Suara.com - Rocky Gerung mulai dikenal masyarakat saat dirinya banyak mengkritik pemerintahan di layar televisi.
Kritik pertamanya yang sempat dilontarkan di sebuah acara televisi adalah tentang kitab suci fiksi. Kemudian Rocky Gerung juga sempat ikut diperiksa polisi atas kasus foto lebam Ratna Surampaet.
Nama Rocky Gerung juga sempat menjadi sebuah tagar di Twitter saat dirinya disebut menghina presiden. Tagar #RockyGerungMenghinaPresiden sampai menduduki posisi teratas pada Februari 2019 silam.
Baru-baru ini Rocky Gerung ikut mengkritisi Djoko Tjandra, buronan kasus cassie Bank Bali. Selain itu, Rocky juga sempat memberi kritik pedas untuk Gibran rakabuming Raka yang mencalonkan dirinya menjadi Walikota Solo.
Lantas, siapa sebenarnya Rocky Gerung? Berikut profil Rocky Gerung terlengkap.
1. Latar Belakang
Rocky Gerung bersama Fadjroel Rachman merupakan penggerak mahasiswa pra-reformasi 1998 atau Aktivis 98.
Lahir di Manado, 20 Januari 1959, Rocky Gerung sudah menerbitkan dua buku diantaranya, Teori Sosial dan Praktik Politik tahun 1991 dan Hak Asasi Manusia: Teori, Hukum, Kasus tahun 2006.
2. Pendidikan
Baca Juga: Said Didu Bercanda: Pisang Anti Corona Hasil Temuan Rocky Gerung
Rocky gerung menempuh bangku kuliah di Universitas Indonesia jurusan ilmu politik. Namun, tak lama setelah itu, dirinya memilih untuk pindah haluan menjadi mahasiswa ilmu filsafat.
Selama kuliah, Rocky akrab dengan para aktivis indonesia seperti Marsillam Simanjuntak, Hariman Siregar, dan lainnya. Ia berhasil menyelesaikan kuliahnya pada tahun 1986
3. Karier
Setelah lulus kuliah, Rocky Gerung memutuskan untuk kembali ke Universitas Indonesia lagi. Tapi bukan untuk menjadi mahasiswa, melainkan dosen di departemen ilmu filsafat.
Selain menjadi dosen pengampu mata kuliah Metodologi dan Filsafat Politik, Rocky Gerung juga dikenal sebagai pengamat politik. Bahkan sampai dijuluki sebagai profesor karena kecerdasannya.
Rocky Gerung bersama tokoh-tokoh seperti Abdurrahman Wahid dan Azyumardi Azra mendirikan Institut Setara, sebuah wadah pemikir di bidang demokrasi dan hak asasi manusia, pada tahun 2005.
Berita Terkait
Terpopuler
- Penampakan Rumah Denada yang Mau Dijual, Lokasi Strategis tapi Kondisinya Jadi Perbincangan
- Belajar dari Tragedi Bulan Madu Berujung Maut, Kenali 6 Penyebab Water Heater Rusak dan Bocor
- Prabowo Disebut Ogah Pasang Badan untuk Jokowi Soal Ijazah Palsu, Benarkah?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Ketiga 13-19 Oktober 2025
- 4 Mobil Listrik Termurah di Indonesia per Oktober 2025: Mulai Rp180 Jutaan
Pilihan
-
Warisan Utang Proyek Jokowi Bikin Menkeu Purbaya Pusing: Untungnya ke Mereka, Susahnya ke Kita!
-
Tokoh Nasional dan Kader Partai Lain Dikabarkan Gabung PSI, Jokowi: Melihat Masa Depan
-
Proyek Rp65 Triliun Aguan Mendadak Kehilangan Status Strategis, Saham PANI Anjlok 1.100 Poin
-
Pundit Belanda: Patrick Kluivert, Alex Pastoor Cs Gagal Total
-
Tekstil RI Suram, Pengusaha Minta Tolong ke Menkeu Purbaya
Terkini
-
Skandal Rp 285 Triliun: Anak Riza Chalid Diduga Kantongi Rp3,07 T dari Korupsi Minyak
-
Jurnalis Myanmar Dorong Pembentukan Dewan Pers ASEAN, Perkuat Solidaritas Kebebasan Pers
-
Kabinet Prabowo Copy Paste Era Bung Karno, Ikrar Nusa Bhakti: Pemborosan di Tengah Ekonomi Sulit
-
Seleksi Pejabat BPJS Tak Sekadar Rotasi Jabatan, Pansel Cari Pemimpin yang Bisa Reformasi JKN
-
Ikon Baru Jakarta! 'Jembatan Donat' Dukuh Atas Dibangun Tanpa Duit APBD, Kapan Jadinya?
-
Proyek Galian Bikin Koridor 13 'Lumpuh', Transjakarta Kerahkan Puluhan Bus Tambahan
-
Larang Perdagangan Daging Anjing dan Kucing, Gubernur Pramono Siapkan Pergub dalam Sebulan
-
BNI Dukung BPJS Ketenagakerjaan Tingkatkan Layanan Jaminan Sosial lewat BNIdirect Cash
-
'Auditnya Menyusul Belakangan,' Serangan Balik Kubu Nadiem Usai Kalah di Praperadilan
-
Percepat Pembangunan Papua, Mendagri Tekankan Pentingnya Sinkronisasi Program Pusat dan Daerah