Suara.com - Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat bahwa masyarakat semakin disiplin menjalani protokol kesehatan 3M selama pandemi covid-19. Lantas kapan pemerintah mau melaksanakan tes massal sebagai kewajiban 3T, testing, tracing, dan treatment?
Kepala Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengatakan, pengetesan massal sulit dilakukan karena saat ini pemerintah masih memprioritaskan beberapa daerah dengan kasus covid-19 terbanyak berdasarkan zonasi peta risiko.
"Kalau untuk tes massal tentu harus kita perhitungkan di daerah-daerah yang resiko terpaparnya tinggi supaya reagennya tidak mubazir," kata Doni dalam rilis survei BPS di Gedung BNPB, Jakarta, Senin (28/9/2020).
Dia juga menyebut biaya untuk satu kali swab tes cukup besar, sehingga pemerintah memrioritaskan kepada kontak erat di daerah-daerah zona merah.
"Mengingat satu kali pemeriksaan biayanya juga cukup besar tetapi kami berusaha semaksimal mungkin untuk memperbanyak tes dan merata di seluruh provinsi," ucapnya.
Diketahui pemerintah selama tujuh bulan pandemi baru melakukan pemeriksaan terhadap 1.934.863 orang dari 274.219.048 penduduk Indonesia, dengan jumlah pemeriksaan spesimen sebanyak 3.239.244 atau baru 11.813 tes per 1 juta penduduk.
"Ya seharusnya memang kita mampu memeriksa per hari itu 38.000 orang per hari. Tetapi sudah mengalami kemajuan yang cukup bagus," imbuh Doni.
BPS dalam surveinya pada 7-14 September 2020 terhadap 90.968 responden, sebanyak 92 persen masyarakat sudah menggunakan masker, namun untuk menjaga jarak dan mencuci tangan masih 75 persen.
"Temuan ini secara umum menggembirakan tetapi kita perlu memperhatikan penerapan baik untuk mencuci tangan dan menjaga jarak, karena 3M ini secara ideal harus berjalan pararel," kata Kepala BPS Kecuk Suhariyanto.
Kecuk mengklaim, angka perubahan perilaku masyarakat untuk menggunakan masker ini meningkat delapan persen dari survei BPS sebelumnya pada Juli 2020.
Berita Terkait
-
Survei BPS: Warga Sudah Patuh Protokol Kesehatan 3M, Pertahankan!
-
Satgas Covid-19: Masih Tersedia 3.546 Bed untuk Isolasi Pasien di Jakarta
-
76 Kantor di Jaksel Langgar PSBB, Ada yang Tak Sediakan Sarana Cuci Tangan
-
Pjs Bupati Gowa Minta Pelaksanaan Pilkada Disiplin Protokol Kesehatan
-
Jangan Dicontoh! 5 Kafe Ini Ditutup karena Abaikan Protokol Kesehatan
Terpopuler
- Pecah Bisu Setelah Satu Dekade, Ayu Ting Ting Bongkar Hubungannya dengan Enji Baskoro
- Nasib Aiptu Rajamuddin Usai Anaknya Pukuli Guru, Diperiksa Propam: Kau Bikin Malu Saya!
- Momen Thariq Halilintar Gelagapan Ditanya Deddy Corbuzier soal Bisnis
- Korban Keracunan MBG di Yogyakarta Nyaris 1000 Anak, Sultan Akhirnya Buka Suara
- Dicibir Makin Liar Usai Copot Hijab, Olla Ramlan: Hidup Harus Selalu...
Pilihan
-
Nostalgia 90-an: Kisah Tragis Marco Materazzi yang Nyaris Tenggelam di Everton
-
5 Rekomendasi HP 1 Jutaan Memori 256 GB Terbaru September 2025
-
Perbandingan Spesifikasi Redmi 15C vs POCO C85, Seberapa Mirip HP 1 Jutaan Ini?
-
Rapor Pemain Buangan Manchester United: Hojlund Cetak Gol, Rashford Brace, Onana Asisst
-
Kata Media Prancis Soal Debut Calvin Verdonk: Agresivitas Berbuah Kartu
Terkini
-
Bukan Dilarang Total, Kakorlantas Tegaskan Sirene dan Strobo Polisi Tetap Meraung untuk Tugas Ini
-
Akhir Tragis Nasir di Yalimo: Hilang Saat Kerusuhan, Ditemukan Tewas Mengenaskan Penuh Anak Panah
-
Tak Setuju Gaji Anggota DPR Dipotong Gegara Bolos Rapat, Adian PDIP: Nanti Kita Terjebak Absensi
-
Dukung KLHK, NHM Laksanakan Aksi Bersih-bersih Serentak World Cleanup Day 2025 bersama Mitra Lokal
-
Sejak 2003, Haji Robert Konsisten Membina Ribuan Santri Penghafal Qur'an
-
Mendagri Ingatkan Pemda Jaga Kamtibmas & Susun Strategi Tingkatkan Pertumbuhan Ekonomi
-
Mimpi Jadi Tentara Terhalang Duit? KSAD Maruli Simanjuntak: Siapa Pun Bisa Daftar Tanpa Biaya!
-
Tragedi Minggu Pagi, Atap Gedung Rp120 Miliar KPT Brebes Ambruk, Warga dan Pekerja Jadi Korban
-
11 Buku Pendemo Disita, Dandhy Laksono Kritik: Bukti Polisi Tidak Membaca
-
Panglima TNI Ungkap Alasan RI Butuh Tank Harimau, Senjata Pamungkas Penjaga Kedaulatan