Suara.com - Hanya sedikit negara yang berani menentang politik Cina, apalagi berkaitan dengan status Taiwan. Namun, Lituania tetap lantang mengecam politik Cina terhadap Taiwan, sekalipun berkali-kali diancam Beijing.
Jalan J. Jasinko di pusat kota Vilnius, adalah jalan protokol utama di ibu kota Lituania. Barisan gedung perkantoran berjajar di jalan bergengsi ini, dan penyewanya juga sering silih berganti.
Namun, pada November lalu, ada penyewa baru yang masuk ke bangunan nomor 16b dan langsung menjadi sorotan luas: Itulah kantor Kedutaan Taiwan yang pertama dibuka di Eropa. Tentu saja hal itu menimbulkan kemarahan besar di sebuah kota lain yang berjarak 6.500 km dari Vilnius, yaitu Beijing.
Cina sebelumnya sudah mengancam Lituania dengan berbagai konsekuensi ekonomi dan diplomatik, jika perwakilan Taiwan benar-benar diizinkan beroperasi.
Cina memang menganggap Taiwan sebagai provinsi yang mencoba memisahkan diri. Karena itu, setiap negara yang membuka hubungan diplomatik dengan Taiwan akan menerima konsekuensi berat.
Hampir semua negara besar tunduk pada ancaman Cina karena khawatir dengan dampaknya, termasuk Indonesia. Lalu mengapa Lituania, sebuah negara kecil di Uni Eropa, tetap berani berselisih dengan raksasa Cina, bahkan mengizinkan Taiwan membuka perwakilan diplomatik?
"Hubungan ekonomi berkelanjutan" Ini bukan pertama kalinya Lituania mengabaikan peringatan dari Cina.
Pada bulan September lalu, Kementerian Pertahanan Lituania secara resmi menyarankan warganya agar tidak membeli smartphone buatan Cina.
Badan keamanan siber nasional telah menemukan bahwa ponsel tersebut memiliki fitur sensor yang dapat diaktifkan kapan saja.
Baca Juga: Lituania Siapkan Dana Rp 1,6 Juta Bagi Lansia yang Mau Divaksin Covid-19
Lituania juga berencana memperluas jaringan telekomunikasi 5G-nya tanpa partisipasi dari perusahaan Cina mana pun — atas "alasan keamanan."
Awal tahun 2020, Lituania adalah satu-satunya negara yang meninggalkan apa yang disebut Forum Kerjasama Ekonomi 17+1, yang dimotori Cina dan beranggotakan banyak negara Eropa tengah dan timur.
"Kami percaya bahwa hubungan ekonomi yang dibangun dengan negara-negara demokrasi lebih berkelanjutan dan tahan lama, karena lebih didasarkan pada prinsip supremasi hukum. Karena itu hubungan seperti itu lebih sesuai dengan kepentingan Lituania," kata Menteri Luar Negeri Lituania Gabrielius Landsbergis kepada wartawan pertengahan November lalu.
Tanggapan itu membuat banyak orang di Beijing makin marah. Akhir November, harian berbahasa Inggris yang menjadi corong Partau Komunis Cina, Global Times menyebut Lituania negara kerdil, dengan "populasi bahkan tidak sebesar distrik Chaoyang di Beijing".
Selanjutnya harian itu menulis bahwa Lituania "hanya seekor tikus, atau bahkan kutu, di bawah kaki gajah-gajah yang berkelahi."
Kebijakan luar negeri berdasarkan nilai-nilai etis Lituania memang tidak perlu terlalu khawatir dengan dampak ekonomi, karena pengaruh Cina dalam perekonomiannya hampir tidak ada.
Tag
Berita Terkait
-
Melihat Keindahan Musim Gugur di Taman Zhongshan Beijing
-
Beijing Dalam 8 Jam, Apa Saja Agenda yang Dilakukan Presiden Prabowo?
-
Dari Istana Merdeka Hingga Beijing: Tabola Bale Jadi Magnet Joget di HUT RI ke-80
-
Menggali Makna Pulang di Novel "Assalamualaikum Baitullah"
-
Megawati Usulkan Piagam Masa Depan Bersama untuk Tata Dunia Baru
Terpopuler
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- Calon Pelatih Indonesia John Herdman Ngaku Dapat Tawaran Timnas tapi Harus Izin Istri
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
Pilihan
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
-
4 Tablet RAM 8 GB dengan Slot SIM Card Termurah untuk Penunjang Produktivitas Pekerja Mobile
-
3 Fakta Perih Usai Timnas Indonesia U-22 Gagal Total di SEA Games 2025
Terkini
-
Perwira Polri Ingatkan Debt Collector Tak Boleh Tarik Paksa Tanpa Putusan Pengadilan!
-
Banser Bantu Bersihkan Gereja HKBP Sibolga yang Terdampak Banjir
-
Timnas U-22 Gagal Total di SEA Games 2025, Komisi X: Publik Berhak Kecewa, Tim Kembali ke Pola Lama
-
Dari Sel ke Mimbar: Intip Momen Ferdy Sambo Ikuti Praise and Worship di Lapas Cibinong Jelang Natal
-
6 Anggota Yanma Polri Jadi Pelaku Pengeroyokan Matel di Kalibata, Komisi III DPR: Harus Diproses!
-
Pengeroyok Sudah Ditangkap! Polisi Usut Aksi Balas Dendam Matel yang Rusak Kios Pedagang Kalibata
-
Terkuak! Motor Anggota Polri Nunggak Cicilan Jadi Pemicu Pengeroyokan Maut 2 Matel di Kalibata
-
Ratusan Rumah Luluh Lantak, Pemkab Agam Membutuhkan 525 Huntara Bagi Korban Banjir
-
Wagub Sumut Apresiasi Bantuan Korban Banjir dan Longsor dari Pemprov Bengkulu
-
Sidang Etik 6 Anggota Yanma Pengeroyok Matel di Kalibata Digelar Pekan Depan, Bakal Dipecat?