Suara.com - Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Intan Jaya telah kembali ke Jakarta usai mencari fakta terkait pembunuhan warga sipil dan anggota TNI di Papua. Seluruh hasil dari pencarian fakta ditargetkan bakal rampung pada 17 Oktober 2020.
Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengatakan, rombongan TGPF sudah melaporkan seluruh temuannya dan tinggal menyusun menjadi sebuah laporan sistematis.
"Diberi waktu sampai dengan tanggal 17 untuk membuat laporan dan mendiskusikan semua fakta-fakta yang ditemukan sehingga sampai pada kesimpulan yang meyakinkan," kata Mahfud dalam konferensi pers virtual, Selasa (13/10/2020).
Mahfud menerangkan kalau bukan hal yang mudah bagi rombongan TGPF mencari fakta-fakta di lapangan. Sebab rombongan TGPF sempat mendapatkan serangan dari kelompok separatis yang tidak setuju adanya tim investigasi besutan Mahfud tersebut.
Namun, Mahfud meyakini TGPF bisa menembus blokade kelompok separatis dan menemui keluarga korban pembunuhan. Ia menyebut pihak keluarga korban akhirnya mau memberikan keterangan setelah sebelumnya sangat tertutup.
"Sekarang ini keluarga korban bisa ditemui dan memberi kesaksian, menjelaskan fakta-fakta, bahkan juga sudah menandatangani persetujuan, yaitu dilakukan autopsi terhadap jenazah pendeta Yeremia, dulu itu sulit sekali," ungkapnya.
"Dari awal kita masuk RS kita masuk, dokter-dokter kita masuk, sekarang tim ini sudah berhasil. Karena tim kami memang pendekatannya lebih kultural," tambah Mahfud.
Mantan ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu menjelaskan pihaknya banyak dibantu oleh pendeta setempat bernama Henok Bagau untuk memberikan pengertian terhadap keluarga bahkan pihak rumah sakit maksud dan tujuan TGPF. Kemudian, TGPF juga telah menemui saksi-saksi kunci termasuk dari keluarga korban.
Sebelumnya, TGPF kasus penembakan di Intan Jaya telah tiba di Papua, Rabu (7/10/2020). Mereka langsung melakukan pertemuan untuk berdialog mencari fakta-fakta terkait penembakan terhadap warga sipil dan anggota TNI.
Baca Juga: Bantah Bunuh Pendeta, OPM Ngaku Tembaki Kantor Bupati Intan Jaya
Tim besutan Menko Polhukam Mahfud Md tersebut tiba dalam dua rombongan. Rombongan pertama tiba di Bandara Mozes Kilangin Timika, yang terdekat dengan lokasi Intan Jaya. Rombongan kedua tiba di Jayapura dalam waktu yang hampir bersamaan.
"Kami jauh-jauh datang kesini untuk bekerja sepenuh hati agar kasus ini menjadi terang, dengan begitu Tim TGPF Intan Jaya bisa memberikan laporan dan masukan yang tepat untuk pemerintah," kata Ketua Tim Investigasi Lapangan, Benny Mamoto pada keterangan tertulis yang dikutip Suara.com, Kamis (8/10/2020).
Anggota tim yang tiba di Jayapura sebagian besar merupakan tokoh masyarakat Papua, yakni Constan Karma, Taha Al Hamid, dan Michael Manufandu. Sementara yang lainnya adalah mantan Dubes Indonesia di PBB Makarim Wibisono, dan Deputi 3 Kemenko Polhukam Sugeng Purnomo, yang juga Wakil Ketua TGPF Intan Jaya.
Mereka langsung bertemu dengan sejumlah tokoh HAM dan pegiat LSM Papua di Bandara Sentani. Pertemuan dilanjut dengan koordinasi dengan jajaran Pemrov Papua, yakni DPRP, Kodam XVII / Cenderawasih, Kapala Kejaksaan Tinggi, Ketua Pengadilan Tinggi, Kabinda, Kepala biro Hukum, dan dipimpin Kepala Badan Kesbangpol Provinsi Papua. Turut hadir pula perwakilan dari FKUB Papua.
Sedangkan tim yang mendarat di Timika untuk menuju lokasi penembakan beranggotakan unsur yang lebih beragam. Mereka antara lain tokoh masyarakat, agama, adat, dan tokoh kampus. Selain itu, terdapat pula dari unsur Kepolisian, TNI, Badan Intelijen Negara (BIN), serta Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK).
Dari kalangan tokoh agama ada Pendeta Henok Bagau yang warga asli Intan Jaya, Jhony Nelson Simanjuntak dari PGI, dan Samuel Tabuni. Dari unsur kampus ada rektor Universitas Cendrawasih Apolo Safanpo dan Sosiolog UGM Bambang Purwoko. Dari unsur pemerintah ada Deputi Bidang Polhukam Kantor Staf Presiden, Jaleswari Pramodhawardani. Dari LPSK ada Edwin Partogi Pasaribu, dan sejumlah tokoh kredibel lainnya.
Berita Terkait
-
Kerap Saling Debat, Ini 3 Momen Mahfud MD dan HNW Terlibat Adu Argumen
-
Sebut Demo Rusuh UU Ciptaker Janggal, Mahfud: Pastilah By Design!
-
Adu Koleksi Kendaraan Mahfud MD vs Hidayat Nur Wahid, Bak Langit dan Bumi!
-
Twitwar Mahfud MD dan Hidayat NW : Komunisme, Kapitalisme, atau Pancasila
-
Perang Cuitan dengan HNW Soal UU Ciptaker, Mahfud : Komunis Harus Diributin
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
Terkini
-
Rumah Dijarah, MKD Pertimbangkan Keringanan Hukuman untuk Sahroni, Eko Patrio, dan Uya Kuya
-
Tertangkap! 14 ABG Pelaku Tawuran di Pesanggrahan Jaksel Bawa Sajam hingga Air Cabai
-
Bukan Penipuan! Ternyata Ini Motif Pria Tabrakan Diri ke Mobil di Tanah Abang
-
Resmi! Gubernur Riau Jadi Tersangka, Langsung Ditahan 20 Hari!
-
PSI Minta Satpol PP Tegas Tertibkan Parkir Liar di Trotoar: Sudah Ganggu Pejalan Kaki!
-
Drama di MKD DPR Berakhir: Uya Kuya Lolos dari Sanksi Kode Etik
-
Drama Penangkapan Gubernur Riau: Kabur Saat OTT, Berakhir Diciduk KPK di Kafe
-
Usman Hamid Sebut Soeharto Meninggal Berstatus Terdakwa: Sulit Dianggap Pahlawan
-
Ini Pertimbangan MKD Cuma Beri Hukuman Ahmad Sahroni Penonaktifan Sebagai Anggota DPR 6 Bulan
-
MKD Jelaskan Pertimbangan Adies Kadir Tidak Bersalah: Klarifikasi Tepat, Tapi Harus Lebih Hati-hati