Suara.com - Kurva epidemiologi pandemi virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 di Indonesia belum juga menunjukkan penurunan, meski pemerintah sudah gencar menggaungkan tatanan hidup baru alias new normal agar perekonomian terus berjalan.
Ahli Epidemiologi dan Informatika Penyakit Menular dari Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Dewi Nur Aisyah mengatakan, penambahan kasus positif disebabkan oleh kerja tim surveillance yang masif terhadap kasus hingga ke daerah-daerah yang dilakukan dinas kesehatan.
Dia mencontohkan penambahan 196 kasus positif baru di Jawa Timur pada hari Minggu (14/6/2020) kemarin yang menjadikan Jawa Timur wilayah tertinggi penambahan kasus baru tersebut disebabkan oleh masifnya tes di Jatim.
"Jawa Timur memang secara kasus mengalami peningkatan yang cukup signifikan ya tapi sebenarnya Jawa Timur itu tidak bisa dipukul rata seluruh kabupaten kotanya. Jadi kalau saya misalnya melihat sebuah data, kita kalau bisa di scoping yang lebih kecil lagi gitu areanya, bagiannya itu akan jauh lebih lebih tajam analisisnya,” kata Dewi dalam diskusi dari Kantor BNPB, Jakarta, Senin (15/6/2020).
Kemudian, di DKI Jakarta juga mengalami kenaikan meski sempat menurun beberapa pekan terakhir juga disebabkan oleh pengetesan yang masif.
"Secara keseluruhan jumlah kasus DKI Jakarta memang sudah menurun kemudian di dua pekan terakhir agak mulai naik, tetapi bukan karena kasusnya naik, karena tim dari dinas kesehatan sudah mulai aktif melakukan surveilens di masyarakat di pasar-pasar terutama untuk menangkap orang tanpa gejala siapa yang benar-benar terinfeksi covid-19," katanya menjelaskan.
Untuk diketahui, Indonesia telah memeriksa 514,287 spesimen dari 322,933 orang per 14 Juni 2020 (1 orang lebih dari 1 spesimen).
Jika dibandingkan dengan 273.366.090 populasi Indonesia yang tercatat di worldometers, rasio tesnya sudah mencapai 1.881 orang per satu juta penduduk.
Spesimen ini diperiksa dengan menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) di 103 laboratorium, Test Cepat Melokuler (TCM) di 77 laboratorium dan laboratorium jejaring (RT-PCR dan TCM) di 204 lab.
Baca Juga: Dana Tangani Corona Rp 677,2 T, Jokowi: Jangan Tunggu Terjadinya Masalah
Berita Terkait
Terpopuler
- Pecah Bisu Setelah Satu Dekade, Ayu Ting Ting Bongkar Hubungannya dengan Enji Baskoro
- Ditunjuk Prabowo Reformasi Polri: Sosok Ahmad Dofiri Jenderal Rp7 Miliar Berani Pecat Ferdy Sambo!
- Sosok Kompol Anggraini, Polwan Diduga Jadi 'Badai' di Karier Irjen Krishna Murti, Siapa Dia?
- Nasib Aiptu Rajamuddin Usai Anaknya Pukuli Guru, Diperiksa Propam: Kau Bikin Malu Saya!
- Profil dan Rekam Jejak Alimin Ribut Sujono, Pernah Vonis Mati Sambo dan Kini Gagal Jadi Hakim Agung
Pilihan
-
3 Catatan Menarik Liverpool Tumbangkan Everton: Start Sempurna The Reds
-
Dari Baper Sampai Teriak Bareng: 10+ Tontonan Netflix Buat Quality Time Makin Lengket
-
Menkeu Purbaya Janji Lindungi Industri Rokok Lokal, Mau Evaluasi Cukai Hingga Berantas Rokok China
-
Usai Dicopot dari Kepala PCO, Danantara Tunjuk Hasan Nasbi jadi Komisaris Pertamina
-
4 Rekomendasi HP Murah Rp 2 Jutaan Baterai Besar Minimal 6000 mAh, Terbaik September 2025
Terkini
-
Mahasiswa Green Leadership Academy Tanam Semangat Baru di Tabung Harmoni Hijau
-
Profil Alvin Akawijaya Putra, Bupati Buton Kontroversial yang Hilang Sebulan saat Dicari Mahasiswa
-
Mendagri Tito Sebut Bakal Ada 806 SPPG Baru: Lahannya Sudah Siap
-
'Warga Peduli Warga', 98 Resolution Network Bagikan Seribu Sembako untuk Ojol Jakarta
-
Perlindungan Pekerja: Menaker Ingatkan Pengemudi ODOL Pentingnya BPJS Ketenagakerjaan
-
Gerakan Cinta Prabowo Tegaskan: Siap Dukung Prabowo Dua Periode, Wakil Tak Harus Gibran
-
Usai Dipecat PDIP, Anggota DPRD Gorontalo Wahyudin yang 'Mau Rampok Uang Negara' Bakal di-PAW
-
Siapa Bupati Buton Sekarang? Sosoknya Dilaporkan Hilang di Tengah Demo, Warga Lapor Polisi
-
Stok Beras Bulog Menguning, Komisi IV DPR 'Sentil' Kebijakan Kementan dan Bapanas
-
Prabowo Terbang ke Jepang, AS, hingga Belanda, Menlu Sugiono Beberkan Agendanya