Suara.com - Literasi terhadap masyarakat oleh stakeholder di akarrumput mengenai Covid-19 dinilai sangat lemah. Bahkan di sejumlah daerah masyarakat masih buta mengenai Virus Corona tersebut, sehingga penyebaran wabah tersebut terus meningkat setiap harinya, seperti kasus yang terjadi di Jawa Timur.
Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya Ahmad Zainul Hamdi mengatakan, di sejumlah daerah di Jawa Timur, misalnya banyak warga yang memilih merahasiakan keluarganya yang terinfeksi positif Covid-19.
Salah satu faktornya karena mereka malu menginformasikan kepada warga lain, lantaran dianggap terpapar wabah tersebut adalah sebuah aib. Sehingga penularan terus terjadi di lingkungan masyarakat.
"Jadi narasi edukatifnya rendah, yang dikencangin malah narasi menakutkan dan ancaman yang cenderung menyudutkannya warga (yang terpapar)," kata Ahmad dalam sebuah diskusi daring bertajuk Memperkokoh Kerjasama di Tengah Zona Siaga Covid-19 yang digelar PUSAD Paramadina, Jumat (3/7/2020).
Ia menilai, pemerintah dan otoritas sejak awal reaksinya tergagap dalam menghadapi wabah ini. Tak ada yang siap menghadapi pandemi.
Ahmad membedakan enam klaster kelompok masyarakat yang bermasalah di masa pandemi tanpa ada literasi dari stakeholder. Pertama, kelompok masyarakat yang tidak tahu mengenai Covid-19 dan apa yang harus dilakukan agar tak terpapar dan mencegah penyebaranya.
Kedua, kelompok masyarakat yang pada dasarnya harus bekerja untuk bertahan hidup. Orang seperti ini pilihannya bukan bekerja untuk mati, tapi pilihannya mati di mana.
Jadi seluruh kebijakan tentang lockdown, karantina wilayah, isolasi mandiri, tanpa didukung jaminan bahwa mereka di dalam rumah dijamin tetap hidup, mereka akan tetap keluar rumah.
"Mereka rata-rata berpendidikan rendah, sehingga mereka sangat tidak disiplin untuk melakukan protokol Covid-19 ketika beraktivitas ke luar rumah," ujarnya.
Baca Juga: Tambah 147 Pasien, Positif Corona di Jakarta Capai 11.824 Orang
Ketiga, kelompok 'Ndableg'. Ini adalah kelompok orang-orang yang mungkin sebagian diantara mereka sadar, bahkan tahu mengenai wabah. Ndableg itu nakal, sembrono dan cendrung untuk menantang. Misalkan dalam situasi seperti saat ini mereka tetap berkerumuman tanpa protokol kesehatan.
Keempat, kelompok yang paling sulit diedukasi yaitu kelompok anti sains. Mereka menganggap sains itu tidak lebih sekedar kebohongan, oleh karena itu mereka cendrung mendelegitimasi informasi sains. Bahkan mereka membuat informasi tandingan yang membuat masyarakat jadi bodoh.
Kelima, kelompok masyarakat yang berfikir konspiratif, bahwa Covid-19 sama sekali tidak ada. Kelompok ini memandang Virus Corona hanyalah sebuah konspirasi fitnah.
"Bahkan ada yang menyebut Covid-19 ini sengaja dibuat untuk membuat umat Islam tidak berangkat ke mesjid dan mesjid menjadi sepi serta digerogoti akidahnya," tuturnya.
Terakhir adalah kelompok masyarakat yang terologinya fatalistik. Kelompok ini hampir ada disemua agama, ada tokoh-tokoh agama yang teologinya fatalistik, dan sengaja disebarkan di tengah situasi pandemi.
Mereka berpandangan, karena wabah ini virus, virus itu mahkluk, virus itu ciptaan tuhan, tuhan maha besar maka tidak boleh melarang orang berdoa secara massal di masjid.
Berita Terkait
Terpopuler
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
Terkini
-
'Cuma Buat Nakut-nakutin', Menteri Hukum Bongkar Modus Pencatutan 'Bos Palsu' di Balik Perusahaan
-
Terseret Korupsi hingga Dioperasi Ambeien, Istri Nadiem Curhat: Anak-Anak Tiap Hari Mencari Ayahnya
-
Islah di Menit Akhir? Mardiono dan Agus Suparmanto Bersatu Pimpin PPP
-
Aksi Perlawanan Menggema: Tuntut UU Ketenagakerjaan Berpihak ke Buruh!
-
Warga Dukung Pemekaran Kelurahan Kapuk: Semoga Urusan KTP Tak Lagi Ribet dan Bolak-balik
-
Perwira Junior Berpeluang Isi Jabatan Strategis, Prabowo Mau Hapus Kultur Senioritas di TNI?
-
Target Puncak Emisi Indonesia Mundur ke 2035, Jalan Menuju Net Zero Makin Menantang
-
Rakor Kemendagri Bersama Pemda: Pengendalian Inflasi sampai Imbauan Evaluasi Kenaikan Harga
-
Cegah Pencatutan Nama Buat Korupsi, Kemenkum Wajibkan Verifikasi Pemilik Asli Perusahaan via Notaris
-
Siap Rekonsiliasi dengan Kubu Agus, Mardiono Sebut Akan Difasilitasi 'Orang-orang Baik', Siapa?