Suara.com - Direktur Serikat Jurnalis untuk keberagaman (SEJUK) Alex Junaidi mengajak publik, khususnya media, untuk melek keberagaman dan kesetaraan gender dan seksualitas.
Ia mengungkapkan, hingga kini realita pada masyarakat menunjukkan, perempuan sering ditempatkan sebagai properti karena budaya patriarki.
"Perempuan masih dianggap sebagai properti. Mereka dinilai dan dieksploitasi lebih banyak dari bentuk tubuh daripada pikirannya. Ini merupakan dampak dari budaya patriarki, sebuah sistem yang menempatkan laki-laki di atas perempuan," ungkap Alex dalam Workshop Freedom of Reigion and Belief (FORB) Friendly Media di kantor Suara.com, Jakarta Selatan, Rabu (9/3/2022).
Alex menambahkan, memang di Indonesia ada budaya matriarkal, seperti di Sumatra Barat, di mana garis keturunan perempuan menjadi generasi pewaris. Namun, tetap saja, di dunia politik, hampir semua posisi penting di kantor pejabat diisi laki-laki. Sedikit perempuan yang menduduki posisi penting.
Selain itu, dalam media, Alex menunjukkan hasil penelitian UNESCO: Women Make the News pada tahun 2018, hanya 10 persen berita yang fokus pada perempuan, 20 persen ahli yang diwawancarai perempuan, dan sedikit yang menentang gender stereotype, yakni hanya empat persen.
Dalam berita olahraga, pun meskipun berprestasi, hanya empat persen liputan media soal olahraga yang memberitakan perempuan. Kebanyakan menyorot penampilan fisik dan kehidupan pribadi, bukan kemampuan atletiknya.
"Kerangka berpikir patriarki kita membuat kita sering mengacu pada stereotype tentang perempuan, seperti perempuan yang baik adalah ibu rumah tangga yang bisa mendidik anak. Wanita karier harus bisa membagi waktu untuk keluarga," jelas Alex.
"Bapak-bapak jarang ditanya, 'Bapak bagaimana membagi waktu menjadi anggota DPR dan membantu dalam pengasuhan anak di keluarga?'"
Tak cukup sampai di situ, lanjut Alex, pada kasus kekerasan seksual, korban sering menjadi pihak yang disalahkan, seperti pada September 2011, pejabat menyalahkan perempuan yang memakai rok mini dan anggota DPR menyalahkan perempuan yang jalan sendirian.
Baca Juga: HRWG Ajak Jurnalis Memandang Isu Keberagaman di Indonesia dengan Perspektif HAM
Menanggapi fenomena sudut pandang kekerasan seksual pada korban ini, Alex menyarankan publik dan media untuk menghindari penggunaan kata-kata penghalusan atau eufimisme, seperti menodai dan menggagahi.
"Seolah korban pemerkosaan menjadi kotor. Ini mendatangkan trauma bagi korban. Sebaiknya gunakan kata-kata memperkosa atau melakukan kekerasan seksual. Berpihaklah pada korban," tegas Alex.
Detail fisik korban pun perlu dihindari karena dapat memberi kesan seakan kejahatan dipicu kondisi fisiki korban. Sebaiknya cukup ada fakta, usia, dan kekerasan yang dilakukan pelaku.
Bukan hanya perempuan, Alex juga menyoroti soal LGBT.
"Hindari kata homo, kaum homo, lesbi. Itu ofensif, menyerang teman-teman gay dan lesbian. Orang-orang yang memiliki orientasi seksual yang berbeda bukan berarti menyimpang. Selain itu, pedofilia tak hanya dilakukan gay, banyak juga yang heteroseksual. Mereka penjahat, cukup penjahat, tidak ada kaitannya dengan seksualitas," tegasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Alex menjelaskan perbedaan seks, gender, dan seksualitas.
Berita Terkait
Terpopuler
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- Gary Neville Akui Salah: Taktik Ruben Amorim di Manchester United Kini Berbuah Manis
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- Belanja Mainan Hemat! Diskon 90% di Kidz Station Kraziest Sale, Bayar Pakai BRI Makin Untung
Pilihan
-
Harga Emas Hari Ini Turun: Antam Belum Tersedia, Galeri 24 dan UBS Anjlok!
-
5 Fakta Wakil Ketua DPRD OKU Parwanto: Kader Gerindra, Tersangka KPK dan Punya Utang Rp1,5 Miliar
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
-
Dari AMSI Awards 2025: Suara.com Raih Kategori Inovasi Strategi Pertumbuhan Media Sosial
-
3 Rekomendasi HP Xiaomi 1 Jutaan Chipset Gahar dan RAM Besar, Lancar untuk Multitasking Harian
Terkini
-
5 Fakta Korupsi Eks Bupati Sleman Sri Purnomo, Pengadilan Ungkap Alasan Penahanan
-
Prabowo di Hari Sumpah Pemuda: Jangan Takut Bermimpi Besar, Indonesia Tak Akan Pernah Kalah!
-
Dukung Kreator & UMKM, Shopee Hadirkan Pengalaman Belanja Baru Bersama Meta
-
Viral Mandor TKA Dikeroyok di Morowali, Arogan Jadi Pemicu? Ini 4 Faktanya
-
Gus Ipul Tegaskan Stiker Miskin Inisiatif Daerah, Tapi Masalahnya Ada 2 Juta Data Salah Sasaran
-
Mengapa Myanmar dan Kamboja Bukan Negara Tujuan Kerja yang Aman? Ini Penjelasan Pemerintah
-
Misteri Grup WA Terjawab: Kejagung Bantah Najelaa Terlibat Skandal Chromebook
-
DPD RI Gelar DPD Award Perdana, Apresiasi Pahlawan Lokal Penggerak Kemajuan Daerah
-
Program Learning for Life, Upaya Kemenpar Perkuat Pemberdayaan Masyarakat Pariwisata
-
Ada 4,8 Juta Kelahiran Setahun, Menkes Budi Dorong Perbanyak Fasilitas Kesehatan Berkualitas