Suara.com - Josephine Ecclesia, pramugari Garuda Indonesia yang juga tergabung dalam Serikat Pekerja Ikatan Awak Kabin Garuda Indonesia (IKAGI) mengaku mendapat perlakuan diskriminatif ketika bekerja di perusahaan yang pernah dipimpin Ari Askhara.
Hal itu diungkap Josephine dalam acara ILC TV One bertajuk Ketika Garuda 'Diserempet' Moge pada Selasa (10/12/2019) malam.
Salah satu perlakukan diskrimasi yang didapat awak kabin yakni durasi jam kerja 18 jam, bagai robot. Menurut Josephine hal itu sudah bukan menjadi rahasia umum.
"Garuda memberikan jam kerja kepada awak kabin seperti robot. Penerbangan Melbourne PP, Sydney PP di mana dilakukan malam hari dan kita harus kembali lagi ke Jakarta tanpa istrihat malam," kata Josephine.
Menurut Josephine, sistem kerja seperti robot itu berpengaruh pada pelayanan yang diberikan awak kabin kepada penumpang. Tak jarang dari mereka melakukan kesalahan, terlebih dalam kondisi di bawah tekanan.
"Bagaimana dalam keadaan emergency "evacuate-evacuate", tiba-tiba kita bukan evacuate tapi malah nyalain senter. Saking kita bingung, padahal evacuate itu, kita benar-benar harus melihat di mana kita mendarat, di air kah, atau di darat. Bagaimana nanti penumpang yang di dalam harus kita selamatkan, ada berapa ibu hamil, bayi dan penumpang yang tak bisa jalan," kata dia.
Karni Ilyas lantas menanyakan durasi kerja normal untuk pramugari. Josephine menjawab, "Pramugari ada standar minimum dan standard service. Kalau minimum 14 jam. Jadi kalau kita mau terbang lebih, ditambah dua jam harus ada ekstra satu awak kabin lagi."
Untuk itu, ia meminta agar Garuda Indonesia mempertimbangkan kembali kebijakan durasi kerja seperti robot karena hal itu berdampak untuk jangka panjang.
Lebih lanjut, Josephine menambahkan, buntut dari jam kerja seperti robot banyak awak kabin yang sakit hingga harus mendapat perawatan intesif.
Baca Juga: Prank Bunuh Diri, Cara Pansos Artis dan Influencer yang Menyedihkan
"Yang kasian ini scheduling Bang Karni, nggak tau iseng atau apa. Mereka nggak bisa mikir lagi orang-orang yang bisa jalanin schedule atau apa. Sekali dia kena, dia terus yang kena. Dan sampai teman-teman ini banyak yang opname," ungkapnya.
Alih-alih awak kabin tepergok curhat di media sosial tentang sakitnya, mereka bisa diskors dalam jangka waktu yang tidak pasti.
"Tiba-tiba opname, update status. Bikin statusnya gini: Kerja nggak usah susah payah banget. Perusahaan senang, nanti kalau kita sakit, perusahaan cari karyawan baru," kata Josephine.
"Nah itu, nanti kalau ketahuan (bikin status) unit awak kabin, nanti langsung diskors, tiga bulan kadang nggak jelas. Itu katanya kita nggak profesional. Tapi tolong dong, kalian menganggap awak kabin ini robot atau manusia?" imbuhnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Bobby Nasution Berikan Pelayanan ke Masyarakat Korban Bencana Hingga Dini Hari
-
Pramono Anung Beberkan PR Jakarta: Monorel Rasuna, Kali Jodo, hingga RS Sumber Waras
-
Hujan Ringan Guyur Hampir Seluruh Jakarta Akhir Pekan Ini
-
Jelang Nataru, Penumpang Terminal Pulo Gebang Diprediksi Naik Hingga 100 Persen
-
KPK Beberkan Peran Ayah Bupati Bekasi dalam Kasus Suap Ijon Proyek
-
Usai Jadi Tersangka Kasus Suap Ijon Proyek, Bupati Bekasi Minta Maaf kepada Warganya
-
KPK Tahan Bupati Bekasi dan Ayahnya, Suap Ijon Proyek Tembus Rp 14,2 Miliar
-
Kasidatun Kejari HSU Kabur Saat OTT, KPK Ultimatum Segera Menyerahkan Diri
-
Pengalihan Rute Transjakarta Lebak Bulus - Pasar Baru Dampak Penebangan Pohon
-
Mendagri: Pemerintah Mendengar, Memahami, dan Menindaklanjuti Kritik Soal Bencana