Suara.com - Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Donny Gahral Adian mengatakan setiap pemimpin atau Presiden memiliki cara sendiri termasuk meluapkan kemarahannya dalam menghadapi masalah.
Sehingga kata dia, tidak bisa membandingkan gaya Presiden Jokowi dalam menghadapi masalah dengan gaya presiden sebelumnya, termasuk Presiden RI ke 2 Soeharto.
"Setiap pemimpin punya zamannya sendiri, tidak bisa dibandingkan setiap pemimpin punya zamannya sendiri. Pak Soeharto ada masanya, konteks yang dihadapi berbeda. Jadi saya kira tidak bisa dibandingkan," ujar Donny saat dihubungi Suara.com, Selasa (7/7/2020).
Pernyataan Donny menangggapi pernyataan Director Center for Media and Democracy LP3ES Wijayanto yang mencontohkan sosok pemimpin asal Jawa yang kuat yakni Presiden ke-2 RI Soeharto.
Donny menuturkan bahwa almarhum Soeharto juga pernah menunjukkan kemarahannya.
Namun hal tersebut tidak terpublikasi karena belum canggihnya teknologi Youtube seperti era saat ini.
"Siapa bilang (Pak Soeharto tidak pernah marah)? Pak Harto juga pernah marah, tapi tidak terpublikasi. Kan belum ada youtube waktu zaman Pak Harto. Jadi tidak bsa dibandingkan begitu saja," kata Donny.
Tak hanya itu, menurut Donny, kemarahan Jokowi bentuk ketegasan sebagai pemimpin yang tegas dan memiliki keberanian di saat krisis akibat pandemi Covid-19.
"Justru disitu lah kelihatan bahwa kepempinan dalam memimpin negara di saat krisis terlihat nyata ketegasan beliau kepemimpinan ketegasan, keberanian, itu kelihatan disitu justru," ucap Donny.
Baca Juga: CEK FAKTA: Benarkah Presiden Jokowi Mengakui Marah-marahnya Pakai Teks?
Ia menegaskan justru kemarahan Jokowi memperlihatkan bahwa Jokowi memberi peringatan keras kepada para menterinya untuk bekerja lebih keras menangani Covid-19.
"Jadi nilai-nilai kepemimpinan beliau kelihatan ketika beliau memperingatkan kabinetnya untuk bekerja lebih keras," katanya.
Sebelumnya, Director Center for Media and Democracy LP3ES Wijayanto mengungkapkan, aksi marah-marah Jokowi tidak mewakili prinsip Jawa yang mengedepankan kehalusan rasa. Menurut kutipan para ahli, semakin kuat seorang manusia Jawa, maka dia akan semakin halus dalam mengolah rasanya.
"Dia akan semakin damai dalam batinnya, yang akan terpencar dalam perilaku lair-nya," ungkap Wijayanto saat memaparkan dalam sebuah diskusi yang disiarkan langsung melalui YouTube LP3ES Jakarta, Senin (6/7/2020).
Sebagai pemimpin yang berasal dari Jawa, Wijayanto menilai seharusnya Jokowi tidak perlu memperlihatkan kekesalannya terhadap menteri yang membuatnya kecewa. Bersikap tenang dan langsung kepada keputusannya menurut ia lebih menunjukkan kekuatan Jokowi sebagai pemimpin.
"Dia (bisa) cukup tersenyum kepada menterinya yang dia nilai enggak bagus kinerjanya lalu dengan baik-baik mengatakan, maaf, anda kinerjanya buruk jadi saya reshuffle misanya atau bahkan tidak perlu mengatakan itu," ujarnya.
Berita Terkait
-
Apakah Titiek Soeharto Menikah Lagi? Caption Instagramnya Jadi Sorotan
-
Bangga Prabowo Subianto Berdiri Sejajar Macan Dunia, Titiek Soeharto Malah Digoda Netizen
-
Tutut Soeharto Bertarung di Munaslub Golkar? DPD Sulsel Solid ke Bahlil Lahadalia
-
Adu Tas Hermes Titiek Soeharto vs Iriana Jokowi, Punya Siapa Lebih Mahal?
-
Momen Titiek Soeharto Semprot Mentan Amran yang Bandingkan Harga Beras Indonesia dengan Jepang
Terpopuler
- KPK: Perusahaan Biro Travel Jual 20.000 Kuota Haji Tambahan, Duit Mengalir Sampai...
- Selamat Datang Elkan Baggott Gantikan Mees Hilgers Bela Timnas Indonesia, Peluangnya Sangat Besar
- Jangan Ketinggalan Tren! Begini Cara Cepat Ubah Foto Jadi Miniatur AI yang Lagi Viral
- Hari Pelanggan Nasional 2025: Nikmati Promo Spesial BRI, Diskon Sampai 25%
- Maki-Maki Prabowo dan Ingin Anies Baswedan Jadi Presiden, Ibu Jilbab Pink Viral Disebut Korban AI
Pilihan
-
Line Up Terbaru Pestapora Hari Ini 7 September, Usai 34 Musisi Umumkan Mundur
-
Media Lokal: AS Trencin Dapat Berlian, Marselino Ferdinan Bikin Eksposur Liga Slovakia Meledak
-
Rieke Diah Pitaloka Bela Uya Kuya dan Eko Patrio: 'Konyol Sih, tapi Mereka Tulus!'
-
Dari Anak Ajaib Jadi Pesakitan: Ironi Perjalanan Karier Nadiem Makarim Sebelum Terjerat Korupsi
-
Nonaktif Hanya Akal-akalan, Tokoh Pergerakan Solo Desak Ahmad Sahroni hingga Eko Patrio Dipecat
Terkini
-
TAUD: Tuduhan Terhadap Delpedro Konspiratif, Penegakan Hukum Prematur untuk Cari Kambing Hitam!
-
Sejarah Panjang Gudang Garam yang Kini Dihantam Isu PHK Massal Pekerja
-
Pengamat Intelijen: Kinerja Listyo Sigit Bagus tapi Tetap Harus Diganti, Ini Alasannya
-
Terungkap! Rontgen Gigi Hingga Tato Bantu Identifikasi WNA Korban Helikopter Kalsel
-
Misteri Dosen UPI Hilang Terpecahkan: Ditemukan di Lembang dengan Kondisi Memprihatinkan
-
Dugaan Badai PHK Gudang Garam, Benarkah Tanda-tanda Keruntuhan Industri Kretek?
-
Israel Bunuh 15 Jurnalis Palestina Sepanjang Agustus 2025, PJS Ungkap Deretan Pelanggaran Berat
-
Mengenal Tuntutan 17+8 yang Sukses Bikin DPR Pangkas Fasilitas Mewah
-
IPI: Desakan Pencopotan Kapolri Tak Relevan, Prabowo Butuh Listyo Sigit Jaga Stabilitas
-
Arie Total Politik Jengkel Lihat Ulah Jerome Polin saat Demo: Jangan Nyari Heroiknya Doang!