Suara.com - Menilik kembali ke belakang, Tokyo yang terletak di dataran yang dilintasi oleh lima sistem sungai deras dan puluhan sungai individual yang dapat membengkak secara alami setiap musim, mengakibatkan Ibu kota Jepang ini dulunya menjadi sasaran empuk bencana banjir.
Dilansir Suara.com dari Laman BBC.com, dalam beberapa dekade terakhir, ibu kota Jepang telah menyempurnakan seni mengatasi hujan tifonik dan aliran-airan sungai yang deras pembawa banjir dengan teknologi katedral bawah tanah ini.
Dijelaskan lebih lanjut, katedral yang tersembunyi 22 meter di bawah tanah yang memiliki sistem terowongan sepanjang 6,3 km dan ruang silinder yang menjulang, super besar.
Cecilia Tortajada, Ahli Kebijakan Air dari Institut Kebijakan Publik Lee Kuan Yew, mengingat kembali bagaimana ketika ia memasuki area katedral atau waduk yang memiliki puluhan pilar seberat 500 ton dengan kuatnya menopang langit-langit waduk, membuat anda akan merasa sangat kecil.
Katedral yang rampung pembuatannya pada tahun 2006, setelah dikerjakan selama 13 tahun ini lah yang melindungi Tokyo Utara dari banjir, dan merupakan bagian dari Saluran Pembuangan Bawah Tanah Metropolitan (MAOUDC).
Saluran Pembuangan Bawah Tanah Luar Kota Metropolitan (MAOUDC) senilai USD 2 miliar dan katedral air banjir adalah salah satu prestasi rekayasa paling mengesankan di ibu kota, sekaligus menjadi fasilitas air banjir pengalihan terbesar di dunia.
Bekerja dengan cara mengisap air dari sungai kecil dan menengah di Tokyo Utara, kemudian memindahkannya ke Sungai Edo yang lebih besar.
Di dalamnya, terdapat tangki-tangki yang saling terhubung melalui jaringan terowongan. Masing-masing tangki ini dikatakan cukup besar untuk menampung pesawat ulang-alik atau Patung Liberty.
Saluran pembuangan ini terhubung ke 13.000 pompa tenaga kuda yang siap melepaskan air dari Selat. Jika pompa menyala, Hanya perlu dua hingga tiga detik untuk mengosongkan kolam, karena mereka dapat mendorong 200 ton air per detik.
Baca Juga: Banjir Jakarta 2020: Jalan Tol Ikut Tergenang, Begini Kata Pengamat
Inaoka dari Kapan Internatioanl Corporate Agency (JICA) menyebut, saluran dan katedral ini seperti fasilitas fiksi ilmiah, yang dikerjakan oleh para ahli dari seluruh dunia.
Tantangan Perubahan Iklim
Teknologi canggih katedral air banjir dan saluran ini meskipun digadang-gadang dapat menyelamatkan Jepang dari banjir, namun Inaoka mengakui bahwa perubahan pola curah hujan akan menjadi tantangan besar bagi infrastruktur ini.
Badan Meteorologi Jepang mengatakan, ada perubahan curah hujan di Jepang selama abad ke-21 ini. Curah hujan meningkat 10%, dan dapat menjadi 19% saat musim penghujan.
"Sayangnya, tindakan pengendalian banjir dalam visi perubahan iklim belum ditetapkan di Jepang," kata Tsuchiya, direktur Japan Riverfront Research Center.
Pada tahun 2018, tambah Tsuciya, hujan lebat di Jepang Barat menewaskan ratusan orang dan menyebabkan jutaan kerusakan ekonomi ketika sungai meluap dan meluap. Jika banjir terjadi di Tokyo, kota itu akan hancur.
Berita Terkait
-
Penanganan dampak banjir bandang di Nagekeo NTT
-
Viral Video Sekda Marah-marah Terkait Donasi ASN untuk Bencana, Koster: Wajar
-
Viral PNS di Bali Diminta Donasi Bencana Banjir, Ombudsman: Segera Lapor!
-
RI Gali Investasi Hilirisasi Alumunium di Jepang
-
Intip Mobil Presiden Prabowo saat Kunjungan di Jepang, Punya Spek Gahar dan Tahan Peluru
Terpopuler
- Terpopuler: Geger Data Australia Soal Pendidikan Gibran hingga Lowongan Kerja Freeport
- Sama-sama dari Australia, Apa Perbedaan Ijazah Gibran dengan Anak Dosen IPB?
- 5 Fakta SUV Baru Mitsubishi: Xforce Versi Futuristik, Tenaga di Atas Pajero Sport
- Bawa Bukti, Roy Suryo Sambangi Kemendikdasmen: Ijazah Gibran Tak Sah, Jabatan Wapres Bisa Gugur
- Mahasiswi IPB Jadi Korban Pengeroyokan Brutal Sekuriti PT TPL, Jaket Almamater Hangus Dibakar
Pilihan
-
Danantara Buka Kartu, Calon Direktur Keuangan Garuda dari Singapore Airlines?
-
Jor-joran Bangun Jalan Tol, Buat Operator Buntung: Pendapatan Seret, Pemeliharaan Terancam
-
Kerugian Garuda Indonesia Terbang Tinggi, Bengkak Rp2,42 Triliun
-
Petaka Arsenal! Noni Madueke Absen Dua Bulan Akibat Cedera Lutut
-
Ngamuk dan Aniaya Pemotor, Ini Rekam Jejak Bek PSM Makassar Victor Luiz
Terkini
-
SPI: Tanpa Reforma Agraria, Program Prabowo Bisa Jadi 'Beban Negara'
-
Game Changer! DPR 'Ketok Palu' Bentuk Pansus Khusus Selesaikan Konflik Agraria
-
Usut Korupsi Chromebook, Kejagung Periksa Menpan RB Azwar Anas
-
DPR Bahas Revisi UU BUMN, Dasco Ungkap Wacana Kementerian BUMN Jadi Badan
-
Tak Terima Hendak Ditinggal, Suami di Kebon Jeruk Jerat Leher Istri Pakai Tali Tas Hingga Tewas
-
Perhatikan Pemilihan Bahan Sampai Makanan Siap Disantap, Ini Tips Cegah Kasus di Program MBG
-
Perkuat Akses Keuangan Daerah yang Inklusif, Kemendagri dan OJK Bersinergi
-
Sidang Patok Tambang Memanas: Tanggal BAP 'Ajaib', Saksi Kebingungan Dikejar OC Kaligis!
-
Buntut Anggaran Tangsel Dikuliti Leony, Harga Jam Tangan Wali Kota Benyamin Davnie jadi Sorotan
-
'Geruduk' Istana di Hari Tani, Petani Sodorkan 6 Tuntutan Keras untuk Prabowo: Cabut UU Cipta Kerja!