Suara.com - Pernyataan Wakil Ketua Umum Parta Geridra, Fadli Zon yang menyebut Indonesia bisa kalah lawan China ditanggapi oleh Ketua Komisi I DPR RI, Meutya Hafid.
Keduanya terlibat perdebatan saat menjadi narasumber program Mata Najwa Trans 7 yang mengangkat tema Hadapi China Harus Reaslitis pada (8/1/2019) malam.
Sebelumnya, ketika disinggung mengenai sikap Prabowo yang dinilai lembek soal Laut Natuna, Fadli memberi pembelaan yang menyebut Prabowo bersikap realistis, karena memilih jalur diplomasi.
"Pak Prabowo itu being realistic. Sekarang pertanyaannya, kalau kita konfrontasi dengan China secara fisik sudah pasti kita kalah," kata Fadli.
Namun penyataan tersebut mendapat pertentangan dari Meutya Hafid.
"Mohon maaf, di mana confidence kita sebagai bangsa?" tanyanya.
Meutya mengatakan, kekuatan militer negara tidak bisa diukur dari jumlah alutsista yang dimiliki. Terbukti, Indonesia bisa menang melawan penjajahan, meski disebut minim dalam persenjataan.
"Kita punya kekuatan TNI yang luar bisa, sering diapresiasi di kancah internasional, menang di berbagai perlombaan. Kita punya strategi-strategi perang yang cukup baik," ucapnya.
Ia juga menambahkan, "Itu (Laut Natuna) wilayah kita, kita yang paling tahu, jadi jangan pernah ada lagi kata terucap, kita lawan China pasti kalah," kata Meutya.
Baca Juga: Temui Menpora, Rosan Bahas Percepatan Persiapan Olimpiade 2020
Dengan begitu, menurut Meutya, Indonesia tak layak disebut kalah melawan China.
Sementara Fadli Zon pun memberi pembelaan setelah mendapat respons tersebut. Ia mengatakan kekuatan militer bisa diukur secara teknis dan fisik.
RI disebut telah berupaya menyelesaikan persoalan Natuna yang diklaim China dengan mengirimkan para nelayan.
"Dalam perang itu, timing is very important di samping strategi. Dan saya kira, upaya mengirimkan nelayan dan Coast Guard ke sana (Laut Natuna) itu upaya damai yang perlu diselenggarakan, kita perlu memperkuat diri," tandasnya.
Lebih lanjut, Fadli Zon menyebutkan, anggaran pertahanan RI masih minim, diibandingkan dengan ketentuan internasional sehingga perlu ditingkatkan.
"Jadi kita punya tugas menaikkan anggaran supaya lebih kuat, karena ini wilayah laut," pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Pemain Keturunan Rp 20,86 Miliar Hubungi Patrick Kluivert, Bersedia Bela Timnas Oktober Nanti
- Ameena Akhirnya Pindah Sekolah Gegara Aurel Hermanyah Dibentak Satpam
- Cara Edit Foto yang Lagi Viral: Ubah Fotomu Jadi Miniatur AI Keren Pakai Gemini
- Ramai Reshuffle Kabinet Prabowo, Anies Baswedan Bikin Heboh Curhat: Gak Kebagian...
Pilihan
-
Disamperin Mas Wapres Gibran, Korban Banjir Bali Ngeluh Banyak Drainase Ditutup Bekas Proyek
-
Ratapan Nikita Mirzani Nginep di Hotel Prodeo: Implan Pecah Sampai Saraf Leher Geser
-
Emil Audero Jadi Tembok Kokoh Indonesia, Media Italia Sanjung Setinggi Langit
-
KPK Bongkar Peringkat Koruptor: Eselon dan DPR Kejar-kejaran, Swasta Nomor Berapa?
-
Dugaan Korupsi BJB Ridwan Kamil: Lisa Mariana Ngaku Terima Duit, Sekalian Buat Modal Pilgub Jakarta?
Terkini
-
Kena Getahnya, Megawati Masih Jadi Saksi Usai Asetnya Disita Kejagung di Kasus TPPU Bos Sritex
-
Pamulang Diguncang Ledakan, Puslabfor Polri Turun Tangan, 7 Korban Dilarikan ke Rumah Sakit!
-
CEK FAKTA: Anies Baswedan Siap Gantikan Prabowo Jadi Presiden, Heboh di Medsos!
-
Pramono Anung Bicara Kasus Campak di Jakarta, Ada Peningkatan?
-
Kejagung Umumkan Pengambilalihan Lahan Sawit Ilegal, Luasannya Lebih Besar dari Pulau Bali
-
LPDP Panen Kritik: Persyaratan Berbelit, Data Penerima Tidak Transparan?
-
KPK Dalami Pesan WhatsApp Soal Persekongkolan Tersangka Kasus JTTS
-
Desak Rombak UU Pemilu, Yusril Sebut Kualitas DPR Merosot Akibat Sistem Pemilu yang Transaksional
-
Periksa Kapusdatin BP Haji, KPK Cecar Soal Jemaah Haji Khusus yang Bisa Langsung Berangkat
-
Indonesia Target 100 GW Energi Surya: Apa Artinya bagi Ekonomi dan Keadilan Iklim?