Suara.com - Orangtua siswa etnis Mongolia di China Utara melakukan boikot massal setelah pemerintah China menghapus bahasa Mongolia sebagai pengantar di sekolah.
Menyadur CNN pada Senin (07/09/2020), pemerintah kini menggunakan bahasa Mandarin sebagai ganti bahasa Mongolia untuk tiga mata pelajaran di sekolah dasar dan menengah.
Kurikulum baru ini dianggap sebagai cara Partai Komunis untuk melakukan asimilasi etnis Mongolia yang kini jumlahnya mencapai 4,2 juta jiwa dan tersebar di seluruh Daerah Otonomi Mongolia Dalam.
Salah satu orangtua siswa yang menggunakan nama samaran Angba mengatakan langkah itu akan menyebabkan matinya bahasa Mongolia secara bertahap dan akan mengakhiri budaya Mongolia yang kini sudah memudar.
"Kami rakyat Mongolia semua menentangnya," kata Angba yang menolak mengirim anaknya ke sekolah dasar dalam aksi boikot massal.
"Saat bahasa Mongol mati, etnis Mongol kita juga akan hilang," kata pria umur 41 tahun ini.
Aksi ini lantas meluas dengan adanya petisi yang ditandatangai oleh 21 ribu orang dari 10 kabupaten yang meminta pemerintah daerah untuk membatalkan kebijakan tersebut.
Ada sekitar 196 petisi yang terkumpul dari kelompok hak asasi manusia di luar negeri, orang Mongolia di seluruh wilayah dari musisi hingga anggota legislatif lokal.
Di ibu kota wilayah Hohhot, lebih dari 300 karyawan di stasiun televisi regional juga menandatangani petisi tersebut, kata seorang sarjana Mongolia perantauan yang telah berhubungan dekat dengan penduduk setempat.
Baca Juga: Curhatan WNI di Natuna: Susah Air Bersih hingga Belajar Bahasa Mandarin
Sementara itu, pihak berwenang membela penerapan kurikulum standar yang dilengkapi dengan buku teks China yang disusun dan disetujui oleh pembuat kebijakan di Beijing tersebut.
Mereka mengatakan keputusan ini akan meningkatkan jalur siswa minoritas ke pendidikan tinggi dan pekerjaan.
Bagi para kritikus, kebijakan tersebut sangat mirip dengan langkah-langkah yang diterapkan di wilayah Tibet dan Xinjiang, di mana bahasa Mandarin telah menggantikan bahasa etnis minoritas sebagai bahasa pengantar di sebagian besar sekolah.
Di Weibo, Twitter versi China, beberapa pengguna etnis Han telah berbicara sebagai simpati atas penderitaan Mongolia Dalam untuk melindungi bahasa ibunya. Beberapa warga di negara tetangga Mongolia juga melakukan aksi solidaritas.
Pada Kamis, kementerian luar negeri China menolak laporan protes di Mongolia Dalam sebagai spekulasi politik dengan motif tersembunyi.
"Bahasa lisan dan tulisan umum nasional adalah simbol kedaulatan nasional. Merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara untuk belajar dan menggunakan bahasa lisan dan tulisan umum nasional," kata juru bicara Hua Chunyin.
Berita Terkait
Terpopuler
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Pemain Keturunan Rp 20,86 Miliar Hubungi Patrick Kluivert, Bersedia Bela Timnas Oktober Nanti
- Ameena Akhirnya Pindah Sekolah Gegara Aurel Hermanyah Dibentak Satpam
- Cara Edit Foto yang Lagi Viral: Ubah Fotomu Jadi Miniatur AI Keren Pakai Gemini
- Ramai Reshuffle Kabinet Prabowo, Anies Baswedan Bikin Heboh Curhat: Gak Kebagian...
Pilihan
-
Dugaan Korupsi BJB Ridwan Kamil: Lisa Mariana Ngaku Terima Duit, Sekalian Buat Modal Pilgup Jakarta?
-
Awas Boncos! 5 Trik Penipuan Online Ini Bikin Dompet Anak Muda Ludes Sekejap
-
Menkeu Purbaya Sebut Mulai Besok Dana Jumbo Rp200 Triliun Masuk ke Enam Bank
-
iPhone di Tangan, Cicilan di Pundak: Kenapa Gen Z Rela Ngutang Demi Gaya?
-
Purbaya Effect, Saham Bank RI Pestapora Hari Ini
Terkini
-
Kronologi Penumpang Wings Air Tuding Pramugari Kuras Emas dan Dollar di Pesawat
-
Detik-detik Penumpang 'Ngamuk', Tuding Pramugari Curi Emas & Dollar di Pesawat Wings Air
-
Ada Sinyal Rahasia? Gerak-Gerik Dua Pria di Belakang Charlie Kirk Disebut Mencurigakan
-
Prabowo Setuju Bentuk Komisi Reformasi Polisi dan Tim Investigasi Independen Demo Ricuh
-
Usai Diperiksa KPK, Deputi Gubernur BI Jelaskan Aturan Dana CSR
-
Emas & Ribuan Dollar Lenyap di Pesawat Wings Air Viral, Pramugari Dituduh Jadi Pelaku
-
CEK FAKTA: Isu DPR Sahkan UU Perampasan Aset Usai Demo Agustus 2025
-
7 Cara Melindungi Kulit dan Rambut dari Polusi Udara, Wajib Rutin Keramas?
-
Rehat dari Sorotan, Raffi Ahmad Setia Dampingi Ibunda Amy Qanita Berobat di Singapura
-
Gerakan Muda Lawan Kriminalisasi Tuntut Prabowo Bebaskan Aktivis dan Hentikan Kekerasan Negara