Suara.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bakal menambah sensor atau alat pendeteksi gempa di Kutai Kartanegara dan Penajam Paser Utara. Dua daerah di Kalimantan Timur itu baru saja ditetapkan sebagai lokasi ibu kota baru penganti Jakarta.
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono mengungkapkan pihaknya akan merapatkan sensor gempa yang mengelilingi Pulau Kalimantan.
"Di 2019 ini sudah ada tujuh, 2020 nanti sudah kita rencanakan dan sudah kita plot ada 13, tapi karena ini Ibu Kota sudah diputuskan di sana kita akan tambahkan 10 kemungkinan, jadi kemungkinan total 23 unit akan kita tambahkan di 2020. Kita akan memperapat lagi di Kalimantan," kata Rahmat saat dihubungi Suara.com, Senin (26/8/2019).
Proses pemetaan untuk mendirikan sensor gempa tersebut akan dibahas lebih lanjut dengan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional yang sedang memetakan tata ruang ibu kota baru.
"Walaupun hanya butuh luasan 10x10 meter kan harus seijin dari tata ruang, karena areanya sudah diumumkan bahwa itu area Ibu Kota, kalau kemarin kan kalau kita mau pasang mudah tinggal kontak pemda, kalau sekarang kita harus ikut tata ruang juga," jelasnya.
Rahmat menuturkan, apabila sensor gempa tidak harus terlalu banyak dipasang di Kaltim, bukan berarti ibu kota baru tidak terlindungi, sebab sensor gempa memiliki kemampuan radius deteksi yang luas.
"Prinsipnya sensor itu sendiri tidak harus di area itu karena sensor itu mencatat pada jarak radius yang cukup jauh, jadi bukan berarti kalau di Kaltim atau di area ibu kota tidak terpasang bukan berarti tidak mampu mendeteksi gempa di sekitar Ibu Kota," tutup Rahmat.
BMKG sebelumnya juga memastikan bahwa Pulau Kalimantan secara umum relatif aman dari ancaman gempa bumi sebab Pulau Kalimantan memiliki jumlah struktur sesar aktif yang jauh lebih sedikit daripada pulau-pulau lain di Indonesia.
Baca Juga: Ada Tiga Cluster Infrastruktur Ibu Kota Baru di Kalimantan Timur
Kedua, Pulau Kalimantan lokasinya cukup jauh dari zona tumbukan lempeng (megathrust), sehingga suplai energi yang membangun medan tegangan terhadap zona seismogenik di Kalimantan tidak sekuat dengan akumulasi medan tegangan zona seismogenik yang lebih dekat zona tumbukan lempeng.
Ketiga, beberapa struktur sesar di Kalimantan kondisinya sudah berumur tersier sehingga segmentasinya banyak yang sudah tidak aktif lagi dalam memicu gempa.
Berita Terkait
-
Jangan sampai Masalah Banjir hingga Polusi Jakarta Terjadi di Ibu Kota Baru
-
Gubernur Kaltim: Ibu Kota Baru Ada di Kecamatan Samboja dan Sepaku
-
Kaltim Jadi Ibu Kota Baru RI, Bukit Soeharto Bakal Direhabilitasi
-
Ada Tiga Cluster Infrastruktur Ibu Kota Baru di Kalimantan Timur
-
6 Destinasi Wisata di Kutai Kartanegara, Lokasi Ibu Kota Baru Indonesia
Terpopuler
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Jabotabek Mulai Ditinggalkan, Setengah Juta Kendaraan 'Eksodus' H-5 Natal
-
Mubes Warga NU Keluarkan 9 Rekomendasi: Percepat Muktamar Hingga Kembalikan Tambang ke Negara
-
BNI Bersama BUMN Peduli Hadir Cepat Salurkan Bantuan Nyata bagi Warga Terdampak Bencana di Sumatra
-
Relawan BNI Bergabung dalam Aksi BUMN Peduli, Dukung Pemulihan Warga Terdampak Bencana di Aceh
-
Pakar Tolak Keras Gagasan 'Maut' Bahlil: Koalisi Permanen Lumpuhkan Demokrasi!
-
Gus Yahya Ngaku Sejak Awal Inginkan Islah Sebagai Jalan Keluar Atas Dinamika Organisasi PBNU
-
Rais Aam PBNU Kembali Mangkir, Para Kiai Sepuh Khawatir NU Terancam Pecah
-
Puasa Rajab Berapa Hari yang Dianjurkan? Catat Jadwal Berpuasa Lengkap Ayyamul Bidh dan Senin Kamis
-
Doa Buka Puasa Rajab Lengkap dengan Artinya, Jangan Sampai Terlewat!
-
Pedagang Korban Kebakaran Pasar Induk Kramat Jati Mulai Tempati Kios Sementara