Suara.com - Mantan pemimpin Partai Masyumi Mohammad Natsir dan pendiri Partai Katolik Indonesia Ignatius Joseph Kasimo Hendrowahyono menjadi potret manusia toleran pasca kemerdekaan Indonesia. Utamanya soal menjaga toleransi di masa kini.
Rohaniwan Benny Susetyo menyampaikan bahwa Natal sejatinya menjadi momentum bagi bangsa Indonesia untuk merajut tali persaudaraan. Di tengah isu intoleransi yang kian marak belakangan ini, pria yang akrab disapa Romo Benny ini mengimbau agar setiap individu dapat mengingat kembali semangat persatuan dalam diri masing-masing.
"Maka dalam perspektif umat Kristiani, Natal itu selalu terkait dengan Allah yang mau memberikan cinta-Nya kepada umat manusia agar umat manusia itu hidup saling bersahabat satu dengan yang lain. Tidak membedakan suku, agama, etnis. Jadi natal itu momentum bagi kita untuk merakit persaudaraan, meskipun berbeda agama, keyakinan, suku, etnis, kita tetap menjadi WNI yang mempunyai harapan bahwa persaudaraan itu akan memperkokoh persatuan," papar Romo Benny saat diwawancarai DW Indonesia, Senin (23/12/2019).
Lebih lanjut ia menyoroti maraknya isu intoleransi yang terjadi di hampir seluruh dunia. Menurutnya intoleransi terjadi karena sempitnya pemahaman yang dimiliki individu-individu pelaku tindakan intoleran. Semakin eksklusif dirinya terhadap kelompoknya, semakin tertinggal pula pelaku tindakan intoleran di era keterbukaan sekarang ini.
"Intoleransi itu pemaksaan kehendak seseorang, dan itu mendominasi. Seseorang harus ikut dia (pelaku intoleran), kalau tidak ikut berarti lawan. Paham ini tumbuh karena pemahaman agama yang sempit yang tidak melihat situasi konteks zaman pada waktu itu. Terjadi terus karena akibat dari orang tidak mau belajar, saling memahami, saling mengerti pada dunia global," jelas Romo Benny.
Romo Benny lantas menyampaikan bahwa Hari Natal mencerminan kehidupan beragama laiknya sebuah bahari.
"Karena nenek moyang kita pelaut, bahari, berarti laut itu tempat perjumpaan kultur budaya. Natal itu perjumpaan manusia dengan segala ragam suku, etnis, budaya, dan perjumpaan Allah dan manusia dengan sikap baru, yaitu tidak ekslusif, tidak menganggap dirinya paling benar, terbuka, sikap mau mendengar, dan menjadi bijak."
Teladani Natsir dan Kasimo
Kepada DW Indonesia, Romo Benny mengaku tidak mempermasalahkan polemik larangan pengucapan selamat Natal oleh umat Muslim. Dia berpendapat, pengucapan selamat Natal merupakan hak setiap umat agama lain dan tidak dapat dipaksakan.
Baca Juga: Uniknya Pohon Natal Hidroponik di Gereja Kristus Raja Surabaya
Dia pun berharap masyarakat dapat meneladani dua tokoh nasional besar dalam menghargai perbedaan antar umat beragama di Indonesia. Kedua tokoh tersebut yaitu mantan pemimpin Partai Masyumi Mohammad Natsir dan pendiri Partai Katolik Indonesia Ignatius Joseph Kasimo Hendrowahyono.
"Dalam cerita bukunya Natsir itu jelas menceritakan bahwa Kasimo itu orang pertama yang memberi selamat Hari Raya Lebaran ketika Shalat Ied selesai. Kasimo menunggu di situ sampai selesai lalu memberi selamat Hari Lebaran. Sebaliknya Kasimo memberi kesaksian bahwa Natsir adalah orang pertama yang memberikan selamat Natal," papar Staf Khusus Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) ini.
Ramai menjadi perbincangan hangat ketika Sekretaris MUI Jatim Mocahamad Yunus memberikan imbauan bagi umat Muslim untuk tidak memberikan ucapan selamat Natal kepada umat Kristiani.
Saat dikonfirmasi, Wakil Ketua Umum MUI Zainut Tauhid menjelaskan hingga detik ini MUI Pusat belum pernah mengeluarkan fatwa tentang memberi ucapan selamat Natal kepada umat Kristiani. MUI pun mengembalikan masalah ini kepada umat Islam untuk mengikuti pendapat ulama yang sesuai dengan keyakinan mereka.
"MUI menghormati pendapat ulama yang menyatakan bahwa mengucapkan selamat Natal itu hukumnya haram atau dilarang oleh agama. Hal itu didasarkan pada argumentasi bahwa mengucapkan selamat natal itu bagian dari keyakinan agamanya. Begitu juga sebaliknya MUI menghormati pendapat ulama yang menyatakan bahwa mengucapkan selamat natal itu hukumnya mubah atau boleh dan tidak dilarang oleh agama, karena didasarkan pada argumentasi bahwa hal itu bukan bagian dari keyakinan agama tetapi sebatas memberikan penghormatan atas dasar hubungan kekerabatan, bertetangga, dan relasi antarumat manusia," jelas Zainut kepada DW Indonesia, Senin (23/12/2019).
Zainut pun mengimbau kepada masyarakat untuk arif dan bijaksana dalam menyikapi perbedaan pendapat tersebut dan tidak menjadikannya polemik berkepanjangan.
Tag
Berita Terkait
-
Dapat Ulos Dari Gereja HKBP Petojo, Anies: Akan Saya Pajang di Ruang Kerja
-
Uniknya Pohon Natal Hidroponik di Gereja Kristus Raja Surabaya
-
5 Negara Rayakan Natal Meriah bak di Negeri Dongeng
-
Merawat Kerukunan Umat Beragama Kampung Tugu Lewat Musik Keroncong
-
Bak Film Jurassic Park, Hutan di Magetan Ini Dihuni Puluhan Dinosaurus
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Tak Mau Naikkan Tarif Listrik Meski Subsidi Berkurang
-
Istana Tanggapi Gerakan 'Stop Tot Tot Wuk Wuk' di Media Sosial: Presiden Aja Ikut Macet-macetan!
-
Emil Audero Jadi Kunci! Cremonese Bidik Jungkalkan Parma di Kandang
-
DPR Usul Ada Tax Amnesty Lagi, Menkeu Purbaya Tolak Mentah-mentah: Insentif Orang Ngibul!
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
Terkini
-
Indonesia di Ambang Amarah: Belajar dari Ledakan di Nepal, Rocky Gerung dan Bivitri Beri Peringatan!
-
Ganggu Masyarakat, Kakorlantas Bekukan Penggunaan Sirene "Tot-tot Wuk-wuk"
-
Angin Segar APBN 2026, Apkasi Lega TKD Bertambah Meski Belum Ideal
-
Digerebek Satpol PP Diduga Sarang Prostitusi, Indekos di Jakbar Bak Hotel: 3 Lantai Diisi 20 Kamar!
-
Usai Siswa Keracunan Massal, DPR Temukan Ribuan SPPG Fiktif: Program MBG Prabowo Memang Bermasalah?
-
RUU Perampasan Aset Mesti Dibahas Hati-hati, Pakar: Jangan untuk Menakut-nakuti Rakyat!
-
Ucapan Rampok Uang Negara Diusut BK, Nasib Wahyudin Moridu Ditentukan Senin Depan!
-
Survei: Mayoritas Ojol di Jabodetabek Pilih Potongan 20 Persen Asal Orderan Banyak!
-
Sambut Putusan MK, Kubu Mariyo: Kemenangan Ini Milik Seluruh Rakyat Papua!
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri