Suara.com - India tengah berduka atas kematian 20 tentaranya yang tewas dalam bentrokan dengan tentara China di wilayah Ladakh, Himalaya, yang disengketakan kedua negara.
Sebagian korban sudah dimakamkan. Mereka kehilangan nyawa dalam bentrokan fisik yang diantaranya menggunakan batang-batang besi berpaku - tidak ada tembakan senjata api.
Dua negara terpadat penduduknya di dunia - sekaligus kekuatan militer terbesar di dunia - telah berselisih selama berpekan-pekan di sepanjang perbatasan di kawasan dataran tinggi yang diperebutkan.
Lima dari mereka yang tewas dalam bentrokan pada Senin (15/06) lalu berasal dari negara bagian Bihar di wilayah timur India. Wartawan BBC Hindi, Seetu Tewari, mewawancarai keluarganya.
Aman Kumar
"Saya lebih suka hidup dalam kemelaratan, tidak makan apa pun selain garam dan roti, dibanding dengan kehilangan anak saya," kata Renu Devi, ibu Aman Kumar, saat sejumlah pelayat tiba di rumahnya di distrik Samastipur, negara bagian Bihar.
Adapun ayah Aman, Sudhir Kumar, masih terlihat syok.
"Saya mendapat telepon di malam hari," ungkapnya. "Ketika saya mengangkat telepon, mereka bertanya kepada saya 'siapa yang berbicara'.
"Saya memberi tahu mereka bahwa saya adalah ayah Aman. Sebuah suara memberi tahu saya bahwa Aman meninggal sebagai martir dan kemudian menutup telepon, sebelum saya dapat menanyakan hal lain.
Baca Juga: Selamat Ulang Tahun Pak Jokowi! Presiden Ke-7 Indonesia
"Saya menghubungi nomor itu lagi, tetapi tidak ada jawaban. Pagi berikutnya mereka menelepon lagi dan memberi tahu saya bahwa jenazahnya akan segera dikirim pulang."
Aman telah menikah hampir setahun, dengan Meenu Devi, yang desanya juga berduka lantaran berita itu.
"Ketika dia datang pada Februari lalu, dia mengatakan akan pulang secepatnya setelah ayahnya dijadwalkan menjalani operasi jantung. Jasadnya saat ini dimakamkan di Leh (ibu kota, sekaligus kota terbesar di Ladakh, India).
"Tetapi sekarang dia tidak akan pernah kembali," kata Meenu, sambil terisak.
Ayahnya mengatakan walau ditimpa tragedi, mereka bangga terhadap putra mereka.
"Kami tidak punya dendam kepada pemerintah," katanya. "Sebaliknya, kami bangga anak saya telah berkorban demi melayani negara. Apa yang lebih besar dari itu?"
Kundan Kumar Yadav
Kundan Kumar meninggalkan seorang istri dan dua bocah, berusia enam dan empat tahun.
"Sekitar jam 10 malam, ada telepon yang memberi tahu kami tentang kematiannya," kata ayahnya, Niminder Yadav.
Ayah Kundan, Niminder Yadav adalah seorang petani, tetapi empat anggota keluarganya adalah tentara. Keluarganya mengatakan Kundan sempat mengontak mereka hanya empat hari yang lalu.
Mereka terakhir melihatnya pada Februari, ketika dia datang untuk acara mundan salah-satu putranya - sebuah ritual Hindu berupa mencukur rambut untuk pertama kalinya bagi sang anak.
"Kami bangga atas pengorbanannya. Kami bangga ada salah-seorang saudara kami telah menyinari desa kami," kata Praveen Anand, pemimpin desa setempat.
Sunil Kumar
Sunil Kumar, warga Distrik Patna di negara bagian Bihar bergabung dengan tentara pada 2002. Dia menikah dengan tiga anak.
Ayahnya syok. Keluarganya mengatakan dia tidak mampu mengutarakan sepatah kata pun semenjak dia menerima berita kematian Sunil. Saudaranya, Anil Kumar, menuntut agar pemerintah memperhatikan keluarganya.
"Istri Sunil berpendidikan. Dia harus diberi pekerjaan, dan pemerintah harus membiayai pendidikan ketiga anaknya," katanya.
Chandan Kumar
Keluarga Chandan tidak mendengar panggilan telepon dari perwira senior untuk memberi tahu tentang kematian anaknya. Mereka baru tahu Chandan tewas keesokan paginya.
Mereka begitu khawatir, karena belum mendengar sama-sekali kabar anaknya selama enam hari.
Chandan telah bertugas di dunia ketentaraan selama dua tahun. Dia adalah anak bungsu dari empat bersaudara, yang semuanya adalah tentara.
Jai Kishore Singh
"Saya mendapat telepon sebulan yang lalu. Dia mengatakan mereka sedang dikerahkan di kawasan pegunungan. Jika tidak ada sinyal di sana, kita tidak akan dapat saling kontak. Dia mengatakan kita bisa berbicara setelah dia kembali," kata Raj Kapoor Singh, ayah Jai Kishore Singh.
Namun panggilan itu tidak pernah datang. Sebaliknya, pada Rabu pagi, keluarga diberitahu bahwa putra mereka terluka parah. Dua jam kemudian, mereka diberitahu bahwa dia tutup usia.
Singh mengatakan dia ingin ada tugu peringatan untuk mengenang putranya, dan lokasinya yang berada di tempat umum, diberi nama sesuai nama anaknya.
"Anak saya sudah pergi, tetapi ingatan atas dirinya harus tetap ada. Itu akan membantu kami dalam menjalani sisa hidup kami," katanya.
Berita Terkait
-
Polemik Lahan Tambang Emas Ketapang Memanas: PT SRM Bantah Penyerangan, TNI Ungkap Kronologi Berbeda
-
Bukan Orang Ketiga, Detektif Jubun Sebut Faktor Keluarga Kerap Picu Keretakan Rumah Tangga
-
Diduga Serang Petugas dan TNI, 15 WNA China Dilaporkan PT SRM ke Polda Kalbar
-
Imigrasi Ketapang Periksa 15 WNA China Usai Insiden Penyerangan di Tambang Emas PT SRM
-
4 Rekomendasi Kolam Renang di Jambi Buat Rekreasi Keluarga
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Pemerintah Naikkan Rentang Alpha Penentuan UMP Jadi 0,5 hingga 0,9, Ini Alasannya
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
-
Peresmian Proyek RDMP Kilang Balikpapan Ditunda, Bahlil Beri Penjelasan
-
Resmi Melantai di Bursa, Saham Superbank Melambung Tinggi
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
Terkini
-
Prabowo Mau Tanam Sawit di Papua, Anggota Komisi IV DPR Ingatkan Pengalaman Pahit di Berbagai Daerah
-
Mahfud MD Sebut Potensi Pelanggaran HAM di Kasus Ijazah Jokowi, Ini Penjelasannya
-
DPR Apresiasi Peta Jalan Penyelesaian Pelanggaran HAM Berat, Negara Diminta Buka Tabir Kebenaran
-
Anggaran Fantastis Belasan Triliun Rupiah Digelontorkan untuk Guru Keagamaan di 2026
-
WALHI Kritik Rencana Prabowo Tanam Sawit dan Tebu di Papua: Tak Punya Hati dan Empati!
-
7 Fakta Ganjil Kebakaran Ruko Terra Drone: Izin Lolos Tanpa Tangga Darurat?
-
Fakta Baru Kebakaran Ruko Terra Drone: Pemilik Lepas Tangan, Perawatan Rutin Nihil
-
5 Momen Dasco Jadi 'The Crisis Manager' di Tahun 2025
-
Dampak Banjir dan Longsor Sumut Kian Parah, 360 Orang Meninggal dan Puluhan Ribu Mengungsi
-
Perpol Jabatan Sipil Polri Jadi Bola Panas, Komisi Reformasi Turun Tangan Bahas Polemik