Suara.com - Linimasa media sosial Twitter sempat diramaikan dengan pembahasan publik soal KTP elektronik yang masih difotokopi untuk urusan birokrasi.
Terkait itu, Dirjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri, Zudan Arif Fakrullah, menilai lembaga yang menerapkan sistem manual untuk pendataan tersebut masih tidak keberatan untuk menyimpan berkas.
Zudan menuturkan, selama ini banyak lembaga yang sudah tidak lagi meminta fotokopi KTP-el untuk penyimpanan data masyarakat. Tetapi tidak sedikit pula masyarakat pengguna Twitter justru mengeluhkan dengan lembaga yang mengharuskan adanya fotokopi KTP-el.
"Tampaknya begitu, masih senang menyimpan berkas," tutur Zudan kepada wartawan, Kamis (4/3/2021) malam.
Lembaga yang sudah tidak meminta fotokopi KTP-el itu biasanya sudah memegang pembaca kartu atau card reader, memiliki aplikasi untuk melihat data melalui NIK serta memiliki alat untuk mengakses biometrik berupa foto dan sidik jari.
Sejauh ini baru ada 50 ribu lembaga yang tercatat memiliki fasilitas itu.
Dengan masih adanya masyarakat yang mengeluhkan soal fotokopi KTP-e, Zudan pun mengimbau kepada lembaga lainnya untuk segera menjalin kerja sama dengan Disdukcapil guna memperoleh fasilitas card reader.
Ia menyebut kalau kerja sama itu harus dilakukan karena ada syarat penandatanganan pakta integritas yang harus dipenuhi.
"Harus kerja sama dulu, karena ada pakta integritas di dalamnya," tuturnya.
Baca Juga: Cara Cek KTP Online Pakai Handphone, Dijamin Tak Bikin Ribet
Sebelumnya, pemilik akun @catuaries mengeluhkan soal KTP-el yang tetap difotokopi meski sudah bersifat elektronik. Bahkan ia belum pernah merasakan kecanggihan dari KTP-el sejak 2012 lalu.
"KTP elektronik itu scam. Dalam penggunaannya tetap saja difotokopi. Sejak dapat eKTP ini dari 2012 enggak pernah tuh diminta tap kaya e-money buat urusan-urusan birokrasi. Tetap saja fotokopi," keluhnya pada Kamis (4/3/2021).
Dengan pengalamannya tersebut, dirinya memiliki kecurigaan terhadap koperasi pegawai yang enggan kehilangan pemasukan dari jasa fotokopi di setiap lembaga.
"Kalau cukup tap saja kan ada potensi cuan yang ilang dari jasa fotokopi buatan koperasi pegawai buuaang," sebutnya.
"Beberapa sengaja membuat orang kebingungan requirementnya apa saja untuk ngurus administrasi. Ujung-ujungnya tanya lagi, kena scam modus fotokopi lagi."
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban
-
KPK: Penyidikan Korupsi Haji Tidak Mengarah ke PBNU
-
Ancol Rencanakan Reklamasi 65 Hektare, Pastikan Tak Gunakan Dana APBD
-
Dirut PAM Jaya Jamin Investor Tak Bisa Paksa Naikkan Tarif Air Pasca-IPO