Suara.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta kepada Menteri Perdagangan Agus Suparmanto dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mempercepat negoisasi perjanjian-perjanjian kemitraan ekonomi yang komprehensif.
"Kalau perlu tiap hari kejar terus untuk negara-negara potensial yang menjadi ekspor produk bagi kita yang kita belum memiliki perjanjian kemitraan," ujar Jokowi saat memberikan pengantar di rapat terbatas di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (11/12/2019).
Jokowi juga meminta tim negoisasi untuk betul-betul kuat dan terus-menerus melakukan negosiasi. Sehingga kata dia, peluang ekspor bisa masuk ke negara.
"Ini yang harus kita petakan dan kita ajak para eksportir untuk memaksimalkan eksekusinya. Untuk dalam negeri kita harus selesaikan beberapa pekerjaan rumah, memangkas berbagai regulasi yang menghambat kinerja ekspor, pembenahan akses pembiayaan ekspor," kata dia.
Fokus utama pemerintah kata Jokowi, menjaga pertumbuhan ekonomi agar tetap positif dan menekan defisit transaksi berjalan, serta pada saat bersamaan memperbesar surplus neraca perdagangan.
"Fokus kita saat ini dan ke depan adalah menjaga pertumbuhan ekonomi agar tetap positif dan menekan defisit transaksi berjalan, serta pada saat yang sama memperbesar surplus neraca perdagangan kita. Karena itu Kita harus konsentrasi pada langkah-langkah terobosan untuk pengurangan angka impor kita," ucap Jokowi.
Menurutnya jika merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS) impor bahan baku atau bahan baku penolong memberikan kontribusi yang besar yaitu 74,06 persen dari total impor di bulan Januari sampai Oktober 2019. Sementara impor barang modal angkanya mencapai 16,65 persen dan impor barang konsumsi sebesar 9,29 persen.
Kemudian jenis barang bahan baku yang masih besar angka impornya antara lain besi baja yang mencapai USD 8,6 miliar dan petrokimia yang mencapai USD 4,9 miliar.
"Beranjak dari data tersebut, saya minta peluang investasi, tolong digaris bawahi industri substitusi impor harus dibuka lebar, berarti tadi, besi baja, industri kimia atau Petrokimia ini harus betul-betul harus dibuka, karena ini merupakan substitusi impor. tolong ini jadi catatan BKPM (Bahlil) dan Menko Maritim dan Investasi (Luhut)," katanya.
Baca Juga: Amnesty International: Jokowi Cuma Cari Simpati Mau Hukum Mati Koruptor
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 5 Mobil Bekas yang Perawatannya Mahal, Ada SUV dan MPV
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
Pilihan
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
Libur Nataru di Kota Solo: Volume Kendaraan Menurun, Rumah Jokowi Ramai Dikunjungi Wisatawan
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga
-
Genjot Konsumsi Akhir Tahun, Pemerintah Incar Perputaran Uang Rp110 Triliun
Terkini
-
Viral Dosen UIM Makassar, Ludahi Kasir Perempuan Gegara Tak Terima Ditegur Serobot Antrean
-
Jadi Wilayah Paling Terdampak, Bantuan Akhirnya Tembus Dusun Pantai Tinjau Aceh Tamiang
-
Elite PBNU Sepakat Damai, Gus Ipul: Di NU Biasa Awalnya Gegeran, Akhirnya Gergeran
-
Ragunan Penuh Ribuan Pengunjung, Kapolda: 151 Polisi Disiagakan, Copet Nihil
-
Tolak UMP 2026, Buruh Bakal Gugat ke PTUN dan Kepung Istana
-
Kecelakan Hari Ini: Motor Kebut Tabrak Viar Pedagang Tahu Bulat di Kalimalang, Satu Pemuda Tewas
-
Buruh Tolak Keras UMP Jakarta 2026: Masa Gaji Bank di Sudirman Kalah dari Pabrik Panci Karawang
-
Kasus Ilegal Akses Akun Mirae Mandek, Korban Kini Ngaku Kecewa dan Merasa Ditekan
-
Presiden Prabowo Telepon Hotman di Hari Natal, Puji Buka Lapangan Kerja: Hebat Kau!
-
Sama-sama 'Somali' Beda Nasib: Di Mana Letak Somaliland dan Apa Bedanya dengan Somalia?