Suara.com - Komisi Uni Eropa berencana untuk memperkenalkan pelabelan pada pakaian yang akan menginformasikan kepada konsumen betapa mudahnya produk itu didaur ulang dan ramah lingkungan.
Komisi Uni Eropa pada hari Rabu (30/03) meluncurkan proposal untuk meningkatkan keberlanjutan produk seperti smartphone, pakaian, dan furnitur.
Rencana tersebut mencerminkan upaya eksekutif UE untuk memajukan apa yang disebut "ekonomi sirkular" dan mempromosikan barang-barang yang lebih berkelanjutan, tahan lama, dan lebih mudah diperbaiki, dan didaur ulang.
"Kami ingin produk berkelanjutan menjadi norma di pasar Eropa," kata Komisaris Uni Eropa yang bertanggung jawab untuk lingkungan, Frans Timmermans, saat mengumumkan proposal dalam konferensi pers.
Berdasarkan rencana tersebut, barang-barang yang dijual di UE akan dikembangkan pada skala keberlanjutan yang menunjukkan dampak lingkungan, daya tahan, dan kemudahan memperbaiki produk.
Upaya ini mencerminkan efisiensi UE untuk peralatan listrik, yang menggunakan label A hingga G untuk membantu konsumen memilih produk yang lebih hemat energi.
Mengikuti tren fast fashion Secara khusus, Komisi UE menilai keberlanjutan dalam produk tekstil sebagai industri yang layak untuk diteliti.
Proposal tersebut akan memperkenalkan pelabelan pada pakaian, memberi tahu konsumen betapa mudahnya produk itu didaur ulang dan ramah lingkungan.
"Konsumsi tekstil, yang sebagian besar diimpor, sekarang menyumbang rata-rata dampak negatif tertinggi keempat terhadap lingkungan dan perubahan iklim, serta tertinggi ketiga untuk penggunaan air dan lahan dari perspektif siklus hidup global," isi proposal Komisi UE.
Produksi pakaian terdiri dari 81% dari konsumsi tekstil UE. Komisi Uni Eropa mengatakan tren penggunaan pakaian untuk periode yang lebih pendek berkontribusi pada "pola produksi dan konsumsi berlebihan yang tidak berkelanjutan."
Tren yang dikenal dengan istilah fast fashion atau industri fesyen yang bergerak sangat cepat, dengan koleksi baru yang diluncurkan setiap minggu, dan dijual dengan harga relatif murah, telah memikat konsumen untuk terus membeli pakaian," kata Komisi UE.
"Sudah waktunya untuk mengakhiri model 'ambil, buat, hancurkan, dan buang' yang sangat berbahaya bagi planet kita, kesehatan kita, dan ekonomi kita," tambah Timmermans.
Sektor konstruksi juga ditargetkan
Selain pakaian dan smartphone, bisnis konstruksi juga masuk dalam bidikan, menyoroti bahwa bangunan saja menyumbang sekitar 50% dari ekstraksi dan konsumsi sumber daya, dan lebih dari 30% total limbah UE yang dihasilkan per tahun.
"Selain itu, bangunan bertanggung jawab atas 40% konsumsi energi UE dan 36% emisi gas rumah kaca terkait energi," bunyi pernyataan itu.
Berita Terkait
- 
            
              Tak Seperti Bernardo Tavares, Tomas Trucha Ingin PSM Makassar Tampil Menyerang
- 
            
              BRI Peduli Salurkan Armada Pengelolaan Sampah Demi Pengelolaan Mandiri Daerah
- 
            
              PSG Konfirmasi Desire Doue Cedera, Absen Lawan Bayern Munich
- 
            
              3 Pemain Andalan Persebaya Surabaya Absen saat Hadapi Persis Solo
- 
            
              Harga Emas Turun Empat Hari Beruntun! Galeri 24 dan UBS Hanya 2,3 Jutaan
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Terbaik untuk Anak Muda 2025: Irit Bensin, Stylish Dibawa Nongkrong
- 7 Rekomendasi Lipstik Mengandung SPF untuk Menutupi Bibir Hitam, Cocok Dipakai Sehari-hari
- Gibran Hadiri Acara Mancing Gratis di Bekasi, Netizen Heboh: Akhirnya Ketemu Jobdesk yang Pas!
- 7 Lipstik Halal dan Wudhu Friendly yang Aman Dipakai Sehari-hari, Harga Mulai Rp20 Ribuan
Pilihan
- 
            
              Harga Emas Turun Empat Hari Beruntun! Galeri 24 dan UBS Hanya 2,3 Jutaan
- 
            
              Jeje Koar-koar dan Bicara Omong Kosong, Eliano Reijnders Akhirnya Buka Suara
- 
            
              Saham TOBA Milik Opung Luhut Kebakaran, Aksi Jual Investor Marak
- 
            
              Isuzu Kenalkan Mesin yang Bisa Telan Beragam Bahan Bakar Terbarukan di JMS 2025
- 
            
              Pabrik Sepatu Merek Nike di Tangerang PHK 2.804 Karyawan
Terkini
- 
            
              Mengapa Jakarta Selatan Kembali Terendam? Ini Penyebab 27 RT Alami Banjir Parah
- 
            
              Korupsi Pertamina Makin Panas: Pejabat Internal Hingga Direktur Perusahaan Jepang Diinterogasi
- 
            
              Mengapa Kemensos Gelontorkan Rp4 Miliar ke Semarang? Ini Penjelasan Gus Ipul soal Banjir Besar
- 
            
              Soal Progres Mobil Nasional, Istana: Sabar Dulu, Biar Ada Kejutan
- 
            
              Kenapa Pohon Tua di Jakarta Masih Jadi Ancaman Nyawa Saat Musim Hujan?
- 
            
              Tiba di Korea Selatan, Ini Agenda Presiden Prabowo di KTT APEC 2025
- 
            
              Wakapolri Ungkap Langkah Pembenahan Polri: Aktifkan Pamapta dan Modernisasi Pelayanan SPKT
- 
            
              Pernah Jadi Korban, Pramono Anung Desak Perbaikan Mesin Tap Transjakarta Bermasalah
- 
            
              Skandal Whoosh Memanas: KPK Konfirmasi Penyelidikan Korupsi, Petinggi KCIC akan Dipanggil
- 
            
              Formappi Nilai Proses Etik Lima Anggota DPR Nonaktif Jadi Ujian Independensi MKD