Suara.com - Bicara perkotaan, akan terkait dengan pusat permukiman, distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan pusat kegiatan ekonomi. Permasalahan dan tantangan utama di perkotaan adalah urbanisasi, kemiskinan, kualitas lingkungan hidup, pertumbuhan yang tidak seimbang, dan arus globalisasi.
Salah satu akibat yang timbul dari pembangunan di perkotaan adalah munculnya kawasan permukiman kumuh. Pembangunan infrastruktur menjadi hal yang esensial saat ini, tidak terkecuali pada kawasan permukiman kumuh.
Faktor utama timbulnya permasalahan kumuh dimulai dari kepadatan penduduk yang tinggi, rendahnya tingkat pendapatan dari masyarakat, masyarakat yang kurang peduli dengan lingkungan permukiman, kepadatan bangunan, permasalahan kepemilikan lahan dan kondisi perumahan. Beberapa faktor utama tersebut menjadikan sebagian wajah dari wilayah Indonesia terlihat kumuh.
Permasalahan kumuh biasanya terlihat secara visual, lingkungan yang tidak tertata, padat, dan tidak layak huni. Pada kawasan perkotaan, mudah sekali dijumpai lingkungan yang kumuh, dilihat dari tempat tinggal atau rumah, akses jalan, timbunan sampah serta pelayanan air bersih dan air limbah. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 14/PRT/M/2018, ada tujuh indikator permukiman kumuh dinilai dari keteraturan bangunan, akses jalan lingkungan, saluran drainase, sistem layanan air minum, sistem layanan persampahan, sistem pengolahan air limbah, dan sistem proteksi kebakaran.
Permukiman kumuh dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu kumuh berat, kumuh sedang dan kumuh ringan dalam penanganan kumuh. Konsep penanganan kumuh dapat dilakukan dengan pola pemugaran, peremajaan dan permukiman kembali.
Upaya pemerintah dalam penanganan kumuh ini sudah dilakukan bekerja sama dengan pihak swasta, akademisi, hingga masyarakat. Kolaborasi dalam penanganan kumuh bukan hanya sekadar membangun infrastruktur dasar untuk memenuhi standar minimum pelayanan, melainkan juga menjadi cerminan sikap Indonesia, yaitu gotong royong.
Dalam Sustainable Development Goals (SDGs), salah satu targetnya adalah Sustainable Cities and Communities. Untuk hal tersebut, Indonesia menurunkan ke salah satu visi dan misinya, yaitu pengentasan permukiman kumuh untuk mewujudkan kota layak huni berkelanjutan. Kota layak huni dan berkelanjutan dapat terwujud dengan memperhatikan tiga pilar pembangunan, yakni sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Ini berarti, untuk pembangunan yang komprehensif, bukan hanya pembangunan infrastruktur saja yang menjadi esensi, tetapi juga dari sisi masyarakat dan juga tingkat perekonomian.
Pendekatan pembangunan infrastruktur yang komprehensif dapat dilakukan, salah satunya melalui pendekatan infrastruktur berbasis masyarakat. Pendekatan ini melibatkan masyarakat mulai dari perencanaan, pembangunan, pemanfaatan/operasi dan pemeliharaan, yang dalam hal ini kembali menonjolkan sikap Indonesia: gotong royong.
Baca Juga: Ratusan Satwa Dilindungi Dilepasliarkan, Ini Daftar Habitat Aslinya
Program infrastruktur berbasis masyarakat yang berkontribusi dalam penanganan kumuh, sudah banyak diimplementasikan saat ini, antara lain Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU), Sanitasi Berbasis Masyarakat (Sanimas), Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas), dan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS).
Dengan pendekatan infrastruktur berbasis masyarakat tersebut diharapkan sense of belonging terhadap lingkungan yang sudah ditata dapat terpelihara dengan baik. Selain mengubah wajah lingkungan, sekaligus mengubah pola hidup masyarakat.
Nilai tambah lainnya dari pendekatan infrastruktur berbasis masyarakat adalah pola padat karya, di mana masyarakat yang terlibat dalam pembangunan akan mendapatkan penghasilan untuk meningkatkan perekonomian dari masyarakat. Pola padat karya juga memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mendapatkan pekerjaan. Hal yang perlu ditingkatkan adalah kemampuan masyarakat yang akan bekerja dalam pembangunan. Maka, masyarakat diberikan pelatihan tukang agar dapat bekerja sesuai dengan standar teknis.
Tantangan keberlanjutan dari penanganan kumuh melalui pelibatan masyarakat adalah keberagaman karakteristik masyarakat di Indonesia, mulai dari suku, budaya, ras, agama dan bahasa. Dengan keberagaman karakteristik masyarakat ini, efektivitas pengelolaan infrastruktur terbangun di permukiman kumuh akan beragam.
Hal ini juga akan mempengaruhi kondisi lingkungan yang sudah tidak kumuh untuk terjaga tetap tidak kumuh. Butuh dorongan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam pemeliharaan infrastruktur. Dalam hal ini, keterlibatan aktif pemerintah daerah sangat dibutuhkan. Keberagaman karakteristik masyarakat seharusnya menjadi potensi baik dalam mengubah wajah kawasan permukiman kumuh dengan mengedepankan kekhasan dan kearifan lokal dari masing-masing wilayah.
Pengentasan kawasan permukiman kumuh dilakukan dengan cara pembangunan infrastruktur dasar yang masuk ke dalam tujuh indikator kumuh. Mengingat permasalahan kumuh biasanya terlihat secara visual, selain pemenuhan kebutuhan infrastruktur dasar maka dibutuhkan juga perubahan wajah.
Berita Terkait
-
Hari Habitat Dunia, BTN Gelar Akad Kredit Massal 3.000 Unit
-
Pengertian, Tujuan, dan Manfaat Gotong Royong di Lingkungan Sekitar
-
Desain Pasif Pada Purwarupa Rusun Rendah Energi di Kota Tegal
-
Peran Bangunan Gedung Hijau dalam Pembangunan Infrastruktur di Indonesia
-
Hadapi Pandemi Covid-19, DPR Apresiasi Sikap Gotong Royong Masyarakat Indonesia
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- 7 Sunscreen yang Wudhu Friendly: Cocok untuk Muslimah Usia 30-an, Aman Dipakai Seharian
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- Pria Protes Beli Mie Instan Sekardus Tak Ada Bumbu Cabai, Respons Indomie Bikin Ngakak!
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 23 Oktober 2025: Pemain 110-113, Gems, dan Poin Rank Up Menanti
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
Datangi Pabrik Aqua Lagi, Dedi Mulyadi Ungkap Sumber Airnya yang Tak Sesuai Iklan
-
Tragedi Prada Lucky: Sidang 22 Seniornya Digelar, Sang Ibu Tuntut Keterbukaan
-
Terbang ke Kualalumpur, Selain Gaza, Isu 'Nuklir' Jadi Bahasan Panas Prabowo di KTT ASEAN
-
'Cuma Omon-omon?' Refly Harun Skeptis Prabowo Bisa Lepas dari Pengaruh Jokowi
-
Siap-siap, Sidang Dimulai: KPK Limpahkan Berkas Eks Kadis PUPR Sumut ke Jaksa
-
PDIP Gagas Sumpah Pemuda Baru, Ini Kata Hasto Kristiyanto
-
Airbus A400M Milik TNI AU Akan Bermarkas di Halim
-
BNI Lepas 27.300 Pelari di Wondr JRF 2025 untuk Dorong Ekonomi Hijau dan Gaya Hidup Sehat
-
Hasto Kristiyanto: Dorong Kebangkitan Ekonomi Maritim dan Desa Wisata Indonesia
-
Indonesia Sambut Timor Leste, Anggota Paling Bungsu ASEAN