Suara.com - Facebook mengatakan pihaknya telah menghapus laman yang terkait dengan TV Militer Myanmar pada Selasa (02/02). Menyadur CNA Kamis (04/02), aksi ini berkaitan dengan kudeta militer Myanmar.
Penyelidik HAM PBB mengatakan bahwa pidato kebencian di Facebook berperan dalam mengobarkan kekerasan di Myanmar. Platform tersebut lantas melarang jaringan TV pada tahun 2018.
Facebook menyebut Myanmar dalam keadaan darurat dan mengambil tindakan sementara untuk menghapus konten yang memuji atau mendukung kudeta, menurut seorang juru bicara.
Sementara itu, C Net melaporkan kini Facebook dan beberapa aplikasi lain seperti Instagram dan WhatsApp telah dibatasi penggunaannya di Myanmar.
Layanan pemantau internet NetBlocks melaporkan penyedia layanan internet milik negara MPT dan perusahaan telekomunikasi Telenor Myanmar melakukan pemblokiran untuk sementara.
Sebuah surat yang diposting di Twitter menyatakan Kementerian Transportasi dan Komunikasi untuk sementara menangguhkan akses ke Facebook karena kekhawatiran tentang penyebaran informasi yang salah.
"Kami mendesak pihak berwenang untuk memulihkan konektivitas sehingga orang-orang di Myanmar dapat berkomunikasi dengan keluarga dan teman mereka serta mengakses informasi penting," kata seorang juru bicara Facebook dalam sebuah pernyataan.
Separuh dari 53 juta penduduk Myanmar adalah pengguna Facebook, terutama bagi mereka yang terbiasa dengan internet.
Pada hari Selasa, militer memperingatkan agar tidak memposting hal-hal yang dapat memicu kerusuhan dan ketidakstabilan, kata kementerian informasi, sehari setelah tentara merebut kekuasaan dalam kudeta.
Baca Juga: Protes Kudeta Militer, Rumah Sakit dan Klinik di Myanmar Mogok Kerja
Facebook sebelumnya mengatakan terlalu lambat untuk menindak dan mencegah informasi yang salah dan kebencian di negara tersebut.
Tentara Myanmar pada Senin menyerahkan kekuasaan kepada panglima militer Jenderal Senior Min Aung Hlaing dan menahan pemimpin terpilih dan peraih Nobel Aung San Suu Kyi, dengan dalih kecurangan pemilu.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Sekelas Honda Jazz untuk Mahasiswa yang Lebih Murah
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 26 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 13 November: Klaim Ribuan Gems dan FootyVerse 111-113
- 5 Pilihan Bedak Padat Wardah untuk Samarkan Garis Halus Usia 40-an, Harga Terjangkau
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman New Balance untuk Jalan Kaki Jauh
Pilihan
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Vinfast Serius Garap Pasar Indonesia, Ini Strategi di Tengah Gempuran Mobil China
Terkini
-
Wings Air Resmi Buka Rute Jember-Bali, Jadwal Penerbangan Segera Dirilis
-
Bangun Ulang dari Puing, 5 Fakta Rumah Ahmad Sahroni Rata dengan Tanah Usai Tragedi Penjarahan
-
Ulah Camat di Karawang Diduga Tipu Warga Rp1,2 Miliar Modus Jual Rumah, Bupati Aep Syaepuloh Murka
-
Peringatan BMKG: Dua Bibit Siklon Picu Cuaca Ekstrem November 2025
-
Dirikan Biodigister Komunal, Pramono Harap Warga Jakarta Kelola Limbah Sendiri
-
Pramono Setujui SMAN 71 Gelar Pembelajaran Tatap Muka Senin Depan: Yang Mau Daring Boleh
-
Rekam Jejak Arsul Sani: Hakim MK yang Dilaporkan karena Ijazah Doktor Palsu, Ini Profil Lengkapnya
-
Geger Tudingan Ijazah Palsu Hakim MK Arsul Sani, Kampus di Polandia Diselidiki Otoritas Antikorupsi
-
PBHI: Anggota Polri Masih Bisa Duduk di Jabatan Sipil, Asal...
-
Buntut Ledakan SMAN 72, DPR Minta Regulasi Platform Digital Diperkuat: Jangan Cuma Game Online