Suara.com - Meski baru sembilan beroperasi, kehadiran Moda Raya Transportasi (MRT) sudah dirasakan manfaatnya bagi Warga Jakarta. Tak bisa dipungkiri, MRT yang digadang-gadang menjadi salah satu proyek prestisius terus memperbaiki kualitas untuk bisa bersaing dengan moda transportasi serupa dengan negara lain.
Direktur Operasi dan MRT Jakarta Muhammad Effendi mengatakan, MRT Jakarta sudah setara dengan operator-operator MRT yang ada di negara maju.
"Kita harusnya sudah bisa jadi World Class Operator setara dengan operator-operator yang ada di dunia seperti Jepang, Hongkong, Singapura," ujar Effendi di Depo MRT kepada wartawan.
Effendi mengatakan MRT Jakarta memiliki keunggulan seperti operator-operator yang ada di dunia. Keunggulan tersebut diantaranya yakni kereta MRT Jakarta yang merupakan buatan Jepang dan kereta MRT Jakarta memiliki 16 kereta.
"Saya berani ngomong kenapa (MRT Jakarta setara) world class? kami punya saat ini 16 train sets, 14 saat dioperasikan dua backup. Ini harus selalu ada backup. Jadi begitu 14 kereta di luar, harus ada buat kereta yang standby. In case kalau ada kerusakan bisa digantikan," katanya.
Untuk jarak waktu tempuh MRT Jakarta, kurang lebih sudah bisa memangkas waktu di tengah kemacetan kota Jakarta. Sebagai perbandingan, perjalanan menggunakan MRT dari Stasiun Bundaran HI menuju Lebak Bulus yang berjarak sekitar 16 kilometer, kini bisa ditempuh 30 menit. Padahal, jika menggunakan kendaraan lainnya tentunya akan menghabiskan waktu sekitar satu hingga dua jam lebih.
Didukung dengan kecepatan maksimum kereta MRT Jakarta mencapai 100 kilometer per jam di daerah elevated (jalur Layang) dan kecepatan 80 kilometer di underground (jalur bawah tanah) yang tentunya menjadi harapan baru dalam mendukung aktivitas masyarakat Jakarta.
Tak hanya itu, ada enam gerbong yang beroperasi untuk mengangkut penumpang. Kemudian panjangnya sendiri mencapai 1.800 dan untuk tiap stasiun didesain dengan panjang maksimal hingga 8 gerbong.
Selain itu, MRT Jakarta memiliki sistem persinyalan yang berbeda dengan kereta commutter yakni Communication Based Train Control (CBTC). Ditambah efektivitas dengan memanfaatkan teknologi dalam pengoperasian MRT yang berbasis Operation Control Center (OCC) sehingga menjadikannya lebih unggul dibanding kereta commuter. Bahkan, Effendi menuturkan, jika dalam keadaan darurat, masinis bisa mengoperasikan kereta tersebut.
Baca Juga: Banjir Tahunan Jakarta, Tak Perlu Takut Naik MRT
"Jadi kereta MRT ini gampangnya bukan dioperasikan oleh masinis, tapi oleh OCC, operation control center. Jadi semua pengendalian kereta itu bukan oleh masinis. Masinis itu hanya keadaan emergensi. Jadi, kalau memang terjadi emergensi, masinis akan mengendalikan. Kalau di Jakarta, kami takut kalau enggak ada masinis orang enggak akan naik, kereta gimana menjalankannya. Tapi kita kan masih padat karya masih butuh masinis paling tidak bisa memanfaatkan sumber daya," ucap dia.
Effendi mencontohkan saat pemadaman listrik di Jakarta beberapa bulan lalu, kereta MRT Jakarta otomatis akan berhenti. Dalam kondisi tersebut masinis memiliki peran mengendalikan kereta secara manual. Kata Effendi, di berbagai negara ada yang memakai sistem dan masih mengandalkan masinis.
"Kalau kita (pemadaman listrik nasional) Emergency Break, mati langsung. Lisensi Jepang paling aman itu. Jadi lebih aman untuk MRT Jakarta, karena kita baru, masinisnya baru. Kebayang kan kalau keretanya meluncur, kontrolnya nggak akan segampang itu. Jadi kita kita putuskan pakai Emergency Break dan evakuasi dan itu yang paling aman," kata Effendi.
Meski begitu, Ia pun memastikan di fase kedua nanti, MRT Jakarta akan tetap menggunakan masinis.
"Ke depan fase kedua masih sama karena satu jalur sistemnya sama, tapi kalau kita berpikir tanpa masinis," katanya.
Selain itu, untuk mendukung kenyamanan, MRT Jakarta didesain oleh kontraktor internasional.
Berita Terkait
-
Banjir Tahunan Jakarta, Tak Perlu Takut Naik MRT
-
Dibangun di Bawah Sungai, Pembangunan MRT Fase II Akan Lebih Sulit
-
Sebelum Naik MRT, Warga Jakarta Bisa Pinjam Buku di Pojok Baca
-
Cegah Ojol Ngetem, Transit Plaza Stasiun MRT Lebak Bulus Diresmikan
-
Begini Penampakan Parkir Sepeda di Stasiun MRT Cipete Raya
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
KPK Akhirnya Ambil Alih Kasus Korupsi Petral dari Kejagung, Apa Alasannya?
-
KPK Selidiki Korupsi Google Cloud, Kuasa Hukum Bantah Nadiem Makarim Terlibat
-
Kemenpar Dukung Pesta Diskon Nasional 2025: Potongan Harga 20-80 Persen!
-
Sadis! Pembunuh Guru di OKU Ternyata Mantan Penjaga Kos, Jerat Leher Korban Demi Ponsel
-
Gebrakan Menhan-Panglima di Tambang Ilegal Babel Dikritik Imparsial: Pelanggaran Hukum, Tanda Bahaya
-
Otak Pembakar Rumah Hakim PN Medan Ternyata Mantan Karyawan, Dendam Pribadi Jadi Pemicu
-
Dari IPB hingga UGM, Pakar Pangan dan Gizi Siap Dukung BGN untuk Kemajuan Program MBG
-
Menhaj Rombak Skema Kuota Haji: yang Daftar Duluan, Berangkat Lebih Dulu
-
Isu Yahya Cholil Staquf 'Dimakzulkan' Syuriyah PBNU, Masalah Zionisme Jadi Sebab?
-
Siap-siap! KPK akan Panggil Ridwan Kamil Usai Periksa Pihak Internal BJB