Suara.com - Presiden Jokowi dinilai cuma cari simpati publik dengan menyebut mau hukuman mati untuk koruptor. Jokowi mengatakan hukuman mati terhadap koruptor bisa diterapkan bila masyarakat menginginkan.
Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia, Usman Hamid menyatakan, usaha Jokowi membasmi korupsi tidak sejalan dengan ucapannya yang mengizinkan hukuman mati pada koruptor.
"Hukuman mati hanya digunakan para pemimpin untuk membangun sentimen simpati. Seolah-olah dia (Jokowi) sungguh-sungguh dalam menegakkan hukum yang keras, padahal dalam kenyataanya justru sebaliknya," ujar Usman Hamid, Selasa (10/12/2019).
Mantan Koordinator KontraS (Komite untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan) itu menyebut, hukuman mati sesungguhnya tidak manusiawi dan merendahkan martabat manusia. Hukuman mati tidak bisa diterapkan pada semua jenis kejahatan, termasuk kejahatan korupsi.
"Apalagi tindak pidana korupsi dalam hukum internasional belum dikategorikan the most serious crime," terangnya.
Lebih lanjut ia menilai hukuman mati juga tidak menimbulkan efek jera bagi pelaku kejahatan. Negara yang tidak menerapakan hukuman mati justru tidak memiliki gangguan keamanan yang tinggi, seperti negara-negara Eropa dan Australia.
"Misalnya Australia, negara yang justru tingkat kriminalitasnya sangat rendah. Jadi tidak ada korelasi apalagi kausalitas hubungan sebab akibat antara hukuman mati dengan berkurangnya kejahatan tiap tahun," ucapnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
- Mengintip Rekam Jejak Akira Nishino, Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Link Download Logo Hari Santri 2025 Beserta Makna dan Tema
- Baru 2 Bulan Nikah, Clara Shinta Menyerah Pertahankan Rumah Tangga
Pilihan
-
5 Laga Klasik Real Madrid vs Juventus di Liga Champions: Salto Abadi Ronaldo
-
Prabowo Isyaratkan Maung MV3 Kurang Nyaman untuk Mobil Kepresidenan, Akui Kangen Naik Alphard
-
Suara.com Raih Penghargaan Media Brand Awards 2025 dari SPS
-
Uang Bansos Dipakai untuk Judi Online, Sengaja atau Penyalahgunaan NIK?
-
Dedi Mulyadi Tantang Purbaya Soal Dana APBD Rp4,17 Triliun Parkir di Bank
Terkini
-
AI 'Bunuh' Media? Investor Kelas Kakap Justru Ungkap Peluang Emas, Ini Syaratnya
-
Mandiri Mikro Fest 2025, Langkah Bank Mandiri Perkuat Pertumbuhan Ekonomi Kerakyatan
-
Siasat Licik Bandar Libatkan Anak Jadi Kurir Narkoba, Bareskrim: Supaya Gampang Lepas!
-
PLN - BKPM Perkuat Kolaborasi di Sektor Ketenagalistrikan: Dorong Pertumbuhan Investasi
-
Hari Santri 2025, Sekjen PDIP Soroti Kiprah Bung Karno dalam Gerakan Dunia Islam
-
Tragedi Al Khoziny Jadi Pemicu, Prabowo Bentuk Ditjen Pesantren untuk Audit Nasional
-
Pesan Megawati di Hari Santri 2025 yang Menggetarkan Nasionalisme
-
Kunjungan Spesial Presiden Brasil: Penasaran dengan Program Makan Gratis di Jakarta
-
Sultan B. Najamudin Turun ke Sawah, Serahkan Alsintan dan Benih Jagung untuk Petani Bengkulu
-
Pemerintahan Prabowo Genap Setahun, Kemenhub Fokus Konektivitas dan Keselamatan