Suara.com - Direktur Eksekutif Lembaga Studi Agama dan Filsafat (LSAF) Iqbal Hasanuddin menilai, demokrasi di Indonesia semakin menurun karena kebebasan berpikir dan mengeluarkan pendapat yang perlahan kembali ke era orde baru, namun dengan gaya yang sedikit berbeda.
Iqbal mengatakan, demokrasi tidak bisa dinilai hanya dengan terpilihnya pemimpin negara melalui pelaksanaan pemilihan umum (Pemilu) yang sukses oleh rakyat, tetapi juga termasuk kebebasan rakyat untuk berpikir dan berpendapat terhadap kinerja pemerintahan terpilih.
"Indeks demokrasi biasanya demokrasi itu bukan hanya bicara tentang pemilu tetapi juga bicara tentang kebebasan hak sipil berbicara berkumpul mengkritik dan lain sebagainya," kata Iqbal dalam diskusi virtual berjudul Ada Apa Dengan Kebebasan Berbicara dari Tajdid Institute, Selasa (9/6/2020).
Dia bahkan menyebut Indonesia kini kembali ke era pemerintahan era orde baru namun dikemas dengan gaya baru yang mengakar sampai ke masyarakat.
"Jadi kalau orde baru itu terjadi politisasi sehingga kuasa terpusat nah sekarang ada proses repolitisasi, jadi kampus dipolitisasi, desa-desa, ormas semua berpolitik," ucapnya.
Masyarakat dari berbagai elemen dinilai terlalu berpolitis sampai lupa kepentingan rakyat itu sendiri bahkan sampai ingin masuk ke dalam lingkaran kekuasaan tersebut.
"Masyarakat semua terlibat secara politis tetapi cara berpolitik itu kemudian hanya berbicara soal bagi-bagi kue tidak berbicara tentang kemaslahatan publik," lanjutnya.
Oleh sebab itu, fenomena pelaporan hukum dengan pasal pencemaran nama baik dan pasal karet UU ITE terhadap orang yang berpandangan berbeda dengan pemerintah kerap terjadi belakangan ini di Indonesia, baik yang dilakukan oleh elite maupun dilaporkan langsung oleh masyarakat tanpa diskusi.
"Ketika anda ketidaksesuaian paham pandangan yang bersangkutan bisa disingkirkan dengan undang-undang ITE pencemaran nama baik dan lain sebagainya, sehingga kehidupan berdemokrasi kita itu memang tidak dipenuhi oleh keadaban publik," katanya menambahkan.
Baca Juga: DPR: Teror Diskusi UGM Bikin Malu Wajah Demokrasi Indonesia
Berita Terkait
-
Aktivis HAM Sebut Kebebasan Berbicara di Indonesia Kian Memburuk
-
Rizal Ramli Kritik Buzzer, Fadli Zon: Kasihan Bang, Ini Mata Pencaharian
-
Teror Pembunuhan ke Wartawan dan Mahasiswa UGM Harus Diusut Tuntas
-
Diskusi CLS FH UGM Batal karena Ada Teror, DPR: Kemana Hadirnya Negara?
-
Kader Jadi Pembicara Diskusi Diteror, PP Muhammadiyah: Gejala Ala Orde Baru
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Aktivitas Tambang Emas Ilegal di Gunung Guruh Bogor Kian Masif, Isu Dugaan Beking Aparat Mencuat
-
Sidang Ditunda! Nadiem Makarim Sakit Usai Operasi, Kuasa Hukum Bantah Tegas Dakwaan Cuan Rp809 M
-
Hujan Deras, Luapan Kali Krukut Rendam Jalan di Cilandak Barat
-
Pensiunan Guru di Sumbar Tewas Bersimbah Darah Usai Salat Subuh
-
Mendagri: 106 Ribu Pakaian Baru Akan Disalurkan ke Warga Terdampak Bencana di Sumatra
-
Angin Kencang Tumbangkan Pohon di Ragunan hingga Tutupi Jalan
-
Pohon Tumbang Timpa 4 Rumah Warga di Manggarai
-
Menteri Mukhtarudin Lepas 12 Pekerja Migran Terampil, Transfer Teknologi untuk Indonesia Emas 2045
-
Lagi Fokus Bantu Warga Terdampak Bencana, Ijeck Mendadak Dicopot dari Golkar Sumut, Ada Apa?
-
KPK Segel Rumah Kajari Bekasi Meski Tak Ditetapkan sebagai Tersangka