Suara.com - Amnesty International Indonesia memberikan "rapor merah" sebagai catatan buruk kinerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Maruf Amin dalam satu tahun usia kepemimpinan. Rapor tersebut berisikan 11 butir pelanggaran HAM yang dilakukan.
Hal tersebut disampaikan Amnesty International Indonesia melalui akun Twitter @amnestyindo pada Selasa (20/10/2020) malam.
Dalam cuitannya, Amnesty International Indonesia menanyakan langsung Jokowi mengapa pelanggaran HAM masih kerap terjadi.
"Gimana nih, Pak @jokowi, setahun memimpin, kok catatan HAM masih banyak merahnya? Negara wajib memenuhi, melindungi dan menghormati HAM. Evaluasi HAM dalam 1 tahun kinerja Presiden Joko Widodo-Wakil Presiden Ma'ruf Amin," tulis @amnestyindo seperti dikutip Suara.com, Rabu (21/10/2020).
Poin pertama yang menjadi catatan merah pelanggaran HAM rezim Jokowi-Maruf ialah terkait hak atas kebebasan berekspresi dan menyampaikan pendapat. Amnesty International Indonesia mencatat, ada 49 kasus dugaan intimidasi dan peretasan digital terhadap mereka yang aktif mengkritik pemerintah.
Di mana ada 35 tahanan nurani Papua dan Maluku masih ditahan karena berekspresi secara damai. Sementara 56 orang ditangkap dengan tuduhan menyebarkan berita bohong dan mengkritik pemerintah terkait kebijakan Covid-19.
"14 orang ditangkap dengan tuduhan menyebarkan berita bohong dan ujaran kebencian terkait Omnibus Law
Setidaknya 6.645 orang ditangkap saat aksi #BatalkanOmnibusLaw," tulis @amnestyindo.
Kedua, yakni terkait hak untuk hidup. Ada 47 kasus pembunuhan di luar hukum oleh aparat di Papua dan Papua Barat menewaskan 96 korban jiwa. Berdasarkan catatan sepanjang tahun 2020, 96 tahanan masuk daftar hukuman mati.
Berikut catatan merah pelanggaran HAM Jokowi-Maruf berdasarkam evaluasi satu tahun kepemimpinan yang terangkum dalam gambar.
Baca Juga: Beda dengan Jokowi soal Pilkada, Maruf Amin: Kalau Saya, Lebih Baik Ditunda
Berita Terkait
-
Beda dengan Jokowi soal Pilkada, Maruf Amin: Kalau Saya, Lebih Baik Ditunda
-
Berkunjung ke Indonesia, Jadi Lawatan Perdana PM Jepang Yoshihide Suga
-
Setahun Jadi Presiden, Relawan Minta Jokowi Selesaikan Kasus HAM Masa Lalu
-
Bertemu PM Jepang, Jokowi Bahas Pengelolaan Covid-19
-
Momen Jokowi Lupa Sapa Wapres, Maruf: Saya Suka Lupa Sapa Istri Jika Tegang
Terpopuler
- 7 Sepatu New Balance Diskon 70 Persen di Sports Station, Mulai Rp100 Ribuan
- Petugas Haji Dibayar Berapa? Ini Kisaran Gaji dan Jadwal Rekrutmen 2026
- Liverpool Pecat Arne Slot, Giovanni van Bronckhorst Latih Timnas Indonesia?
- 5 Mobil Bekas Selevel Innova Budget Rp60 Jutaan untuk Keluarga Besar
- 5 Shio Paling Beruntung Besok 25 November 2025, Cuan Mengalir Deras
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Diminta Jangan Banyak Omon-omon, Janji Tak Tercapai Bisa Jadi Bumerang
-
Trofi Piala Dunia Hilang 7 Hari di Siang Bolong, Misteri 59 Tahun yang Tak Pernah Tuntas
-
16 Tahun Disimpan Rapat: Kisah Pilu RR Korban Pelecehan Seksual di Kantor PLN
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Makin Pedas
-
FIFA Atur Ulang Undian Piala Dunia 2026: 4 Tim Unggulan Dipastikan Tak Segrup
Terkini
-
Tak Cukup Dipublikasikan, Laporan Investigasi Butuh Engagement Agar Berdampak
-
Surat Edaran Terbit, Sebut Gus Yahya Bukan Lagi Ketua Umum PBNU Mulai 26 November 2025
-
Program Prolanis Bantu Penderita Diabetes Tetap Termotivasi Jalani Hidup Lebih Sehat
-
Tak Hadir di Audiensi, Keluarga Arya Daru Minta Gelar Perkara Khusus Lewat Kuasa Hukum
-
Gus Yahya Staquf Diberhentikan dari Ketua NU, Siapa Penggantinya?
-
Kuasa Hukum Nadiem Makarim: Kasus Kliennya Mirip Polemik Tom Lembong dan Ira Puspadewi
-
1.131 Aktivis Dikriminalisasi, ICEL dan Koalisi Sipil Desak Kapolri Terbitkan Perkap Anti-SLAPP
-
Kemajuan yang Membebani: Ketika Perempuan Jadi Korban Pertama Pembangunan
-
Kapan Bahasa Portugis Diajarkan di Sekolah? Ini Jawaban Mendikdasmen
-
Geram Legislator Senayan Soal Bandara PT IMIP Beroperasi Tanpa Libatkan Negara: Kedaulatan Terancam!