Suara.com - Direktur Eksekutif Indonesian Presidential Studies (IPS) Nyarwi Ahmad, PhD menilai model pemasaran politik PDI Perjuangan (PDIP) masih tradisional. Hal ini diungkapkan Nyarwi setelah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo tak diundang dalam acara pengarahan Pilpres 2024 yang diselenggarakan oleh DPD PDIP Jateng yang dihadiri Puan Maharani.
"Apa yang disampaikan oleh Puan Maharani sebagai Ketua DPP PDIP menunjukkan bahwa PDIP mengedepankan model pemasaran politik traditional yang berbasis pada ideologi parpol. Di sini parpol ditempatkan sebagai elemen terpenting," ujar Nyarwi dalam keterangan tertulis yang diterima Suara.com, Senin (24/5/2021).
Menurut Nyarwi, parpol yang menganut model pemasaran ini biasanya lebih mengedepankan kinerja kolektif organisasi parpol sebagai produk politik utamanya, dibandingkan citra dan kinerja para publik figure yang dimiliki oleh/menjadi kader parpol yang selama ini menduduki jabatan publik, termasuk kepala daerah/gubernur. Pemasaran politik tradisional bisa saja efektif namun dengan beberapa syarat.
"Syarat pertama, parpol memiliki tingkat Party ID yang kuat. Syarat yang Kedua, PDIP mampu menata struktur organisasi kepartaiannya tidak hanya sebagai organisasi parpol, namun juga menjadi mesin pemasaran politik yang efektif dan penetrative," kata Nyarwi.
Partai ID pemilih PDIP memang lebih besar dan kuat, namun belum merata di seluruh Indonesia. Kekuatan PDIP hanya terpusat di di Jawa, khususnya Jawa Tengah.
Agar pemasaran politik PDIP lebih efektif, Nyarwi menyarankan agar para elit partai banteng itu melakukan penetrasi pasar politik secara intens ke kalangan masyarakat luas melalui berbagai jenis interaksi langsung. Tentunya, tidak hanya mengandalkan media sosial saja.
Ia khawatir PDIP bisa saja mampu mendapatkan dukungan besar dari para pemilih tua, namun bisa kurang popular di kalangan anak muda. Sebab, penetrasi pasar PDIP di kalangan anak-anak muda tidak serius.
Adapun syarat ketiga, para elit PDIP, khususnya yang menjadi publik figure atau menjabat di lembaga-lembaga Negara/Pemerintahan mampu lebih memasarkan partainya dibandingkan dengan dirinya. Nyarwi menyoroti kritik Bambang Wuryanto ke Ganjar Pranowo.
Sebelumnya, Bambang Wuryanto melayangkan kritik tajam kepada Ganjar agar tidak terlalu ambisius masuk dalam bursa Capres 2024.
Baca Juga: Sebut Puan Matang di Partai, Rocky Gerung: Tapi Tidak dalam Relasi Politik
"Tidak diundang! (Ganjar Pranowo) wis kemajon (kelewatan), yen kowe pinter, ojo keminter," kata Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Pemenangan Pemilu sekaligus Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Tengah, Bambang Wuryanto, melalui siaran pers.
Bahkan dalam susunan acara yang beredar di kalangan media jika undangan kegiatan pengarahan oleh Puan ditujukan kepada kepala daerah dan wakil kader se-Jawa Tengah kecuali gubernur.
Menurut Nyarwi, hal tersebut sepertinya tidak mudah bagi PDIP karena dalam panggung politik local dan nasional saat ini, visibilitas profil dan kinerja elit-elit parpol, khususnya yang menjadi pejabat publik di lembaga eksekutif, lebih menonjol, dibandingkan visibilitas kinerja organisasi parpolnya.
Belum lagi jika melihat belakangan kinerja PDIP yang tercoreng karena sejumlah kadernya terjerat kasus korupsi.
Nyarwi memprediksi arah PDI Perjuangan untuk Pemilu 2024 mendatang tampaknya makin jelas untuk menjagokan figur tertentu di luar sosok populer seperti Ganjar Pranowo. "Dukungan pasar politik internal di PDI Perjuangan terhadap Ganjar Pranowo tampak masih belum aman," ujarnya.
Padahal berdasarkan survei elektabilitas Ganjar untuk maju Pilpres 2024 cukup tinggi. Menurut data survei IPS awal April 2021, untuk 30 nama Capres, menunjukkan bahwa elektabilitas Ganjar sebesar 14.4 %. Elektabilitas ini berada di urutan no dua setelah Prabowo (25.4 %).
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Mahfud MD Sebut Prabowo Marah di Rapat, Bilang Bintang Jenderal Tak Berguna Jika Tidak Bantu Rakyat
-
RUU PPRT 21 Tahun Mandek, Aktivis Sindir DPR: UU Lain Kilat, Nasib PRT Dianaktirikan
-
KSPI Desak RUU PPRT Disahkan: Pekerja yang Menopang Ekonomi Justru Paling Diabaikan
-
Cegat Truk di Tol Cikampek, Polda Metro Bongkar Penyelundupan Pakaian Bekas Impor Rp 4,2 Miliar
-
Detik-detik Mencekam Pesawat Oleng Lalu Jatuh di Karawang, Begini Kondisi Seluruh Awaknya
-
Inovasi Layanan PT Infomedia Nusantara Raih Penghargaan dari Frost & Sullivan
-
PAD Naik Drastis, Gubernur Pramono Pamer Surplus APBD DKI Tembus Rp14 Triliun
-
Pramono Sebut Pengangguran Jakarta Turun 6 Persen, Beberkan Sektor Penyelamat Ibu Kota
-
Selidiki Kasus BPKH, KPK Ungkap Fasilitas Jemaah Haji Tak Sesuai dengan Biayanya
-
Ada Terdakwa Perkara Tata Kelola Minyak Mentah Pertamina Tersandung Kasus Petral, Ada Riza Chalid?