Bagaimana kontroversi ini dimulai?
Kontroversi dimulai pada 18 Januari, setelah Mila melakukan siaran langsung di akun Instagram-nya. Setelah berbicara tentang seksualitasnya, ia disebut "lesbian kotor" oleh seorang warganet Muslim.
Menanggapi komentar itu, Mila balas mengirim serangan terhadap Islam. "Aku benci agama. Alquran adalah agama kebencian," katanya, sebelum menggunakan kata-kata yang lebih kuat untuk menyerang Islam.
"Aku bukan rasis. Kamu tidak bisa rasis terhadap agama. Aku mengatakan apa yang kupikirkan, kamu tidak akan membuatku menyesal."
Baru-baru ini muncul aksi protes di Prancis tentang rasisme, Islamofobia, dan hak untuk mengenakan kerudung.
Orang-orang yang mengkritik mengatakan komentar Mila ofensif. Beberapa orang mengirimkannya ancaman pembunuhan, yang lain mengunggah informasi pribadi perempuan itu di dunia maya.
Ketua Dewan Prancis untuk Agama Islam, Mohammed Moussaoui, mengatakan ancaman pembunuhan tidak bisa dibenarkan, tidak peduli seberapa serius ucapannya.
Para pendukung Mila membela haknya untuk menyerang Islam, dan tagar #JeSuisMila (saya Mila) menjadi tren di Prancis. Pihak lawan membalas dengan tagar #JeNeSuisPasMila.
Menteri Kehakiman Prancis Nicole Belloubet terlibat dalam kontroversi ini, mengatakan bahwa ancaman kematian terhadap Mila "tidak bisa diterima".
Baca Juga: Pernah Dituding Tutupi Kasus Pelecehan Seksual, Kardinal Prancis Bebas
Namun, Belloubet sendiri dikritik setelah menyatakan bahwa serangan terhadap agama adalah "serangan terhadap kebebasan hati nurani".
Senator Prancis Laurence Rossignol memberi Belloubet "0/20 dalam hukum konstitusi", mengatakan bahwa di Prancis "dilarang untuk menghina para pengikut agama tetapi orang boleh menghina agama, angka-angka, simbol-simbolnya". Belloubet kemudian menyebut komentarnya sendiri "ceroboh".
Dan perjuangan Mila disambut kelompok ekstrem kanan. Pemimpin partai Barisan Nasional Marine Le Pen mengatakan bahwa Mila "lebih berani dari semua politikus yang berkuasa selama 30 tahun terakhir".
Pada bulan Oktober, Presiden Prancis Emmanuel Macron memperingatkan bahaya "stigmatisasi" umat Islam atau mengaitkan Islam dengan perang melawan terorisme.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Pramono Anung Beberkan PR Jakarta: Monorel Rasuna, Kali Jodo, hingga RS Sumber Waras
-
Hujan Ringan Guyur Hampir Seluruh Jakarta Akhir Pekan Ini
-
Jelang Nataru, Penumpang Terminal Pulo Gebang Diprediksi Naik Hingga 100 Persen
-
KPK Beberkan Peran Ayah Bupati Bekasi dalam Kasus Suap Ijon Proyek
-
Usai Jadi Tersangka Kasus Suap Ijon Proyek, Bupati Bekasi Minta Maaf kepada Warganya
-
KPK Tahan Bupati Bekasi dan Ayahnya, Suap Ijon Proyek Tembus Rp 14,2 Miliar
-
Kasidatun Kejari HSU Kabur Saat OTT, KPK Ultimatum Segera Menyerahkan Diri
-
Pengalihan Rute Transjakarta Lebak Bulus - Pasar Baru Dampak Penebangan Pohon
-
Diduga Lakukan Pemerasan hingga Ratusan Juta, Kajari dan Kasi Intel Kejaksaan Negeri HSU Ditahan KPK
-
Boni Hargens: 5 Logical Fallacies di Argumentasi Komite Reformasi Polri Terkait Perpol 10/2025