Suara.com - Vaksin Johnson & Johnson yang sudah berizin di AS, jadi bantuan baru dalam perangi Covid-19. Vaksin ini terbukti berikan perlindungan pada virus varian Brazil dan Afrika Selatan. Uni Eropa sudah memesan jutaan dosis.
Vaksin Covid-19 buatan Johnson & Johnson diklaim ampuh dan sudah mendapat izin edar di AS dari lembaga pengawas obat-obatan federal FDA akhir Februari lalu.
Ini merupakan vaksin keempat, yang mendapat izin setelah BioNTech/Pfizer, Moderna dan AstraZeneca. Vaksin ini juga dilaporkan ampuh melindungi dari virus mutasi varian Brazil dan varian Afrika Selatan.
Vaksin Johnson & Johnson berasal dari vektor virus, yakni berbasis virus flu dan secara desain mirip seperti vaksin AstraZeneca.
Kedua jenis vaksin ini berkonsentrasi pada "protein spike" di permukaan virus corona SARS-Cov-2, yang memicu jawaban imunitas perlindungan tubuh.
Perusahaan farmasi tersebut sudah mengajukan permohonan izin darurat dari lembaga pengawas obat-obatan Uni Eropa EMA.
Diharapkan pekan ini juga EMA akan memberikan lampu hijau. Lembaga regulasi kesehatam Prancis HAS sudah menyatakan siap memberi izin akhir pekan ini.
HAS sedang melakukan uji cepat vaksin untuk program imunisasi anti Covid-19 di Prancis. Sementara Kanada sudah memberi izin penggunaan vaksin J&J pada akhir pekan lalu.
Pemerintah di Ottawa menurut laporan AFP sudah memesan 38 juta dosis vaksin Johnson & Johnson.
Baca Juga: Melalui COVAX, Indonesia Akan Terima 11,7 Juta Dosis Vaksin AstraZeneca
Banyak keunggulannya
Vaksin Johnson & Johnson disebut memiliki banyak keunggulan dibanding tiga vaksin yang diregulasi sebelumnya.
Vaksin hanya perlu satu dosis suntikan. Dengan itu orang yang divaksinansi lebih cepat mengembangkan imunitas dan terlindungi.
Dalam waktu bersamaan, juga sedang dilakukan uji klinis pda sejumlah responden, apakah pemberian dua dosis vaksin dengan jeda waktu tertentu, malahan bisa meningkatkan lagi efikasinya.
Hasil uji klinis fase III pada 44.000 responden di AS, Brazi dan Afrika Selatan menunjukkan, vaksin juga ampuh pada kelompok manusia lanjut usia seperti halnya pada kelompok yang lebih muda.
Sementara dalam uji klinis pada vaksin AstraZeneca, terdapat keraguan efikasinya pada manula di atas 65 tahun.
Selain itu vaksin Johnson & Johnson bisa diangkut dan disimpan pada temperatur kulkas normal.
Sementara vaksin buatan BioNTech/Pfizer dan Moderna perlu temperatur ekstra rendah.
Sejauh ini dalam uji klinis tidak ada kasus berat hingga harus dirawat di rumah sakit apalagi ada kasus responden meninggal.
Hanya dalam uji klinis fase III, analisis data menunjukkan, efikasi vaksin dalam mencegah munculnya gejala sakit berat Covid-19, empat minggu setelah imunisasi, menunjukkan angka 66%.
Angka yang lebih rendah dari efikasi umum pada awal riset itu, diduga berkaitan dengan varian virus yang bermutasi, yang muncul di akhir uji klinis.
Kritik dari gereja Katolik
Kritik terhadap pemanfaatan vaksin Johnson & Johnson dilontarkan gereja Katolik AS.
Konferensi Keuskupan AS mengimbau umat Katolik, dalam pemilihan vaksin corona agar sebisa mungkin menghindari buatan pabrik farmasi Johnson & Johnson.
Pasalnya dalam pengembangan vaksinnya, perusahaan farmasi itu menggunakan kultur jaringan dari janin yang digugurkan.
Para uskup AS bulan Desember tahun lalu juga melontarkan kritik serupa terhadap vaksin AstraZeneca yang dikembangan dengan prosedur serupa.
Uni Eropa pesan 400 juta dosis Johnson & Johnson mengumumkan, tahun 2021 ini akan memproduksi satu miliar dosis vaksin.
Produksi dilakukan di pabrik AS, Eropa, Afrika Selatan dan India. AS sudah memesan 100 juta dosis vaksin senilai satu miliar US Dolar, yang akan disuplai tahun ini juga.
Juga AS punya opsi memesan 200 juta dosis berikutnya. Sementara Uni Eropa sudah memastikan pemesanan 400 dosis vaksin buatan Johnson & Johnson. as/hp (Reuters/AFP)
Berita Terkait
-
Penjualan Vaskin Covid Lesu, Moderna PHK 10 Persen Karyawan
-
Jadi Penyebab Utama Kematian, AstraZeneca dan Kemenkes RI Fokus Tangani Penyakit Tidak Menular
-
AstraZeneca Indonesia Gandeng Kimia Farma Trading & Distribution untuk Transformasi Layanan Kesehatan Primer
-
Penyakit Ginjal Kronis Duduki Peringkat ke-2, Habiskan Anggaran Rp 1,9 Triliun
-
AstraZeneca Indonesia Tekankan Pentingnya Menjaga Kualitas Hidup Bayi Prematur
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Prabowo Kirim Surat ke Eks Menteri Termasuk Sri Mulyani, Ini Isinya...
Pilihan
-
Kendal Tornado FC vs Persela Lamongan, Manajemen Jual 3.000 Tiket
-
6 Rekomendasi HP Murah Rp 3 Jutaan dengan Kamera Terbaik September 2025
-
Wakil Erick Thohir Disebut jadi Kandidat Kuat Menteri BUMN
-
Kursi Menteri BUMN Kosong, Siapa Pengganti Erick Thohir?
-
Otak Pembunuhan Kacab Bank, Siapa Ken si Wiraswasta Bertato?
Terkini
-
Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
-
Dikabarkan Hilang Usai Demo Ricuh, Bima Permana Ditemukan di Malang, Polisi: Dia Jualan Barongsai
-
Berawal dari Rumah Gus Yaqut, KPK Temukan Jejak Aliran Dana 'Janggal' ke Wasekjen Ansor
-
KPK Kecolongan, Apa yang Dibocorkan Ustaz Khalid Basalamah Terkait Korupsi Kuota Haji?
-
Bukan Program, Ini Arahan Pertama Presiden Prabowo untuk Menko Polkam Barunya
-
Tongkat Estafet Tokoh Menko Polkam: Ada SBY, Mahfud MD, Wiranto, hingga Djamari Chaniago
-
Surat Pemakzulan Gibran Tidak Mendapat Respons, Soenarko Curigai Demo Rusuh Upaya Pengalihan Isu
-
Respons Viral Setop 'Tot Tot Wuk Wuk', Gubernur Pramono: 'Saya Hampir Nggak Pernah Tat Tot Tat Tot'
-
Minta Daerah Juga Tingkatkan Kualitas SDM, Mendagri Tito: Jangan Hanya Andalkan Kekayaan Alam
-
Fakta atau Hoaks? Beredar Video Tuding Dedi Mulyadi Korupsi Bareng Menteri PKP