Kami merasa tidak fair dengan kejadian ini. Dari pihak BWF dan panitia All England juga tidak bisa membantu, mereka lepas tangan. Ya memang benar mereka meminta maaf dan mengatakan kasus yang menimpa tim Indonesia ini kasus yang under regulations pemerintah Inggirs sehingga mereka tidak bisa berbuat banyak.
Awal kami memberitahu pihak BWF dan panitia penyelenggara terkait e-mail dan sms dari NHS, mereka langsung merespons "oh sorry, we can not do anything,” dan kalimat prihatin lainnya tanpa disertai upaya membantu tim Indonesia untuk terus bertanding.
Apakah pemain asal Turki, Neslihan Yigit yang diketahui satu pesawat dengan tim Indonesia juga mengalami hal yang sama?
Pada saat kejadian (tim Indonesia dipaksa mundur), kemarin (17/03) dia memang masih bertanding. Namun, sekitar pukul 09.30 waktu Birmingham, nama Neslihan Yigit sudah didiskualifikasi.
Seperti apa perbedaan perlakuan yang diterima tim Indonesia?
Ya memang ada diskriminasi-diskriminasi yang kami rasakan juga di sini, saat kemarin kami sedang mengurus masalah itu. Kami dianggap seperti suspect COVID-19 dan kami tidak diperkenan menggunakan lift di hall dan di hotel.
Kami seharusnya kan pulang pergi dari hotel ke hall menggunakan shuttle bus, tetapi kemarin saat kami konfirmasi ke BWF terkait e-mail NHS, mereka tidak mengizinkan kami untuk naik shuttle bus itu.
Kami harus jalan kaki dari hall ke hotel, meski berdasarkan aturan bahwa tim yang terlibat dalam All England tidak boleh berjalan kaki.
Banyak kejanggalan yang terjadi sebenarnya, seperti saat kami naik pesawat dan tiba di Birmingham hari Sabtu (13/03), tetapi kenapa e-mail NHS baru sampai ke kami hari Rabu (17/03)? Kalau memang ada yang terindikasi COVID-19, seharusnya pemberitahuan itu bisa segera diumumkan.
Baca Juga: Ratusan Pesepak Bola Muda Sumbar Ikuti Seleksi Timnas U-16 dan U-19
Kami diminta isolasi 10 hari terhitung dari hari Sabtu (13/03), dan hari Minggu (14/03) juga tidak keluar kamar karena menunggu hasil tes PCR. Pada hari Senin (15/03) dan Selasa (16/03), kami sudah latihan di hall dan bertemu dengan teman-teman dari negara lain.
Kalau memang kami dianggap terindikasi COVID-19, bukankah sebaiknya mereka (pemain dari negara lain) yang berinteraksi dengan kami di satu ruangan yang sama juga seharusnya menjalani isolasi?
Upaya apa yang masih dilakukan agar tim dapat melanjutkan pertandingan?
Kami fokus menuntut keadilan, sekaligus meminta tes PCR ulang untuk membuktikan bahwa kami dalam kondisi sehat dan tidak menunjukkan ada gejala COVID-19. Hingga saat ini kami belum melakukan tes PCR ulang, meski memang seharusnya seluruh tim dari semua negara pada hari ini (18/03) dijadwalkan untuk tes kedua.
Kalau tadi saya lihat daftar peserta tes PCR hari ini (18/03), tim Indonesia tidak tercantum. Kami tidak tahu kenapa. Sampai sekarang kami juga masih menunggu apakah masih ada kesempatan atau tidak, yang pasti dari KBRI di London sudah menghubungi Duta Besar Inggris di Jakarta untuk meminta kejelasan dan transparansi mengenai masalah ini sekaligus perihal diskriminasi-diskriminasi yang kami alami.
Wawancara untuk DW Indonesia dilakukan oleh Hani Anggraini dan telah diedit sesuai konteks. (ha/as)
Berita Terkait
-
Mental Pemain Timnas Indonesia Hancur Lebur usai Kandas di Ronde Keempat
-
3 Fakta Cape Varde yang Lolos ke Piala Dunia 2026, Nomor 2 Bikin PSSI Malu
-
Kata-kata Patrick Kluivert Bela Diri Tak Bawa Timnas Indonesia Lolos Piala Dunia 2026
-
Borok-borok Patrick Kluivert akan Terbongkar Saat Rapat Exco PSSI
-
45 Kode Redeem FF Terbaru 13 Oktober 2025, Buruan Klaim Incubator Voucher dan Skin Epik Gratis
Terpopuler
- Penampakan Rumah Denada yang Mau Dijual, Lokasi Strategis tapi Kondisinya Jadi Perbincangan
- Belajar dari Tragedi Bulan Madu Berujung Maut, Kenali 6 Penyebab Water Heater Rusak dan Bocor
- Prabowo Disebut Ogah Pasang Badan untuk Jokowi Soal Ijazah Palsu, Benarkah?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Ketiga 13-19 Oktober 2025
- 4 Mobil Listrik Termurah di Indonesia per Oktober 2025: Mulai Rp180 Jutaan
Pilihan
-
6 Fakta Isu Presiden Prabowo Berkunjung ke Israel
-
Harga Emas Antam Hari Ini Cetak Rekor Tertinggi Pegadaian, Tembus Rp 2.565.000
-
Warisan Utang Proyek Jokowi Bikin Menkeu Purbaya Pusing: Untungnya ke Mereka, Susahnya ke Kita!
-
Tokoh Nasional dan Kader Partai Lain Dikabarkan Gabung PSI, Jokowi: Melihat Masa Depan
-
Proyek Rp65 Triliun Aguan Mendadak Kehilangan Status Strategis, Saham PANI Anjlok 1.100 Poin
Terkini
-
Dakwaan Jaksa Dinilai Kabur, Hakim Diminta Bijak Tangani Kasus Korupsi Migas
-
Dukung Pramono Keluarkan Pergub Larang Daging Anjing dan Kucing Dikonsumsi, Ini Alasan PSI!
-
Kebakaran Hebat di Penjaringan Saat Warga Terlelap, 5 Orang Luka dan Puluhan Rumah Hangus
-
Di KTT Perdamaian Gaza, Prabowo Dapat Pujian dari Donald Trump: Apa Katanya?
-
Agustina Wilujeng: Pemimpin untuk Semua Warga, Tanpa Memandang Latar Belakang
-
6 Fakta Isu Presiden Prabowo Berkunjung ke Israel
-
Peneliti BRIN Ungkap Demokrasi Sejati Adalah Saat Suara Rakyat Didengar, Bukan Hanya Dipilih
-
Irine Gayatri BRIN Bedah 'Pasang Surut' Gerakan Rakyat
-
Skandal Rp 285 Triliun: Anak Riza Chalid Diduga Kantongi Rp3,07 T dari Korupsi Minyak
-
Jurnalis Myanmar Dorong Pembentukan Dewan Pers ASEAN, Perkuat Solidaritas Kebebasan Pers