Suara.com - Salah satu perusahaan media besar Eropa yang berbasis di Jerman, Axel Springer mengibarkan bendera Israel dan memerintahkan stafnya mencari pekerjaan lain jika pro-Palestina.
Menyadur Middle East Eye Kamis (24/06),CEO Axel Springer, Mathias Doepfner menyampaikan hal ini pada stafnya di seluruh dunia melalui panggilan video.
"Saya pikir dan saya sangat jujur dengan Anda, seseorang yang memiliki masalah dengan bendera Israel yang dikibarkan untuk satu minggu di sini, setelah demonstrasi antisemit, harus mencari pekerjaan baru."
Ia mengatakan bendera Israel akan dikibarkan selama satu minggu di sebelah bendera Eropa dan bendera Jerman, [dan] bendera Berlin sebagai aksi solidaritas setelah demonstrasi antisemit 'yang mengerikan'.
"Kami tidak menerima gerakan antisemit agresif semacam ini," ujarnya merujuk pada demonstrasi pro-Palestina di Jerman setelah serangan Israel pada bulan Mei yang dilaporkan secara luas sebagai antisemit.
Sebelumnya, beberapa staf dilaporkan mengeluh ketika perusahaan mengibarkan bendera Israel di markasnya di Berlin setelah 11 hari kekerasan mematikan antara tentara Israel dan gerakan Hamas Palestina pada bulan Mei.
Konflik itu menewaskan 248 warga Palestina, termasuk 66 anak-anak, di Jalur Gaza yang terkepung dan 13 orang dan beberapa korban jiwa di Israel, termasuk dua anak.
Axel Springer adalah perusahaan media dan teknologi yang aktif di lebih dari 40 negara di seluruh dunia. Mereka memiliki Yad2, situs iklan baris terbesar di Israel.
Perusahaan ini mempekerjakan sekitar 16.000 staf dan juga memiliki beberapa media publikasi termasuk Politico Europe, Bild, Business Insider.
Baca Juga: Perusahaan Besar Turunkan Golongan Produksi, Rokok Murah Makin Marak
Poin kedua di halaman 'Prinsip dan Nilai' perusahaan berbunyi: "Kami mendukung orang-orang Yahudi dan hak keberadaan Negara Israel."
Penulis Jerman-Yahudi Fabian Wolff baru-baru ini mengkritik media itu karena bias pro-Israelnya yang terbuka.
"Pendekatan media Jerman tidak berpusat pada orang Yahudi atau cara terbaik memerangi antisemitisme. Ini lebih tentang membuat orang Jerman merasa nyaman dengan diri mereka sendiri dan memberi makan ke dalam kompleks superioritas Jerman."
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Link DANA Kaget Khusus Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cuan Rp 345 Ribu
- Unggahan Putri Anne di Tengah Momen Pernikahan Amanda Manopo-Kenny Austin Curi Perhatian
- 7 Rekomendasi Parfum Terbaik untuk Pelari, Semakin Berkeringat Semakin Wangi
- 8 Moisturizer Lokal Terbaik untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Solusi Flek Hitam
- 15 Kode Redeem FC Mobile Aktif 10 Oktober 2025: Segera Dapatkan Golden Goals & Asian Qualifier!
Pilihan
-
Grand Mall Bekasi Tutup, Netizen Cerita Kenangan Lawas: dari Beli Mainan Sampai Main di Aladdin
-
Jay Idzes Ngeluh, Kok Bisa-bisanya Diajak Podcast Jelang Timnas Indonesia vs Irak?
-
278 Hari Berlalu, Peringatan Media Asing Soal Borok Patrick Kluivert Mulai Jadi Kenyataan
-
10 HP dengan Kamera Terbaik Oktober 2025, Nomor Satu Bukan iPhone 17 Pro
-
Timnas Indonesia 57 Tahun Tanpa Kemenangan Lawan Irak, Saatnya Garuda Patahkan Kutukan?
Terkini
-
Bulan Madu Maut di Glamping Ilegal, Lakeside Alahan Panjang Ternyata Tak Kantongi Izin
-
Geger Ziarah Roy Suryo Cs di Makam Keluarga Jokowi: 7 Fakta di Balik Misi "Pencari Fakta"
-
Kronologi Bulan Madu Maut di Danau Diateh: Istri Tewas, Suami Kritis di Kamar Mandi Vila
-
FSGI: Pelibatan Santri dalam Pembangunan Musala Ponpes Al Khoziny Langgar UU Perlindungan Anak
-
Dugaan Korupsi Chromebook: Petinggi Perusahaan Teknologi Dipanggil Jaksa, Ternyata Ini Alasannya
-
FSGI Kecam Rencana Perbaikan Ponpes Al Khoziny Pakai Dana APBN: Lukai Rasa Keadilan Korban!
-
Krisis Politik di Madagaskar Memanas, Presiden Rajoelina Sebut Ada Upaya Kudeta Bersenjata
-
Kasus Korupsi Digitalisasi Pendidikan: Para Petinggi BUMN Ini Mulai Diselidiki Kejagung
-
18 Profesor Hukum Bela Hasto, Minta MK Rombak Pasal Kunci Pemberantasan Korupsi
-
GIPI Soroti Pungutan Wisman dalam Revisi UU Kepariwisataan: Industri Wisata Bisa Terdampak