Suara.com - Ketika perang saudara Tigray dan Etiopia yang telah berlangsung selama setahun kian memanas, negara tetangga seperti Kenya dan Sudan Selatan memperketat keamanan perbatasan.
Pemerintah Kenya mengumumkan pengetatan keamanan di perbatasan utara sepanjang 800 kilometer dengan Etiopia.
Pihak kepolisian juga telah memasang blokade jalan tambahan sebagai upaya memantau pergerakan orang asing dan senjata api yang mungkin memasuki Kenya secara ilegal.
Masyarakat lokal dan pemerintah khawatir akan masuknya pengungsi Etiopia yang mencoba keluar dari negara itu karena perang yang berkecamuk di wilayah Tigray utara dan meluas ke wilayah lain di Etiopia.
Kelompok Tigrayan dan sekutu mereka juga dilaporkan semakin dekat ke ibu kota Addis Ababa. Kenya utara sudah menjadi rumah bagi kamp-kamp pengungsi yakni kamp Kakuma di barat laut dan Dadaab di timur laut.
Kamp tersebut adalah salah satu pemukiman pengungsi terbesar di dunia. Selama beberapa tahun terakhir, para pejabat Kenya berusaha keras agar kamp-kamp itu benar-benar ditutup pada pertengahan 2022 mendatang — sebuah rencana yang dapat dibatalkan oleh para pengungsi baru dari Etiopia.
Layanan kepolisian Kenya pun telah memperingatkan warga untuk melaporkan kasus orang tidak berdokumen dan imigran yang tidak diproses di negara itu.
Kenya Utara di bawah tekanan
"Ada kemungkinan ratusan ribu, jika tidak jutaan pengungsi, berbondong-bondong ke Kenya," ujar direktur Institut Studi Strategis yang berbasis di Nairobi, Hassan Khannenje, kepada DW.
Baca Juga: Pasukan Tigray Kuasai Wilayah, Pemerintah Ethiopia Serukan Rakyat Angkat Senjata
"Ini akan membebankan biaya besar kepada Kenya," katanya seraya menambahkan bahwa hal itu dapat memicu situasi kemanusiaan yang tidak siap dihadapi Kenya.
Banyaknya jumlah pengungsi di kawasan Kenya utara itu telah menekan sumber daya di sana, dan memicu ketegangan dengan masyarakat lokal. Dua juta orang saat ini menghadapi kerawanan pangan di utara Kenya.
PBB menggambarkan situasi di sana cukup parah ditambah dengan kekeringan yang terjadi.
Perdagangan antara Kenya dan Etiopia juga mengalami penurunan karena konflik Tigray.
Awal tahun ini kedua negara mendirikan Moyale Ones Stop Border Post, sebuah area perdagangan bebas untuk mempermudah urusan bisnis lintas batas.
Presiden Kenya Uhuru Kenyatta pekan lalu meminta dihentikannya perang antara pasukan Perdana Menteri Abiy Ahmed dan orang-orang dari Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF).
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Gak Perlu Mahal, Megawati Usul Pemda Gunakan Kentongan untuk Alarm Bencana
-
5 Ton Pakaian Bakal Disalurkan untuk Korban Banjir dan Longsor Aceh-Sumatra
-
Kebun Sawit di Papua: Janji Swasembada Energi Prabowo yang Penuh Risiko?
-
Bukan Alat Kampanye, Megawati Minta Dapur Umum PDIP untuk Semua Korban: Ini Urusan Kemanusiaan
-
Tak Mau Hanya Beri Uang Tunai, Megawati Instruksikan Bantuan 'In Natura' untuk Korban Bencana
-
Jaksa Bongkar Akal Bulus Proyek Chromebook, Manipulasi E-Katalog Rugikan Negara Rp9,2 Miliar
-
Mobil Ringsek, Ini 7 Fakta Kecelakaan KA Bandara Tabrak Minibus di Perlintasan Sebidang Kalideres
-
Giliran Rumah Kajari Kabupaten Bekasi Disegel KPK
-
Seskab Teddy Jawab Tudingan Lamban: Perintah Prabowo Turun di Hari Pertama Banjir Sumatra
-
7 Fakta Warga Aceh Kibarkan Bendera Putih yang Bikin Mendagri Minta Maaf