Suara.com - Sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD), nilai terbaik dalam pelajaran di sekolah menjadi sebuah target yang ditanamkan oleh pendidik serta para orangtua, hal inilah yang membuat persaingan ketat pendidikan di Indonesia sudah dimulai sejak dini.
Dengan tertanamnya kebiasaan tersebut sejak kecil, beberapa anak yang mendapat tekanan dari orang tua dan lingkungan untuk menjadi yang terbaik atau mendapatkan nilai yang bagus, terdorong untuk melakukan tindakan curang seperti menyontek.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian berjudul Cheating in Academic Institutions, A Decade of Research yang dilakukan oleh peneliti dari Pennsylvania State University pada tahun 2016 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah pelajar yang menyontek dari tahun ke tahun.
Sementara itu, para pelaku tindakan menyontek ini bukan saja anak dengan kepandaian yang biasa-biasa saja tetapi juga dilakukan oleh mereka yang cerdas dan aktif dalam kegiatan di sekolahnya.
Tindakan menyontek atau yang bisa dikategorikan sebagai plagiarisme yang telah berlangsung sejak lama ini, memiliki alasan tersendiri mengapa tak juga kunjung mereda, berikut adalah beberapa alasan kenapa budaya mencontek sulit dihilangkan.
1. Takut gagal
Tingginya ekspektasi atau muncul ketakutan untuk mengecewakan atau tidak yakin dengan kemampuan mereka sendiri. Selain itu motivasi dibalik belajar bagi siswa adalah untuk membuktikan keunggulan mereka terhadap orang lain sehingga dengan motivasi yang salah ini, siswa cenderung melakukan tindakan menyontek.
2. Kurangnya minat
beberapa siswa memiliki mata pelajarannya masing-masing dan pelajaran yang mereka tidak suka. Jika pengajar, orangtua dan mereka sendiri tidak mampu merangsang diri untuk menyukai satu mata pelajaran tertentu, maka mereka tidak peduli dengan mata pelajaran tersebut. Belajar mata pelajaran yang tidak disukai akan terasa tidak sepadan dengan waktu dan energi yang dikeluarkan sehingga mereka memilih menyontek untuk menyelesaikan tugas atau soal dengan cepat.
Baca Juga: Pelajar Curhat Malu Gegara Hal Ini di Tempat Fotokopi, Penjaga Sampai Tahan Tawa
3. Tekanan
Tekanan besar dari guru dan orang tua untuk menyelesaikan tugas hingga bersaing untuk rangking, dapat menyebabkan siswa berorientasi pada hasil daripada pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh.
Di samping berbagai alasan di atas, teknologi juga menimbulkan dampak negatif berupa tindak plagiarisme yang semakin marak. Berbagai upaya dan inovasi telah diciptakan untuk mengurangi kebiasaan menyontek salah satunya adalah dengan fitur Roboguru yang dapat membantu siswa menemukan jawaban atas pertanyaan mereka yang dapat diakses melalui 3 metode yaitu aplikasi ruangguru, web roboguru.ruangguru.com, dan WhatsApp 0815-7815-0000 secara gratis.
Roboguru ini dapat digunakan untuk menanyakan soal dari semua mata pelajaran dari berbagai jenjang (SD/SMP/SMA/UTBK&STAN).
Untuk menggunakannya, siswa cukup upload foto atau ketik soal yang ingin ditanyakan, pilih jenjang & mata pelajaran yang sesuai. Pembahasan soal detail akan muncul dalam bentuk gambar, 10 rekomendasi soal-soal yang mirip, serta rekomendasi video pembahasan & rangkuman konsep mengenai materi terkait di aplikasi Ruangguru. Dengan fitur tersebut, roboguru dapat mengurangi mengurangi kebiasaan tindakan plagiarisme yang sering dilakukan.
Berita Terkait
-
Tawuran di Daan Mogot Jakbar, Polisi Amankan 4 Pelajar dan Satu Celurit
-
Viral Detik-detik Pecah Tawuran Pelajar di Bekasi Gunakan Celurit Panjang, Warganet Beri Sumpah Serapah
-
Turis Afrika Berkendara Lexus Tabrak 5 Pelajar di Kuta Bali, 5 Motor Ringsek
-
Pelajar SMP Tertabrak Mobil Saat Kendarai Motor di Tol Jakarta-Cikampek, Polisi: Karena Tersasar Aplikasi Google Maps
-
Salah Arah hingga Tetiba Masuk Jalan Tol, Pelajar SMP Tewas Tertabrak Mobil
Terpopuler
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
Pilihan
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
Terkini
-
Mensos Gus Ipul Bebas Tugaskan Staf Ahli yang Jadi Tersangka Korupsi Bansos di KPK
-
Detik-detik Bus DAMRI Ludes Terbakar di Tol Cikampek, Semua Penumpang Selamat
-
Titik Didih Krisis Puncak! Penutupan Belasan Tempat Wisata KLH Picu PHK Massal, Mulyadi Geram
-
Minta Pendampingan KPK, Gus Irfan Pastikan Ibadah Haji dan Umrah Bebas Rasuah
-
Misteri Keracunan 1.315 Siswa Terpecahkan: BGN Temukan Kadar Nitrit Hampir 4 Kali Lipat Batas Aman
-
Wali Kota Semarang Dorong Sekolah Rakyat Jadi Wadah Lahirkan Generasi Hebat
-
Izin Dibekukan, DPR Ingatkan TikTok untuk Kooperatif dan Transparan
-
12 Tokoh Ajukan Amicus Curiae di Praperadilan Nadiem, Gugat Bobroknya Sistem Penetapan Tersangka
-
Genjot Skrining Tuberkulosis, Ahmad Luthfi Luncurkan Program Speling Melesat dan TB Express
-
Menteri Haji Ingin Samakan Masa Tunggu Haji Jadi 26,4 Tahun di Seluruh Indonesia, Begini Rencananya