Menurut laporan yang diterima oleh ABC, kapal patroli yang biasanya menjaga kawasan taman laut Kimberley saat ini sedang dalam perbaikan, karena tidak bisa dilakukan di musim hujan akibat risiko berbahaya.
Dalam pernyataannya, ABF mengatakan pemantauan dan penerapan aturan akan terus dilakukan selama beberapa bulan ke depan.
"Australian Border Force secara aktif menangani laporan adanya kapal nelayan asing di kawasan Rowley Shoals," demikian pernyataan ABF.
"Operasi Komando Perbatasan Maritim akan terus dilakukan sepanjang musim hujan dan kondisi selama musim hujan juga berdampak pada penangkapan ikan ilegal."
Kekhawatiran akan bajak laut
Namun warga setempat mengatakan nelayan Indonesia memiliki keinginan kuat, peralatan, dan alasan untuk melanjutkan mencari ikan meski cuaca bisa tidak bersahabat selama musim hujan.
Salah satu alasan meningkatnya penangkapan ikan ilegal ini lebih didorong oleh faktor ekonomi nelayan di Indonesia.
Direktur Asosiasi Pariwisata Laut, Kimberley Jig Albert memperingatakn risiko meningkatnya aktivitas penangkapan ikan ilegal ini.
"Para pemilik kapal turis kami sangat khawatir karena para nelayan Indonesia ini menyebarkan jala, berjalan di terumbu karang, mengumpulkan teripang, menangkap hiu, dan juga yang paling mengkhawatirkan adalah mereka mengambil kerang raksasa yang butuh waktu bertahun-tahun untuk berkembang" kata Kimberley.
"Juga ada kekhawatiran berkenaan dengan ancaman bio-sekuritas seperti COVID-19."
Baca Juga: 166 Kapal Pencuri Ikan Ditangkap Sepanjang 2021, Berasal Dari Vietnam Hingga Malaysia
"Dan mereka ini orang-orang yang putus asa [secara ekonomi], sehingga ada kemungkinan akan melakukan pembajakan."
Salah seorang pemilik kapal charter wisata di Kimberley, yang tidak mau disebut namanya, mengatakan kepada ABC jika kapal nelayan asal Indonesia yang mendatangi wilayah taman laut Kimberley tampak sangat terorganisir dan memiliki peralatan lengkap.
"Beberapa di antara mereka memiliki kapal yang bagus, ada panel tata surya dan GPS," katanya.
"Mereka tahu apa yang mereka lakukan dan apa yang hendak mereka tangkap."
"Bila ini dibiarkan terus terjadi, tindakan mereka dibiarkan merajalela, mereka bisa menghancurkan kekayaan laut kita.
Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Sekelas Honda Jazz untuk Mahasiswa yang Lebih Murah
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 26 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 13 November: Klaim Ribuan Gems dan FootyVerse 111-113
- 5 Pilihan Bedak Padat Wardah untuk Samarkan Garis Halus Usia 40-an, Harga Terjangkau
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman New Balance untuk Jalan Kaki Jauh
Pilihan
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Vinfast Serius Garap Pasar Indonesia, Ini Strategi di Tengah Gempuran Mobil China
Terkini
-
PBHI: Anggota Polri Masih Bisa Duduk di Jabatan Sipil, Asal...
-
Buntut Ledakan SMAN 72, DPR Minta Regulasi Platform Digital Diperkuat: Jangan Cuma Game Online
-
Berakhir di Tangan Massa, Komplotan Copet Bonyok Dihajar Warga di Halte TransJakarta Buaran
-
IUP Raja Ampat Terbit Sebelum Bahlil Lahir, Pakar: Pencabutan 4 Izin Langkah Tepat
-
Karnaval SCTV di Jember: Pesta Hiburan yang Ikut Menghidupkan Ekonomi Lokal
-
Tak Mau Renovasi! Ahmad Sahroni Pilih Robohkan Rumah Usai Dijarah Massa, Kenapa?
-
Borobudur Marathon 2025 Diikuti Peserta dari 38 Negara, Perputaran Ekonomi Diprediksi Di Atas Rp73 M
-
Langsung Ditangkap Polisi! Ini Tampang Pelaku yang Diduga Siksa dan Jadikan Pacar Komplotan Kriminal
-
Transfer Pusat Dipangkas, Pemkab Jember Andalkan PAD Untuk Kemandirian Fiskal
-
Pelaku Bom SMAN 72 Jakarta Dipindah Kamar, Polisi Segera Periksa Begitu Kondisi Pulih