Suara.com - Pendiri Saiful Mujani Research Consulting (SMRC) Saiful Mujani mengungkapkan hasil studi terkait toleransi di masyarakat.
Dalam studinya, pihaknya menanyakan terkait seberapa toleran dan seberapa tidak toleran masyarakat Indonesia. Pertanyaan mendasar dalam studinya yakni masyarakat siapa yang paling tak disukai.
"Kita tanya ada nggak masyarakat paling anda tidak sukai," ujar Saiful dalam youtube SMRC TV, Kamis (14/4/2022).
Hasilnya, jumlahnya fluktuaktif. Namun, ia menuturkan mayoritas kelompok yang tidak disukai masyarakat mengalami kenaikan setiap tahun. Bahkan delapan tahun terakhir mengalami kenaikan.
Namun, ia tak menyebut kelompok mana yang tak disukai mayoritas masyarakat.
"Kalau pun kita tidak suka ini jumlahnya fluktuatif, tetapi mayoritas kita disini ada yang menyebutkan mayoritas warga itu mengatakan ada kelompok yang paling dia tidak sukai, fluktuatif sempat 81 persen sampai 85 persen kemudian turun. Tapi kemudian, setelah 2013 naik kembali. Jadi delapan tahun terakhir mengalami kenaikan. Sementara yang mengatakan tidak ada, bukan mayoritas," papar dia.
Selanjutnya kata Saiful, pihaknya juga menanyakan terkait ketidaksukaan terhadap kelompok masyarakat tertentu. Pertanyaan tersebut untuk mengetahui apakah responden tersebut toleran atau tidak toleran.
"Yang menunjukkan ketidaksukaan itu, kita kemudian kejar, apakah orang yang tidak suka tersebut itu menghalang-halangi hak orang untuk mendapatkan hak-hak pihak yang dia nggak suka? kalau dia menghalangi dia tidak toleran, kalau dia tidak menghalangi dia tidak toleran," papar Saiful.
Selain itu, Saiful membeberkan beberapa indikator yang dipakai untuk mengetahui apakah toleran atau tidak toleran. Yakni apakah kelompok yang mereka tidak sukai boleh berpidato, boleh berpawai, boleh menjadi guru negeri, hingga pertanyaan terkait apakah kelompok tersebut boleh menjadi Presiden hingga pejabat publik. Hasilnya mayorits menolak atau tidak setuju.
Baca Juga: Saiful Mujani: Tak Suka Ade Armando Boleh, Tapi Anda Tak Punya Hak Halangi Dia Hidup di Negeri Ini
"Rata-rata 90 persen tidak setuju keberatan. Artinya, tidak toleran. Lalu pawai di daerah itu bawa poster tidak boleh (hasilnya) 90 persen. Konsisten (menolak). Menjadi guru negeri secara umum nggak boleh juga. fluktuatif. 95 persen di tahun 2017 angkanya. Lalu ngggak boleh jadi presiden, jadi bupati. Menjadi pejabat pemerintah juga tinggi (Ketidaksetujuan). Jadi tingkat toleransinya menguat. Intoleransi," katanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Sedan Bekas yang Jarang Rewel untuk Orang Tua
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- 5 Sepatu Lari Hoka Diskon 50% di Sports Station, Akhir Tahun Makin Hemat
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman Skechers Buat Jalan-Jalan, Cocok Buat Traveling dan Harian
- 6 Mobil Bekas untuk Pemula atau Pasangan Muda, Praktis dan Serba Hemat
Pilihan
-
Bencana Sumatera 2025 Tekan Ekonomi Nasional, Biaya Pemulihan Melonjak Puluhan Triliun Rupiah
-
John Herdman Dikontrak PSSI 4 Tahun
-
Bukan Sekadar Tenda: Menanti Ruang Aman bagi Perempuan di Pengungsian
-
4 Rekomendasi HP Xiaomi Murah, RAM Besar Memori Jumbo untuk Pengguna Aktif
-
Cek di Sini Jadwal Lengkap Pengumuman BI-Rate Tahun 2026
Terkini
-
Jurnalisme Masa Depan: Kolaborasi Manusia dan Mesin di Workshop Google AI
-
Suara.com Raih Top Media of The Year 2025 di Seedbacklink Summit
-
147 Ribu Aparat dan Banser Amankan Misa Malam Natal 2025
-
Pratikno di Gereja Katedral Jakarta: Suka Cita Natal Tak akan Berpaling dari Duka Sumatra
-
Kunjungi Gereja-Gereja di Malam Natal, Pramono Anung: Saya Gubernur Semua Agama
-
Pesan Menko Polkam di Malam Natal Katedral: Mari Doakan Korban Bencana Sumatra
-
Syahdu Misa Natal Katedral Jakarta: 10 Ribu Umat Padati Gereja, Panjatkan Doa untuk Sumatra
-
Melanggar Aturan Kehutanan, Perusahaan Tambang Ini Harus Bayar Denda Rp1,2 Triliun
-
Waspadai Ucapan Natal Palsu, BNI Imbau Nasabah Tidak Sembarangan Klik Tautan
-
Bertahan di Tengah Bencana: Apa yang Bisa Dimakan dari Jadup Rp 10 Ribu Sehari?