berpihak ke Buruh!
-
Warga Dukung Pemekaran Kelurahan Kapuk: Semoga Urusan KTP Tak Lagi Ribet dan Bolak-balik
-
Perwira Junior Berpeluang Isi Jabatan Strategis, Prabowo Mau Hapus Kultur Senioritas di TNI?
-
Target Puncak Emisi Indonesia Mundur ke 2035, Jalan Menuju Net Zero Makin Menantang
-
Rakor Kemendagri Bersama Pemda: Pengendalian Inflasi sampai Imbauan Evaluasi Kenaikan Harga
-
Cegah Pencatutan Nama Buat Korupsi, Kemenkum Wajibkan Verifikasi Pemilik Asli Perusahaan via Notaris
-
Siap Rekonsiliasi dengan Kubu Agus, Mardiono Sebut Akan Difasilitasi 'Orang-orang Baik', Siapa?
-
Demo di Tengah Reses DPR: Mahasiswa Gelar 'Piknik Protes' Sambil Baca Buku, Cara Unik untuk Melawan
-
IETD 2025: Energi Bersih Bisa Jadi Mesin Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Bagaimana Caranya?