"[Misalnya] sepertiga dari semua kematian selama pandemi di Florida sudah terjadi sejak Mei 2021."
Profesor kedokteran dan ekonom kesehatan Standford University, Jay Bhattacharya, yang sangat kritis soal 'lockdown' ketat, mengatakan "tragedi terbesar" di Amerika Serikat adalah kegagalan untuk melindungi orang tua, yang meninggal "dalam jumlah besar".
Dia mengatakan 'lockdown' membuat banyak orang tidak bisa mengakses layanan kesehatan penting, termasuk mendeteksi kanker, sejumlah operasi, dan banyak prioritas kesehatan penting lainnya..
Saat Amerika Serikat memasuki musim dingin, Profesor Bhattacharya mengatakan sektor kesehatan sempat mengalami kesulitan, tapi tidak sampai kewalahan.
"Saya khawatir mungkin ada kekurangan perawat di tempat-tempat yang memberlakukan mandat vaksin di tempat kerja," katanya.
"Beberapa memilih untuk meninggalkan pekerjaan daripada dipaksa melakukan vaksinasi.
"Jika kebutuhan akan perawatan kesehatan meningkat musim dingin ini, sementara tenaga kerja medis menyusut, beberapa sistem kesehatan mungkin kewalahan."
Saran Profesor Hanage sebenarnya sederhana: "Jangan berpikir vaksin akan membuat virus hilang," katanya.
Baca Juga: Suku Mori Minta Demonstran Anti Vaksin di Australia Tak Pakai Gerakan Haka
Sertifikat vaksin berfungsi dengan baik di Kanada
Kanada memiliki 1,76 juta kasus COVID dan lebih dari 29 ribu kematian hingga saat ini. Selama tujuh hari terakhir, rata-rata ada 2.373 kasus baru dan 24 kematian dalam sehari.
Sekitar 76 persen dari warganya sudah divaksinasi dua dosis, menjadikannya berada di peringkat ke sembilan dalam daftar negara maju yang paling divaksinasi, di belakang Spanyol, Korea Selatan, Islandia, Chili, dan Portugal.
Kanada membuka perbatasan internasionalnya pada bulan September, dengan pembatasan yang berbeda-beda di setiap provinsi.
Colin Furness, seorang ahli epidemiologi pengendalian infeksi di University of Toronto, mengatakan Kanada tidak memiliki "satu cerita untuk COVID", karena kesehatan masyarakat diatur dan dijalankan oleh masing-masing provinsi.
Namun, ia berharap semua pemerintahan akan segera melakukan "penggunaan tes rapid secara massal".
"Itu bukan alat diagnostik, tetapi alat skrining yang benar-benar brilian," kata Profesor Furness.
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
Terkini
-
Perjalanan Cinta Rugaiya Usman dan Wiranto
-
RUU KUHAP Dikebut Tanpa Suara Publik, Anggota Komisi III DPR Terancam Dilaporkan ke MKD
-
Viral Hewan Ragunan Kurus Diduga Dana Jatah Makan Ditilep, Publik Tuntut Audit
-
Kabar Duka! Istri Wiranto, Rugaiya Usman Meninggal Dunia di Bandung
-
Geger Bayi di Cipayung: Dibuang di Jurang, Ditemukan Hidup dalam Goodie Bag Saat Kerja Bakti
-
Tegas! Pramono Anung Larang Jajarannya Persulit Izin Pembangunan Rumah Ibadah di Jakarta
-
Pramono Bantah Isu Tarif LRT Rp160 Ribu: Jadi Saja Belum
-
RUU KUHAP Dinilai Ancam HAM, Koalisi Sipil Somasi Prabowo dan DPR: Ini 5 Tuntutan Kuncinya
-
RUU KUHAP Bikin Polisi Makin Perkasa, YLBHI: Omon-omon Reformasi Polri
-
Sepekan Lebih Kritis, Siswa SMP Korban Bullying di Tangsel Meninggal Usai Dipukul Kursi