Suara.com - Analis Amerika Serikat dari lembaga nonprofit Carnegie Endowment, Sana Jaffrey menilai Indonesia telah melakukan blunder dalam penanganan pandemi virus corona covid-19.
Lambatnya penanganan, prioritas yang salah tepat, dan ketidakpercayaan terhadap transparasi data, diprediksi membawa Indonesia menuju krisis sosio-ekonomi dalam perang menghadapi wabah SARS-CoV-2.
Pernyataan itu dituangkan Sana Jaffrey dalam laporan analisis yang dimuat laman resmi Carnegie Endowment yang telah terbit pada Rabu (29/4/2020).
"Penanganan Indonesia terkait pandemi virus Corona telah diatur oleh prioritas yang salah tempat dan ketidak percayaan terhadap data," tulis Sana Jaffrey dilansir Carnegie Endowment, Jumat (1/5/2020).
"Tanpa perbaikan (penanganan), negara tersebut akan membayar biaya jangka panjang yang amat curam."
Dalam tulisannya, Sana setidaknya menyebut empat unsur yang menjadikan pemerintah Indonesia gagap dalam menangani pandemi covid-19.
Unsur tersebut antara lain, sikap penolakan terhadap krisis, menutup-tutupi data, terlalu melibatkan unsur militer, dan politisasi krisis.
Pada tahap awal penyebaran virus corona, pemerintah Indonesia dinilai abai dalam melakukan tindakan preventif. Pernyataan kontra-produktif dari pejabat dapat menjadi buktinya.
Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto bahkan sempat mengatakan pernyataan tak berdasar dengan menyebtu masyarakat harus tenang karena infeksi virus corona bisa sembuh sendiri.
Baca Juga: Rektor UIC Mengaku Dapat Bansos Jokowi, Fadli Zon: Duh, Ironi Negara Maju
Saat ilmuan dari Univeritas Harvard menyebut virus Corona semestinya sudah memasuki Indonesia selambatnya pada Februari 2020, Terawan menolak.
Pemerintah Indonesia, melalui Presiden Joko Widodo pada akhirnya mengumumkan kasus pertama virus corona di Tanah Air yang menginfeksi dua warga Depok pada 2 Maret 2020, kendati banyak pihak meragukan temuan itu benar-benar kasus pertama.
"Seperti banyak negara lain, termasuk negara maju, Indonesia melakukan penolakan, keengganan, hingga lambat menangani krisis," kata Sana.
"Khawatir dengan dampak ekonomi yang akan terjadi, Presiden Joko Widodo menunda langkah-langkah penahanan, dan justru mengagungkan klaim yang tak terbukti, yakni menyebut virus Corona akan memperlambat penularan Corona."
Karut-marut penanganan Covid-19 di Indonesia dinilai Sana sejalan dengan dampak negatif yang akhirnya terjadi. Sistem kesehatan mulai runtuh, sementara ekonomi semakin terancam.
Keengganan Presiden Joko Didodo memberlakukan karantina wilayah dan memilih peraturan yang lebih rileks seperti pembatasan sosial berskala besar (PSBB), justru membuat Indonesia merugi dalam dua spek sekaligus.
Tag
Berita Terkait
-
Batal Turun ke Jalan saat May Day, Buruh Jakarta Ganti dengan Acara Agama
-
Berita Duka! 2 Bayi PDP Corona di Probolinggo Meninggal Dunia
-
Hebat! Kakek Usai 90 Tahun di Batam Bisa Taklukan Corona, Kini Sembuh Total
-
PM Singapura Sebut Banyak Jenis Industri akan Punah Imbas Virus Corona
-
Merek Lain Tiarap Akibat Pandemi, Tesla Justru Raup Keuntungan
Terpopuler
- 4 Link DANA Kaget Khusus Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cuan Rp 345 Ribu
- 7 Rekomendasi Parfum Terbaik untuk Pelari, Semakin Berkeringat Semakin Wangi
- Unggahan Putri Anne di Tengah Momen Pernikahan Amanda Manopo-Kenny Austin Curi Perhatian
- 8 Moisturizer Lokal Terbaik untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Solusi Flek Hitam
- 15 Kode Redeem FC Mobile Aktif 10 Oktober 2025: Segera Dapatkan Golden Goals & Asian Qualifier!
Pilihan
-
Grand Mall Bekasi Tutup, Netizen Cerita Kenangan Lawas: dari Beli Mainan Sampai Main di Aladdin
-
Jay Idzes Ngeluh, Kok Bisa-bisanya Diajak Podcast Jelang Timnas Indonesia vs Irak?
-
278 Hari Berlalu, Peringatan Media Asing Soal Borok Patrick Kluivert Mulai Jadi Kenyataan
-
10 HP dengan Kamera Terbaik Oktober 2025, Nomor Satu Bukan iPhone 17 Pro
-
Timnas Indonesia 57 Tahun Tanpa Kemenangan Lawan Irak, Saatnya Garuda Patahkan Kutukan?
Terkini
-
Tiga Notaris Jadi Saksi Kunci, KPK 'Kuliti' Skema Mafia Tanah Tol Sumatera
-
Tragedi Ponpes Al Khoziny: Identifikasi Korban Terus Berlanjut, 53 Jenazah Teridentifikasi!
-
Nobel Perdamaian 2025 Penuh Duri: Jejak Digital Pro-Israel Penerima Penghargaan Jadi Bumerang
-
Birokrasi Jadi Penghambat Ambisi Ekonomi Hijau Indonesia? MPR Usul Langkah Berani
-
Jejak Korupsi SPBU Ditelusuri, KPK dan BPK Periksa Eks Petinggi Pertamina
-
'Tsunami' Darat di Meksiko: 42 Tewas, Puluhan Hilang Ditelan Banjir Bandang Mengerikan
-
Prajurit TNI Gagalkan Aksi Begal dan Tabrak Lari di Tol Kebon Jeruk, 3 Motor Curian Diamankan
-
Di The Top Tourism Leaders Forum, Wamendagri Bima Bicara Pentingnya Diferensiasi Ekonomi Kreatif
-
KPK Bongkar Akal Bulus Korupsi Tol Trans Sumatera: Lahan 'Digoreng' Dulu, Negara Tekor Rp205 M
-
Buntut Tragedi Ponpes Al Khoziny, Golkar Desak Pesantren Dapat Jatah 20 Persen APBN