Suara.com - Ribuan warga sipil di Ukraina memutuskan untuk bertempur bersama militer negaranya melawan invasi Rusia sejak 24 Februari lalu.
Pemerintah meminta rakyatnya untuk ikut angkat senjata karena militer Ukraina, meskipun salah satu yang terbesar di Eropa, jauh lebih kecil dari kekuatan Rusia.
Otoritas setempat lalu memberikan senjata kepada warga yang ingin membantu melindungi kota mereka - termasuk mengajari mereka cara membuat bom molotov.
Baca juga:
- Kisah para perempuan Ukraina pembuat bom molotov demi lawan invasi Rusia
- Rusia menyerbu, mahasiswa Ukraina jadi tentara relawan, dilatih tiga hari langsung terjun ke garis depan
- Antara kekecewaan dan harapan pada Indonesia - Wawancara Dubes Ukraina dan Rusia
Bom molotov adalah sejenis bom rakitan yang dibuat dengan menuangkan bensin atau bahan yang mudah terbakar lainnya ke dalam botol. Kemudian secarik kain dimasukkan ke dalam botol sebagai sumbu. Ketika disulut dan dilempar ke arah lawan, botol akan pecah saat benturan dan api pun menjalar.
Kementerian pertahanan Ukraina membagikan instruksi di media sosial tentang cara menggunakan bom molotov untuk melawan kendaraan militer Rusia.
Siapa Molotov?
Bom rakitan ini memiliki asal-usul yang tidak biasa.
Nama Molotov berasal dari Vyacheslav Mikhailovich Molotov, seorang mantan menteri luar negeri Uni Soviet (USSR).
Molotov lahir pada tahun 1890 di sebuah keluarga kelas menengah di Rusia.
Baca Juga: Ukraina Diserang: Kisah Jurnalis BBC di Garis Depan Pertempuran
Pada 1906, ia bergabung dengan faksi Bolshevik dalam Partai Buruh Demokrat Sosial Rusia (RSDLP).
Setelah revolusi yang menggulingkan tsar pada 1917, kelompok ini mengambil alih kekuasaan dan menjadi Partai Komunis Uni Soviet.
Molotov terus naik pangkat dan dua kali diangkat menjadi menteri luar negeri, antara 1939-1949 dan 1953-1956.
Pakta Molotov-Ribbentrop
Molotov juga terkenal karena pakta Molotov-Ribbentrop - pakta non agresi antara Uni Soviet dengan Jerman yang dikuasai Nazi pada 1939.
Perjanjian itu juga mengandung protokol rahasia yang baru diungkap setelah Nazi kalah pada 1945.
Menurut protokol ini, Uni Soviet dan Jerman akan membagi Polandia dan mendefinisikan lingkup pengaruh masing-masing di Eropa Timur, wilayah Baltik, dan Finlandia.
Pada September 1939, Jerman menginvasi Polandia, tahu bahwa langkah itu tidak akan memprovokasi Uni Soviet. Namun Inggris dan Prancis merespons dengan mendeklarasikan perang terhadap Jerman, yang memulai Perang Dunia Kedua. Beberapa hari kemudian, Uni Soviet juga menginvasi Polandia.
Pada November, Uni Soviet lalu menyerbu Finlandia, sehingga memicu peristiwa yang dikenal sebagai Perang Musim Dingin.
Karena konflik inilah bom Molotov menjadi terkenal.
Perang Musim Dingin dan bom rakitan
Waktu itu, Molotov berkata kepada radio Soviet bahwa Moskow tidak menjatuhkan bom ke Finlandia, namun mengantarkan makanan dan kebutuhan sehari-hari lewat udara kepada rakyat Finlandia yang kelaparan.
Orang Finlandia dengan nada sarkastis menyebut bom tandan yang digunakan Soviet untuk menyerang kota-kota di Finlandia itu sebagai "keranjang roti Molotov".
Dalam nada sarkastis yang sama, bom Molotov dinamakan demikian karena itu adalah 'minuman koktail' yang cocok dengan 'makanan' tersebut.
Mereka digunakan oleh rakyat Finlandia untuk menyerang kendaraan lapis baja Soviet.
Namun demikian, Perang Musim Dingin itu bukanlah konflik pertama ketika bom rakitan itu digunakan. Bom yang sama sebelumnya juga diandalkan saat Perang Saudara di Spanyol dari 1936 hingga 1939.
Dan sekarang, bom Molotov kembali jadi berita saat rakyat Ukraina menggunakan semua cara yang mereka bisa untuk memukul mundur pasukan Rusia.
Berita Terkait
-
Terkuak! Siswa SMAN 72 Jakarta Siapkan 7 Peledak, Termasuk Bom Sumbu Berwadah Kaleng Coca-Cola
-
Kasus Ledakan di SMAN 72 Jakarta, Satu Siswa Ditetapkan Jadi Tersangka
-
Misteri Pelaku Bom SMAN 72: Kenapa Dipindah ke RS Polri dan Identitasnya Dirahasiakan?
-
Terungkap! Sebelum Ledakan di SMAN 72, Pelaku Tinggalkan Pesan Misterius di Dinding Kelas
-
Polisi Temukan Serbuk Pemicu Ledakan di Rumah Terduga Pelaku Peledakan SMAN 72
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
Pilihan
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Curacao dan 10 Negara Terkecil yang Lolos ke Piala Dunia, Indonesia Jauh Tertinggal
-
Danantara Soroti Timpangnya Setoran Dividen BUMN, Banyak yang Sakit dan Rugi
-
Mengapa Pertamina Beres-beres Anak Usaha? Tak Urus Lagi Bisnis Rumah Sakit Hingga Hotel
-
Pandu Sjahrir Blak-blakan: Danantara Tak Bisa Jauh dari Politik!
Terkini
-
BPJS Kesehatan Angkat Duta Muda: Perkuat Literasi JKN di Kalangan Generasi Penerus
-
Kondisi Gunung Semeru Meningkat ke Level Awas, 300 Warga Dievakuasi
-
Soal Pelimpahan Kasus Petral: Kejagung Belum Ungkap Alasan, KPK Bantah Isu Tukar Guling Perkara
-
Semeru Status Awas! Jalur Krusial Malang-Lumajang Ditutup Total, Polisi Siapkan Rute Alternatif
-
Babak Baru Korupsi Petral: Kejagung Resmi Limpahkan Kasus ke Tangan KPK, Ada Apa?
-
DPR-Kemdiktisaintek Kolaborasi Ciptakan Kampus Aman, Beradab dan Bebas Kekerasan di Sulteng
-
Fakta Baru Sengketa Tambang Nikel: Hutan Perawan Dibabat, IUP Ternyata Tak Berdempetan
-
Survei RPI Sebut Tingkat Kepuasan Publik Terhadap Polri Tinggi, Ini Penjelasannya
-
Momen Roy Suryo Walk Out dari Audiensi Reformasi Polri, Sentil Otto Hasibuan: Harusnya Tahu Diri
-
Deteksi Dini Bahaya Tersembunyi, Cek Kesehatan Gratis Tekan Ledakan Kasus Gagal Ginjal