Suara.com - Ekonom senior Rizal Ramli membandingkan gerakan aktivis dulu dan kini yang menurut dia mengalami sedikit pergeseran.
Rizal Ramli awalnya mengurai perjuangan dia dan kawan-kawan saat menjadi aktivis pada masa Orde Baru lalu.
"Saya dan teman-teman mengawali gerakan anti kebodohan supaya ada wajib belajar, melawan pemerintah otoriter, kita dipenjara, ratusan kawan gak bisa jadi Pegawai Negeri, tapi semangat merubah Indonesia dari otoriter ke demokrasi tetap menjiwai," ungkap Rizal Ramli dikutip Suara.com dari tayangan dalam Kanal YouTube Fadli Zon Official.
Kemudian Rizal Ramli mengurai pandangannya perihal mahasiswa zaman sekarang yang sempat membuat dia pesimis meski kini hal itu telah terbantahkan.
Rizal Ramli mengatakan, meskipun tampilan mahasiswa saat ini terlihat seperti anak mami, tetapi ternyata mereka juga cukup konsen dengan permasalahan negara.
Hanya saja, menurut Rizal Ramli, hal yang membedakan antara dahulu dan sekarang adalah ketidakmauan mahasiswa saat ini tergabung dalam kelompok partisan.
"Hari ini mahasiswa kalau kita lihat penampilan luar keliatan kayak anak mami, seolah gak peduli dengan bangsa, tapi kalau kenal lebih baik ternyata sangat konsen dengan masalah nasional tapi tidak mau partisan," ujar Rizal Ramli.
Rizal Ramli juga mengaku pernah dibuat takjub oleh mahasiswa yang mengklaim dirinya tahu isi UU KPK maupun UU Omnibus Law Cipta Kerja saat mereka ramai memprotes kedua UU kontroversial itu.
"Kedua, saya pernah tanya kalian ngomongin UU KPK emang ngerti? Dia bilang 'Abang kuno, begitu tertarik kita Google 24 jam'. Begitu pula Omnibus Law. Mereka organisatoris yang hebat karena main games. Makanya Oktober hampir 50 kota mahasiswa bergerak. Ada harapan lagi, tidak selembek yang saya bayangkan," tegas Rizal Ramli.
Baca Juga: Sentilan Rizal Ramli: Demokrasi Kita Mundur Jadi Demokrasi Kriminal
Lebih lanjut, Rizal Ramli menyoroti arti milenial yang belakangan juga banyak digaungkan. Sama halnya dengan Presiden Jokowi yang memilih sejumlah kalangan milenial untuk menjadi staf khususnya saat ini.
Rizal Ramli mengatakan, banyak dari mahasiswa yang enggan dipanggil milenial karena ada satu dua alasan.
"'Jangan sebut kita milenial, karena milenial itu anak orang kaya sekolah bagus ngerti IT, tapi begitu diberi kekuasaan mereka merampok lebih. Kita generazi Z, lahir setelah 1995, mau HP harus kerja, mau beli pulsa mesti kerja, kita lebih ulet dr millenial anak manja, kita ikut perjuangan. Mileial mana ada memperkaya diri sendiri'," tukas Rizal Ramli mengutip ulang perkataan mahasiswa yang ditemuinya.
"Saya sempat kagum dengan milenial. Jokowi lebih kagum lagi sama generasi milenial sampai jadi Stafus, ternyata begini. Bener, di Kartu Prakerja malah nyopet juga dan sebagainya. Saya lebih bangga generasi Z," tandas Rizal Ramli.
5 Kontroversi Stafsus Milenial Jokowi
Joko Widodo memilih tujuh orang staf khusus milenial Presiden pada November 2019 ini terdiri atas Putri Indahsari Tanjung (CEO dan Founder Creativepreneur), Adamas Belva Syah Devara (Pendiri RuangGuru), Ayu Kartika Dewi (Perumus Gerakan SabangMerauke), Angkie Yudistia (Pendiri Thisable Enterprise, difabel tuna rungu), Gracia Billy Mambrasar (Pemuda asal Papua, penerima beasiswa Kuliah Oxford), Aminuddin Ma’aruf (Mantan ketua Pergerakan Mahasiswa Indonesia) dan Andri Taufan Garuda (CEO Amartha).
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Sepatu New Balance Diskon 70 Persen di Sports Station, Mulai Rp100 Ribuan
- Petugas Haji Dibayar Berapa? Ini Kisaran Gaji dan Jadwal Rekrutmen 2026
- Liverpool Pecat Arne Slot, Giovanni van Bronckhorst Latih Timnas Indonesia?
- 5 Mobil Bekas Selevel Innova Budget Rp60 Jutaan untuk Keluarga Besar
- 5 Shio Paling Beruntung Besok 25 November 2025, Cuan Mengalir Deras
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Diminta Jangan Banyak Omon-omon, Janji Tak Tercapai Bisa Jadi Bumerang
-
Trofi Piala Dunia Hilang 7 Hari di Siang Bolong, Misteri 59 Tahun yang Tak Pernah Tuntas
-
16 Tahun Disimpan Rapat: Kisah Pilu RR Korban Pelecehan Seksual di Kantor PLN
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Makin Pedas
-
FIFA Atur Ulang Undian Piala Dunia 2026: 4 Tim Unggulan Dipastikan Tak Segrup
Terkini
-
Sindir Ada Pihak Tak Waras Beri Informasi Sesat, Rais Syuriyah Bawa-bawa Elite NU
-
KPK Sebut Belum Terima Salinan Keppres Rehabilitasi, Eks Dirut ASDP Ira Puspadewi Batal Bebas Besok?
-
Heboh Isu Jokowi Resmikan Bandara IMIP, PSI: Ada yang Memanipulasi Fakta
-
Arya Daru 24 Kali Check In Hotel dengan Rekan Kerja, Polisi Didesak Dalami Jejak Vara!
-
DPR Desak Kemenkes Sanksi Tegas 4 RS di Papua yang Tolak Pasien Ibu Hamil
-
Gerindra Luncurkan Layanan Informasi Partai Berbasis AI, Kemenakan Prabowo Singgung Transparansi
-
Buntut Surat Edaran, PBNU Akan Gelar Rapat Pleno Tentukan Nasib Gus Yahya
-
Geger Kematian Ibu Hamil di Papua, Pimpinan DPR Sebut Negara Lalai: No Viral No Justice
-
Profil dan Rekam Jejak Suryo Utomo: Eks Dirjen Diperiksa Kejagung Buntut Kasus Korupsi Pajak
-
Analis Beberkan Peluang PKS-Demokrat Berkoalisi di 2029, Mau Usung Prabowo Lagi?