"OSINT benar-benar berkembang pesat dalam enam bulan terakhir," kata Glen, yang mencatat bahwa setelah delapan tahun menekuni kegiatan ini dia tidak pernah dimintai wawancara oleh media arus utama, tetapi sekarang hal itu terjadi setiap hari.
Pemerintah dan badan-badan intelijen juga menghargai masukan dari jenis intelijen yang baru ini. Melalui aplikasi pemerintah Ukraina bernama Diia, warga sekarang dapat mengunggah gambar dan video yang diberi tag geo dari pergerakan pasukan Rusia. "Kami menerima puluhan ribu pesan setiap hari," kata Menteri Transformasi Digital Ukraina Mikhailo Fedorov kepada The Washington Post. "Mereka sangat, sangat berguna."
Jadi bukti persidangan? Apa yang memotivasi para penyelidik digital tersebut? Sulit untuk mengatakannya.
Peden menyebut komunitas itu "terdesentralisasi dan kolaboratif, tetapi juga agak kacau." Banyak anggota memiliki keahlian militer atau mantan tentara. Sedangkan yang lain tetap merahasiakan identitas mereka yang sebenarnya.
Bagaimanapun, Peden merasa sangat terhubung dengan rakyat Ukraina. "Saya melihat video-video ini dan mereka terlihat seperti ibu saya, seperti saudara perempuan saya, dan teman-teman saya," katanya.
Dia bermimpi suatu hari nanti bisa melihat cuitannya digunakan sebagai bukti dalam pengadilan kriminal internasional. Itu bukan mimpi yang mustahil. "Kelompok-kelompok di Pengadilan Kriminal Internasional, apakah mereka pengacara pengadilan atau penyelidik, telah benar-benar mulai mengeksplorasi potensi investigasi open source,” kata Alexa Koenig, Direktur Eksekutif Pusat Hak Asasi Manusia di University of California, Berkeley, dalam wawancara dengan DW.
Tantangan bagi para penyelidik, katanya, adalah banyaknya informasi. Dalam perang Ukraina, Facebook dan Twitter telah bergabung dengan platform lain: Tiktok, Telegram, situs media sosial Rusia VKontakte, dan banyak lagi.
Siapa yang bertanggung jawab? "Siapa pun dapat menyebut diri mereka akun OSINT dan memposting informasi apa pun yang mereka inginkan," kata Glen. "Tidak seperti media arus utama, tidak ada konsekuensi untuk menerbitkan informasi palsu atau menyesatkan."
Namun, cuitan palsu berpotensi memiliki konsekuensi di kehidupan nyata. Peden menceritakan bahwa dia pernah menerima video dari Kherson, Ukraina selatan, pada awal Maret lalu.
Baca Juga: Rakyat Lebanon Terancam Kelaparan Akibat Perang di Ukraina
Seorang wanita merekam aktivitas patroli polisi pendudukan Rusia dari balkonnya dan membagikan videonya.
"Saya terkesima bahwa 'oh Tuhan, ini adalah seorang wanita, orang yang nyata.' Saya mengutip cuitannya," katanya.
Setelah enam menit, postingan itu tersebar dan telah dibagikan ratusan kali. Bagi Peden, itu hanya satu klik, tetapi untuk wanita di Kherson, menjadi masalah hidup dan mati. Sejak saat itu, Peden lebih memikirkan konsekuensi dari pekerjaannya, untuk dirinya sendiri dan orang lain. Itulah alasan lain dia ingin tampil dengan nama aslinya.
Terlepas dari tanggung jawab besar untuk seorang anak berusia 20 tahun, Peden tidak berpikir untuk berhenti. "Bahkan jika saya kehilangan semua pengikut saya, saya akan melanjutkan," katanya. Dia ingin menjadi saksi — dan membuat kabut perang setidaknya sedikit berkurang. (ha/pkp)
Berita Terkait
-
Formasi Petugas Kesehatan Haji (PKH) 2026 via daftarin.kemkes.go.id
-
Klub Kevin Diks Bertahan Konsisten Jadi Klub Tak Terkalahkan di Bundesliga Liga Jerman
-
7 Rekomendasi Bedak Padat untuk Kulit Kuning Langsat, Bikin Cantik Natural
-
Review Film Zootopia 2: Petualangan Baru di Kota Hewan yang Penuh Makna
-
Bahlil Perintahkan Kader Golkar Turun Langsung ke Lokasi Bencana Aceh, Sumut, dan Sumbar
Terpopuler
- 8 Sepatu Skechers Diskon hingga 50% di Sports Station, Mulai Rp300 Ribuan!
- Cek Fakta: Jokowi Resmikan Bandara IMIP Morowali?
- Ramalan Shio Besok 29 November 2025, Siapa yang Paling Hoki di Akhir Pekan?
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70 Persen di Foot Locker
- 3 Rekomendasi Sepatu Lari Hoka Terbaik Diskon 70 Persen di Foot Locker
Pilihan
-
Jejak Sunyi Menjaga Tradisi: Napas Panjang Para Perajin Blangkon di Godean Sleman
-
Sambut Ide Pramono, LRT Jakarta Bahas Wacana Penyambungan Rel ke PIK
-
Penjarahan Beras di Gudang Bulog Sumut, Ini Alasan Mengejutkan dari Pengamat
-
Kids Dash BSB Night Run 2025 Jadi Ruang Ramah untuk Semua Anak: Kisah Zeeshan Bikin Terharu
-
Profil John Herdman, Pesaing Van Bronckhorst, Calon Pelatih Timnas Indonesia
Terkini
-
Kemensos Gelontorkan Rp19 Miliar Atasi Banjir 3 Provinsi Sumatera
-
Truk Seruduk Halte Mambo, Layanan Transjakarta Koridor 10 dan 12 Sempat Dialihkan
-
Intensif Lakukan Penggeledahan untuk Kasus Ponorogo, KPK Amankan Dokumen hingga Senjata Api
-
Rehabilitasi Presiden Tak Hentikan KPK, Kasus Korupsi ASDP Jalan Terus
-
Akses Darat Putus! Polri Kirim Bantuan dari Langit ke Desa-Desa Terisolasi di Sumut
-
Banjir Karangan Bunga di Balai Kota, Wali Kota Jakarta Barat Uus Dilantik Jadi Sekda DKI Hari Ini?
-
Detik-detik Menegangkan Kebakaran RS Pengayoman Cipinang: Alarm 'Meraung', 28 Pasien Dievakuasi
-
Hikmah Surat Ad-Dhuha di Sel Gelap, Titik Balik Eks Dirut ASDP yang Merasa Ditinggal Tuhan
-
KPK Bantah Tuduhan Penggelapan Aset Rp 600 Miliar: Balik Sorot Dugaan Pemalsuan Dokumen Sitaan
-
Cegah Penjarahan Meluas, Polda Sumut Kerahkan Brimob di Minimarket hingga Gudang Bulog!