Suara.com - Seorang pria di Irlandia Utara menuntut sebuah toko kue di Belfast karena menolak pesanan yang berisi dukungan terhadap LGBT.
Menyadur Guardian Minggu (9/1/2022), Gareth Lee kalah dalam pertempuran hukum selama tujuh tahun ketika pengadilan hak asasi manusia Eropa (EHCR) memutuskan klaimnya tidak dapat diterima.
Hal ini memicu kekecewaan dari kelompok hak asasi gay di mana kue yang ia pesan dilaporkan berbunyi 'mendukung pernikahan gay'.
ECHR mengatakan tidak akan mempertimbangkan kembali keputusan Mahkamah Agung Inggris, yang telah membatalkan ganti rugi £ 500 pada toko roti Ashers.
Pada tahun 2014, pemilik toko yang merupakan seorang Kristen evangelis menolak pesana kue Gareth Lee yang mendukung kampanye pernikahan sejenis di Irlandia Utara, meskipun akhirnya, pernikahan ini dilegalkan tahun lalu.
Sebelumnya, pada putusan pengadilan tertinggi tahun 2018, setelah sidang pertamanya di Irlandia Utara, pengadilan negeri Belfast dan banding memutuskan perusahaan tersebut mendiskriminasi Lee atas dasar orientasi seksual.
ECHR mengatakan klaim itu tidak dapat diterima karena pemohon tidak secara tegas menggunakan haknya di bawah konvensi Eropa tentang hak asasi manusia pada titik mana pun dalam proses domestik dan hanya mengandalkan hukum domestik.
“Mahkamah agung menemukan fakta-fakta kasus bahwa pemohon tidak diperlakukan berbeda karena orientasi seksualnya yang nyata atau yang dirasakan, tapi penolakan untuk kue itu karena keberatan agama para terdakwa terhadap gay. pernikahan.”
“Dasarnya masalahnya bukanlah efek pada kehidupan pribadi pemohon atau kebebasannya untuk memegang atau mengungkapkan pendapat atau keyakinannya, melainkan apakah toko roti Ashers diharuskan membuat kue yang mengekspresikan dukungan pemohon untuk pernikahan gay.”
Baca Juga: Bikin Unggahan Dukung LGBT, Eks Persib Bandung Diserang Warganet
Lee mengatakan dia frustrasi karena pengadilan Strasbourg tidak memutuskan masalah inti dan hanya memikirkan masalah tekniss.
“Tidak seorang pun dari kita diharuskan mengetahui keyakinan pemilik perusahaan sebelum pergi ke toko mereka atau membayar layanan mereka.”
“Kasus ini menyoroti tantangan yang dihadapi oleh LGBT+ di Irlandia Utara. Saya akan terus mendukung semua undang-undang yang melindungi dan memberikan hak kepada semua orang secara setara.”
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Gak Perlu Mahal, Megawati Usul Pemda Gunakan Kentongan untuk Alarm Bencana
-
5 Ton Pakaian Bakal Disalurkan untuk Korban Banjir dan Longsor Aceh-Sumatra
-
Kebun Sawit di Papua: Janji Swasembada Energi Prabowo yang Penuh Risiko?
-
Bukan Alat Kampanye, Megawati Minta Dapur Umum PDIP untuk Semua Korban: Ini Urusan Kemanusiaan
-
Tak Mau Hanya Beri Uang Tunai, Megawati Instruksikan Bantuan 'In Natura' untuk Korban Bencana
-
Jaksa Bongkar Akal Bulus Proyek Chromebook, Manipulasi E-Katalog Rugikan Negara Rp9,2 Miliar
-
Mobil Ringsek, Ini 7 Fakta Kecelakaan KA Bandara Tabrak Minibus di Perlintasan Sebidang Kalideres
-
Giliran Rumah Kajari Kabupaten Bekasi Disegel KPK
-
Seskab Teddy Jawab Tudingan Lamban: Perintah Prabowo Turun di Hari Pertama Banjir Sumatra
-
7 Fakta Warga Aceh Kibarkan Bendera Putih yang Bikin Mendagri Minta Maaf