Namun yang membuat perbedaan, menurut para ahli, adalah sistem kesehatan yang tangguh di Kerala.
Ditambah lagi budaya demokrasi yang tumbuh di tingkat akar rumput yang memungkinkan pendelegasian wewenang kepada dewan-dewan komunal.
Dewan-dewan ini dipilih langsung oleh rakyat dan mewakili struktur pemerintahan tingkat terendah di India.
“Kami mempersiapkannya sejak sangat awal. Kami sadar akan datang badai, maka kami membangun pertahanan,” kata Shahina Saleem, ketua dewan komunal Chengala, satu desa pertanian dengan 66.000 penduduk.
Contoh Chengala terlihat di seluruh negara bagian.
Dewan melakukan penyebaran informasi ke komunitas, melacak kontak orang terinfeksi, serta menerapkan karantina penduduk secara massal.
Pemerintah Kerala setiap hari menyampaikan informasi mengenai perkembangan situasi.
Cepat tanggap
Di puncak sistem ini adalah KK Shailaja, seorang perempuan yang menjabat sebagai Menteri Kesehatan Kerala. Ia juga anggota Partai Komunis India.
Baca Juga: Sekelompok Monyet di India Curi Sampel Darah Pasien Covid-19
Tiga hari sesudah mendengar tentang virus ini di China, Shailaja rapat dan membentuk tim cepat tanggap.
Mereka mendirikan kantor pengendalian, di ibu kota negara bagian dan juga di 14 distrik di sana.
Ketika kasus pertama dideteksi mereka sudah menerapkan protokol yang disarankan WHO untuk mengetes, melacak, mengisolasi dan mendukung (testing, tracing, isolation dan support).
Penumpang yang tiba dari China dicek suhu tubuhnya dan mereka yang demam diisolasi di rumah sakit terdekat. Penumpang lain dikarantina.
Tim pengawas melacak penyebaran virus untuk melihat kemungkinan orang terinfeksi dan kontak yang mereka lakukan.
Ini dikerjakan dengan bantuan iklan dan melalui media sosial.
Berita Terkait
-
Pelaku Pedofil Mengintai Anak-anak di Tengah Lockdown Corona
-
Demi Nafkah, Buruh Meksiko Berjejal di Terowongan Menuju AS, Abaikan Corona
-
Satu Siswa Positif Corona, Sekolah Ini Kembali Ditutup, Rekannya Diisolasi
-
Dr. Fauci: Virus Corona Takkan Hilang dalam Waktu Dekat
-
Media Asing Sebut Bali Bagaikan Kota Hantu Akibat Pandemi Covid-19
Terpopuler
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
- Mengintip Rekam Jejak Akira Nishino, Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Link Download Logo Hari Santri 2025 Beserta Makna dan Tema
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 21 Oktober 2025: Banjir 2.000 Gems, Pemain 110-113, dan Rank Up
Pilihan
-
5 Laga Klasik Real Madrid vs Juventus di Liga Champions: Salto Abadi Ronaldo
-
Prabowo Isyaratkan Maung MV3 Kurang Nyaman untuk Mobil Kepresidenan, Akui Kangen Naik Alphard
-
Suara.com Raih Penghargaan Media Brand Awards 2025 dari SPS
-
Uang Bansos Dipakai untuk Judi Online, Sengaja atau Penyalahgunaan NIK?
-
Dedi Mulyadi Tantang Purbaya Soal Dana APBD Rp4,17 Triliun Parkir di Bank
Terkini
-
Dukung Revisi UU Hak Cipta untuk Lindungi Karya Jurnalistik, AMSI Serahkan Simbol Dukungan Ini
-
Prabowo Setujui Ditjen Pesantren, PDIP Siap 'Perkuat Narasi Patriotisme'
-
Polemik Utang Hingga Dugaan Markup Whoosh, PDIP Tugaskan Fraksi Lakukan Kajian
-
'Skema Mafia' Terbongkar: Rp 40 Miliar Digelontorkan untuk 'Beli' Vonis Lepas Korupsi CPO
-
Akui Sulit Tangkap Gembong Narkoba Fredy Pratama, Bareskrim: Dikejar Lari-lari!
-
Bukan Cuma Iklan: 5 Bos Media Bongkar 'Revenue Stream' Ajaib di Era AI
-
Pakar Pidana Tegaskan Polemik Patok Kayu PT WKM Harusnya Tak Jadi Perkara Pidana
-
Kejagung Dalami Jejak Korupsi Chromebook Sampai ke 'Ring 1' Nadiem Makarim
-
Terungkap! Alasan Sebenarnya APBD DKI Jakarta Numpuk Rp14,6 Triliun! Bukan Deposito, Tapi...?
-
Kejati Jakarta Bongkar Skandal LPEI: Negara 'Dibobol' Hampir Rp 1 Triliun