Suara.com - Pandemi Covid membuat sejumlah rakyat menjerit lantaran ekonominya ikut dilanda kesulitan. Hal itu pula termasuk yang dirasakan oleh pemulung di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat.
Suara.com coba mendengarkan keluh kesah para pemulung yang ekonominya ikut terdampak di tengah covid yang semakin mengganas. Salah satunya seperti Dede (29), dirinya masih terus mencari nafkah dari tumpukan sampah yang menggunung di Bantar Gebang. Selama pandemi dirinya tetap bekerja mulai pukul 06.00 hingga 16.00 WIB.
"Saya masih tetap kerja kayak sekarang meski kondisi lagi begini kan (pandemi)," kata Dede saat ditemui Suara.com, Rabu (21/7/2021).
Ia menyampaikan, biasanya dalam sehari dirinya bisa membawa uang ke rumah minimal Rp50 ribu. Itu penghasilan sebelum corona menghampiri Indonesia.
"Kalau penghasilan di sini kita nggak bedanya kerja bangunan. Kita kerja sistim borongan kan. Ibaratnya kalau kitanya rajin ya dapet aja sehari cuma Rp60-Rp70 ribu sih dapet. Ya bersih-bersihnya mah kami dapet sisa makan-ngerokok. Itu normalnya 50 ribu," ungkapnya.
Akan tetapi, semenjak corona merebak penghasilannya anjlok. Maklum saja, kata dia, harga jual sampah yang dipungut oleh para pemulung tersebut alami penurunan.
"Ya untuk nyari atau dapat uang Rp50 ribu dibawa pulang itu sulit dalam satu hari ini. Paling cuma Rp30 ribu," tuturnya.
"Kendalanya kan satu dari harga penjualan kita menurun. Kedua dari keuangan juga banyak tersendat. Kalau dulu kan enggak jadi harga penjualan stabil keuangan lancar-lancar aja," sambungnya.
Menurutnya, harga jual sampah seperti plastik perkilo biasanya dihargai Rp600 perak. Namun semenjak pandemi harga jual menurun bahkan sampai setengahnya.
Baca Juga: Percepat Pembelajaran Tatap Muka, Anak Perlu Dapat Vaksin Covid-19
"Apalagi pas pertama-pertama muncul corona kan kurang lebih tahun 2019 itu untuk menjualnya aja susah. Sampai ada yang nawar 200 perak satu kilonya," kata dia.
Ia pun mengaku selama menggeluti pekerjaannya sebagai pemulung ini ujian yang paling sulit dihadapi. Belum lagi, kata dia, harus mencukupi kehidupan keluarganya di rumah.
Yang Penting Bisa Makan
"Yang penting sih bagi kami orang-orang pemulung ini kan yang penting kami ketemu makan berapa pun dijual. Akhirnya mau enggak mau dari pada kami enggak makan. Terus ibaratnya enggak ada kerjaan juga kan," tuturnya.
Lebih lanjut, ia mengaku kondisi sulit ini sempat dikeluhkan oleh keluarganya. Namun, Dede beserta para pemulung yang lain hanya bisa memberikan pemahaman.
"Ya kalau keluarga mengeluh sih tapi namanya manusia sifatnya orang pasti ngeluh. Cuman kita mengimbanginya gini yang penting kita ketemu makan kita sehat," kata dia.
Berita Terkait
-
Ditinggal karena Ortu Dirawat, Kondisi Terkini 3 Anak Pasien Covid-19 yang Isoman di Rumah
-
Cerita Pemulung Bantar Gebang: Waswas Sama Covid Meski Hidungnya Kebal Sampah
-
Menyentuh, Inisiatif Anak Ini untuk Berbagi Teh Kemasan pada Pemulung Sukses Bikin Salut
-
Bikin Terharu, Seorang Pemulung Beli Hewan Kurban Pakai Uang Rp 2 Ribuan
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Sadis! Pembunuh Guru di OKU Ternyata Mantan Penjaga Kos, Jerat Leher Korban Demi Ponsel
-
Gebrakan Menhan-Panglima di Tambang Ilegal Babel Dikritik Imparsial: Pelanggaran Hukum, Tanda Bahaya
-
Otak Pembakar Rumah Hakim PN Medan Ternyata Mantan Karyawan, Dendam Pribadi Jadi Pemicu
-
Dari IPB hingga UGM, Pakar Pangan dan Gizi Siap Dukung BGN untuk Kemajuan Program MBG
-
Menhaj Rombak Skema Kuota Haji: yang Daftar Duluan, Berangkat Lebih Dulu
-
Isu Yahya Cholil Staquf 'Dimakzulkan' Syuriyah PBNU, Masalah Zionisme Jadi Sebab?
-
Siap-siap! KPK akan Panggil Ridwan Kamil Usai Periksa Pihak Internal BJB
-
Bukan Tax Amnesty, Kejagung Cekal Eks Dirjen dan Bos Djarum Terkait Skandal Pengurangan Pajak
-
Menhaj Irfan Siapkan Kanwil Se-Indonesia: Tak Ada Ruang Main-main Jelang Haji 2026
-
Tembus Rp204 Triliun, Pramono Klaim Jakarta Masih Jadi Primadona Investasi Nasional