Keluarga Firman memiliki lima hektare lahan, begitu juga empat kepala keluarga yang berangkat ke Lampung Utara bersama mereka.
Setiap keluarga, kata Firman, bebas hendak menanam tanaman apa saja di lahan yang disediakan pemerintah.
“Tujuane kan asline ngene, dulu Lampung itu jarang penghuninya. Biar akeh penghuninya. Mungkin mendatangkan transmigran dari Jawa karena sregep,” katanya.
Orangtua Firman pada tahun-tahun pertama menggarap ladang, menanamkan singkong dan padi.
Mereka memilih komoditas tersebut, selain untuk makan, juga untuk dijual karena pada waktu itu harga di pasaran sedang bagus-bagusnya.
Tanaman singkong dari tanam sampai panen membutuhkan waktu sekitar tujuh bulan, sedangkan masa hidup padi sekitar tiga bulan sampai empat bulan.
Tetapi hasil panen yang didapat pada masa transisi belum menguntungkan dan barangkali karena alasan itulah kenapa tahun-tahun pertama pemerintah memberikan jaminan hidup kepada transmigran, seperti sembako dan semacamnya.
Firman berkata, “Awalan bukaan (membuka) ladang hasil pertanian banyak yang bosok, kadang gagal. Memang begitu, awalan ya mesti ndadekne dhisik.”
Sepotong cerita kehidupan di tempat transmigrasi
Baca Juga: Kisah Kontraktor Kenyang Hadapi Para Pemalak Proyek
Firman dilahirkan tahun 1997 di rumahnya, Lampung Utara. Proses kelahirannya dibantu seorang dukun desa. Firman anak ketiga dari empat bersaudara.
Sekarang ini, Firman menjadi satu dari sekian banyak anak transmigran yang ditempatkan di Lampung Utara yang kemudian merantau lagi ke Pulau Jawa.
Setelah beberapa kali pindah kerja (dari Jakarta sampai Tangerang), sekarang dia berdagang di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Mengapa dia memutuskan merantau ke Pulau Jawa menjadi alasan utama saya menemuinya siang hari itu.
Ketika saya temui, Firman sedang sibuk melayani pelanggan lumpia dan tahu petis. Saya harus menunggu dia sampai benar-benar memiliki waktu untuk berbagi cerita.
Firman mencoba mengingat-ingat kembali masa kecilnya di Lampung Utara, kemudian seperti apa perkembangan ekonomi daerahnya yang kemudian menjadi alasan remaja-remaja seusianya memutuskan merantau ke Pulau Jawa atau Pulau Bali.
Firman mengenyam pendidikan sekolah tingkat dasar berbasis agama Islam. Seangkatan dia, murid-muridnya mayoritas anak transmigran dari Jawa, Bali, dan Lombok.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
Terkini
-
Mengenang Johnson Panjaitan: Kritik Keras untuk Polri dan Ingatkan 'Potong Kepalanya'
-
Jaksa Ungkap Detik-detik Kompol Yogi dan Ipda Aris Habisi Brigadir Nurhadi di Gili Trawangan
-
Pramono Anung Pastikan Kasus Sumber Waras Tuntas, Siap Bangun RS Tipe A di Atas Lahan 3,6 Hektar
-
Kasus Kereta Anjlok Terus Berulang, DPR Minta Kemenhub Lakukan Audit Keselamatan Independen
-
Menhut Raja Juli Minta Maaf ke Warga Papua Usai BKSDA Bakar Mahkota Cenderawasih: Ini Jadi Catatan
-
Prabowo Tak Happy, Mendagri Setrap Pejabat Bojonegoro Gegara Realisasi Belanja Rendah: Jangan Bohong
-
Mulai Dibahas Hari Ini, DPR Berharap Biaya Haji 2026 Turun Lagi Tanpa Mengurangi Kualitas
-
Jatinegara Berdarah: Pria Nekat Tebas Leher Kenalan Gara-Gara Sabu, Ini Motifnya!
-
Nasib Sahroni dan Nafa Urbach di Ujung Tanduk, Sidang Etik MKD Digelar Akhir Bulan Ini
-
Datamaya Consulting Optimalkan Strategi SEO dan SEM untuk Dongkrak Customer Bisnis di Google