Suara.com - Beberapa pekan setelah presiden terpilih, Joe Biden, dinyatakan sebagai pemenang pilpres pada November 2019, masih ada ketidakpercayaan mendalam terhadap proses pemilihan di antara banyak pendukung kuat Donald Trump. Hal ini mencerminkan sentimen yang lebih luas di antara kaum konservatif, yang memiliki implikasi mendalam bagi negara dan lembaga-lembaganya.
Sambil berdiri di Main Street, Dillard Ungeheuer, 73, membersihkan kotoran sapi dari sepatunya - sisa-sisa dari kunjungannya ke tempat pakan. Dia tampak kesal. Saat membicarakan soal surat suara, ia tegas mengklaim - banyak yang palsu.
"Saya tidak akan berdebat dengan siapa pun tentang hal itu," katanya, dengan nada suara yang meninggi. "Saya percaya apa yang saya katakan itu faktual."
Kemarahannya atas pemilihan presiden terlihat jelas. Emosi yang sama dirasakan juga oleh banyak warga di kota itu.
"Tidak, saya sama sekali tidak percaya pada pemerintah," katanya.
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kalah dalam pemilihan dari kandidat Partai Demokrat, Joe Biden. Adapun upayanya untuk membatalkan hasil itu di pengadilan telah gagal.
Pada 6 Januari, hasil pemungutan suara elektoral dari setiap negara bagian akan dihitung oleh Kongres.
Meskipun beberapa anggota Partai Republik mengatakan mereka akan menantang langkah terakhir itu dalam proses mengesahkan pemenang pemilihan, aksi itu hanya akan menunda, bukan mengubah hasilnya.
Berbagai wawancara dengan puluhan pendukung Republik di Negara Bagian Kansas mengungkap sebuah gambaran tentang bagaimana mereka memandang dunia.
Baca Juga: Detik-detik Pendukung Trump Geruduk Gedung Capitol
Sebagian besar merasa bahwa mereka telah dicurangi, dan lembaga-lembaga demokrasi, khususnya proses pemilihan, telah hancur.
Sebagian besar pemilih Partai Republik, di Kansas dan di tempat lain, percaya Trump memenangkan pemilihan atau mereka tidak yakin akan pemenangnya, seperti yang diindikasikan melalui jajak pendapat Northeastern University.
Jackie Taylor, 59, penerbit Linn County News di Pleasanton, mengatakan pemilihan umum telah dicuri: "Semuanya itu kotor. Ada seorang pria yang terpilih dalam keadaan kotor, dan sekarang dia adalah presiden."
- Kongres AS kembali gelar sidang setelah pendukung Trump menyerbu Gedung Capitol
- Seperti apa suasana di Gedung Putih setelah Trump kalah?
- Pendukung Trump beraksi di sejumlah kota, suarakan tudingan kecurangan pemilu AS
Ketika ditanya mengapa menurut mereka terjadi kecurangan dalam pemilihan itu, banyak yang mengatakan bahwa mereka mendapat kabar dari Newsmax, One America News, dan media lain yang menyiarkan cerita tentang dugaan penipuan pemilih. Perusahaan media ini relatif tidak jelas reputasinya sampai ketika Trump menjabat.
Trump sering menyebut media-media itu, yang kemudian mengangkat profil mereka.
Beberapa orang lain mengatakan mereka tidak mengenal siapa pun yang mendukung Biden, dan hanya pernah melihat alat peraga kampanye Trump.
Bagi mereka, tidak terbayangkan Biden bisa menang. Mereka berkeyakinan teguh, meski tanpa ada bukti, bahwa kaum liberal mencuri kemenangan pemilu. Pandangan mereka tercermin dalam program-program yang mereka tonton, dan hal-hal yang mereka bahas di kedai kopi, di pom bensin, dan tempat-tempat lain di sekitar kota.
Mereka menyerukan perombakan sistem, dengan mengatakan kontrol yang lebih ketat harus diberlakukan terhadap pemilih. Mereka mengatakan bahwa mereka takut Biden akan menghancurkan demokrasi Amerika yang masih tersisa, dan mengubah negara itu menjadi negara sosialis.
Tyler Johnson, 35, berbicara tentang kecurangan dalam pemilu sambil berdiri di samping mobil Chevy-nya, yang dilengkapi dengan kotak pangan.
'Amerika dalam posisi yang sangat rapuh'
Sebelumnya, di luar pusat kota, sebuah papan di pinggir rute 69 bertuliskan: "Berikan suara Anda - singkirkan setiap Demokrat."
Johnson berpendapat bahwa Demokrat semestinya tidak memimpin: "Dengan adanya pertanyaan-pertanyaan terkait pemilu, ini membuat saya mempertanyakan semua yang mereka wakili."
Dia memelihara anak sapi seperti yang dilakukan ayahnya - serta berharap itu juga yang akan dilakukan putranya yang berusia dua tahun, Monroe, suatu hari nanti.
Dia khawatir Partai Demokrat akan mensabotase industri peternakan.
"Dengan semua aturan yang ingin diberlakukan oleh kepresidenan Biden pada kami, itu membuat saya bertanya-tanya - apakah gaya hidup saya akan menjadi gaya hidup yang layak untuk putra saya, seperti untuk ayah saya sebelumnya, dan untuk saya?" dia berkata.
Ketidakpercayaan mereka terhadap proses pemilihan dapat menyebabkan perpecahan yang lebih dalam di AS, sebagian percaya pada Gedung Putih di bawah kekuasaan Biden dan sebagian lainnya menolak Biden.
"Amerika berada dalam posisi yang sangat rapuh," kata Edward Foley, dosen hukum pemilu di Ohio State University di Columbus. Dia menggambarkan ketidakpercayaan terhadap proses pemilu sebagai "tantangan nyata terhadap premis sistem".
Foley mengingat kembali momen lain dalam sejarah ketika perdebatan muncul atas proses pemilihan. Pada 2000, kandidat dari Partai Republik, George W Bush, memenangkan Florida dengan selisih tipis 537 suara.
Kemenangan di Florida membuat Bush memenangi suara elektoral. Di pihak lain, para pendukung saingan Demokratnya, Al Gore, putus asa.
"Waktu itu ada ketakutan bahwa para pejabat akan menggunakan kekuatan politik untuk memanipulasi surat suara," katanya, meski tidak ada upaya serius untuk merusak proses tersebut.
Partai Demokrat membawa masalah ini ke Mahkamah Agung, tetapi hakim menghentikan upaya mereka. Permasalah itu kemudian pudar.
Yang terjadi saat ini, Trump dan sekutu-sekutunya membuat sebagian publik meragukan kemenangan Biden.
Roger Marshall, Senator AS yang baru terpilih dari Kansas, berencana untuk mengajukan keberatan atas kemenangan Biden pada hari Rabu, ketika anggota Kongres bertemu dalam rapat pengesahan hasil pemilihan.
Marshall dan sekitar belasan senator konservatif lainnya akan menantang hasil pemungutan suara di beberapa negara bagian - upaya terakhir, meski akan gagal, untuk menghentikan Biden.
Ketika ditanya apakah menantang hasil pemilu mengikis kepercayaan pada prosesnya, Marshall mengatakan dia menekankan masalah ini karena "Saya ingin memberi kepercayaan kepada orang-orang dalam pemilu-pemilu mendatang, jadi saya tidak mungkin merusak kepercayaan orang lebih dari sekarang".
Kekhawatirannya dirasakan oleh banyak orang di wilayah tersebut, wilayah yang sangat konservatif. Di sini, ketakutan terhadap sosialisme dan ketakutan tentang kepresidenan Biden sangat kuat.
"Saya merasa bahwa kita akan melihat tanda-tanda pertama dari sosialisme," kata Mike Avery, 53, pemilik tempat penampungan kayu di Main Street, yang terletak di Linn County, di mana 80% pemilih yang memenuhi syarat memberikan suara untuk Trump.
Ungeheuer, yang bekerja membuat pagar kandang, mengatakan tentang kebijakan Biden:
"Anda tidak dapat mulai memberi sesuatu kepada semua orang, membiarkan saya bekerja keras dan menjalankan bisnis, dan berharap saya memberikannya kepada yang lain. Venezuela tidak melakukan banyak hal dengan baik, mengikuti agenda sosialis. "
Sekarang ada juga seruan di Kansas dan di tempat-tempat lain untuk memperketat pembatasan pada pemungutan suara.
"Saya pikir terjadi kecurangan dalam pemilihan, dengan surat suara yang masuk. Saya pikir hanya ada orang-orang yang tidak lagi bersama kami yang memilih," kata Julia Smith, 65, yang sudah pensiun.
"Saya pikir kita harus kembali ke pemungutan suara secara langsung, dengan kartu tanda pengenal."
Baginya, kekalahan Trump adalah bukti bahwa Demokrat telah melakukan kecurangan, dan dia mengatakan upaya mereka harus dihentikan. Lalu dia menarik jaketnya erat-erat melawan angin sedingin es dan menuju ke jalan raya.
Berita Terkait
-
Kenapa Keputusan Trump Buka Suaka Margasatwa Arktik untuk Pengeboran Minyak Tuai Kontroversi?
-
Misteri Lawatan Trump ke Asia: Sinyal Kejutan dari Korut, Kim Jong Un Sudah Menanti?
-
Momen Langka di Kuala Lumpur, Donald Trump dan Prabowo Subianto Hadiri KTT ASEAN
-
Donald Trump: Bertemu Xi Jinping Akan Menghasilkan Kesepakatan Fantastis!
-
Robert De Niro Keluarkan Peringatan Keras, Anggap Trump Ancaman Terbesar Bagi Demokrasi AS
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- 7 Mobil Bekas Terbaik untuk Anak Muda 2025: Irit Bensin, Stylish Dibawa Nongkrong
- Gibran Hadiri Acara Mancing Gratis di Bekasi, Netizen Heboh: Akhirnya Ketemu Jobdesk yang Pas!
- Suzuki Ignis Berapa cc? Harga Bekas Makin Cucok, Intip Spesifikasi dan Pajak Tahunannya
- 5 HP RAM 8 GB Paling Murah Cocok untuk Gamer dan Multitasking Berat
Pilihan
-
Harga Emas Turun Tiga Hari Beruntun: Emas Jadi Cuma 2,3 Jutaan di Pegadaian
-
Indonesia Ngebut Kejar Tarif Nol Persen dari AS, Bidik Kelapa Sawit Hingga Karet!
-
Prabowo Turun Gunung Bereskan Polemik Utang Whoosh
-
Jokowi Klaim Proyek Whoosh Investasi Sosial, Tapi Dinikmati Kelas Atas
-
Barcelona Bakal Kirim Orang Pantau Laga Timnas Indonesia di Piala Dunia U-172025
Terkini
-
Menteri Keuangan Purbaya: Antara Pencitraan dan Substansi Kebijakan yang Dipertanyakan
-
Usut Kasus Korupsi Kuota Haji, KPK Sita Uang Asing dari Biro Travel
-
Detik-detik Penembak Pengacara Ditangkap: Terkapar di Gang Sempit, Tak Berdaya Saat Pistol Ditemukan
-
Prabowo Ingatkan Pentingnya Menjaga Persatuan: Kalau Ribut Terus, Nanti Wisatawan Ogah Datang!
-
Penyelidikan Hampir Setahun, KPK Klaim Masih Cari Peristiwa Pidana dalam Kasus Pengadaan Whoosh
-
Terungkap! Ternyata Ini Peran Eks Sekjen Kemnaker dalam Perkara Pemerasan Calon TKA
-
Prabowo Singgung Mafia dalam Pemerintahan, Apa Maksudnya?
-
Sidang Panas MNC vs CMNP: Hotman Paris Bantah Saksi Lawan, Kesaksiannya Cuma 'Katanya-Katanya'!
-
Kemenko PM Gandeng Pemda Atur Izin Ritel, Jaga Warung Madura dan Toko Kelontong Tetap Hidup
-
Ritel Besar vs Warung Kecil: Kemenko PM Siapkan Aturan Main Baru Biar UMKM Nggak Tumbang!