Suara.com - Presiden AS Joe Biden menyambut para pemimpin Asia Tenggara di Washington, Kamis (12/05). Pertemuan ini menjanjikan dukungan untuk energi bersih dan keamanan maritim dalam menghadapi Cina.
Dalam pertemuan puncak selama dua hari dengan para pemimpin negara ASEAN, pemerintahan Joe Biden menekankan komitmen bahwa Amerika Serikat masih memprioritaskan Asia meskipun berbulan-bulan fokus menyoroti invasi Rusia di Ukraina.
Gedung Putih mengumumkan bantuan baru sekitar $150 juta (Rp2,1 triliun), jumlah yang sedikit bila dibandingkan dengan $40 miliar (Rp584,3 triliun) untuk Ukraina dan miliaran dana yang digelontorkan oleh Cina di kawasan tersebut, yang telah melampaui Amerika Serikat sebagai mitra dagang terbesar ASEAN.
Namun, AS mengatakan saat ini sektor swastanya sedang bekerja dan berencana untuk membuat program yang lebih luas dalam kerangka ekonomi Indo-Pasifik, ditandai dengan kunjungan Biden ke Tokyo dan Seoul pada minggu depan.
"Saya berharap pertemuan ini dapat menjadi momentum untuk kembalinya kehadiran AS di kawasan," kata Presiden Indonesia Joko Widodo dalam KTT AS-ASEAN sebelum para pemimpin menuju jamuan makan malam di Gedung Putih.
AS juga berencana memberikan $60 juta (Rp876,4 miliar) untuk inisiatif maritim baru, termasuk mengerahkan personel penjaga pantai untuk memerangi kejahatan di laut. Upaya ini akan mencakup melawan penangkapan ikan ilegal dan tindakan kerja paksa, kata seorang pejabat AS.
Washington akan menyumbangkan $40 juta (Rp584,4 miliar) untuk investasi energi bersih di Asia Tenggara dan menggalang kerja sama dengan sektor swasta untuk mengumpulkan hingga $2 miliar (Rp29,2 triliun).
Inisiatif lain yang disampaikan Biden secara terpisah ketika melakukan pertemuan puncak tentang COVID-19 secara virtual, yakni tentang proyek untuk menguji penyakit pernapasan yang muncul di perkotaan Asia Tenggara melalui kantor baru Pusat Pengendalian Penyakit AS di Hanoi.
Pertemuan dengan oposisi Myanmar Asia Tenggara sering dilihat sebagai korban dari keberhasilannya sendiri, sementara Amerika Serikat fokus di tempat lain karena kurangnya masalah mendesak di kawasan itu.
Namun Myanmar, yang pernah dipuji Amerika Serikat sebagai kisah sukses demokrasi, terus mengalami ketegangan sejak Februari tahun lalu ketika militer menggulingkan pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi. Saat para pemimpin berkumpul di Washington, Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman bertemu dengan perwakilan kepemimpinan demokratis di pengasingan, Pemerintah Persatuan Nasional, termasuk menteri luar negerinya, Zin Mar Aung.
Sherman mengatakan Amerika Serikat akan "terus bekerja sama dengan ASEAN dan mitra lainnya dalam mendesak resolusi yang adil dan damai untuk krisis di Burma," kata pernyataan Departemen Luar Negeri yang menggunakan nama Myanmar sebelumnya, Burma.
Human Rights Watch mengatakan bahwa fokus pada Myanmar tidak cukup sehingga Biden harus mengatasi kemunduran demokrasi di seluruh Asia Tenggara.
"Jika AS tidak secara terbuka mengangkat masalah hak asasi manusia selama pertemuan, pesannya adalah bahwa pelanggaran hak asasi manusia sekarang ditoleransi atas nama membentuk aliansi untuk melawan Cina," kata John Sifton, Direktur Advokasi Asia kelompok itu. bh/ha (AFP)
Berita Terkait
-
Darurat Sampah, Terpal Jadi Andalan Pemkot Tangsel
-
Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
-
Ikuti Jejak Rupiah, IHSG Meloyo Hari ini Balik ke Level 8.600
-
Jadwal Misa Natal 2025 Gereja Katedral di Berbagai Daerah Indonesia, Jakarta hingga Padang
-
Viral! Petugas Antar Makanan Pakai Kostum Power Rangers, Ternyata Ini Alasan di Baliknya
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Pemerintah Naikkan Rentang Alpha Penentuan UMP Jadi 0,5 hingga 0,9, Ini Alasannya
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
-
Peresmian Proyek RDMP Kilang Balikpapan Ditunda, Bahlil Beri Penjelasan
-
Resmi Melantai di Bursa, Saham Superbank Melambung Tinggi
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
Terkini
-
Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
-
Geledah Kantor dan Rumah Dinas Bupati Lampung, KPK Sita Uang Ratusan Juta Rupiah
-
Pemerintah Bangun 2.603 Hunian Tetap Korban Bencana di Sumatra Mulai Bulan Ini
-
Bagaimana Perubahan Iklim Bisa Tingkatkan Ancaman Penyakit Zoonosis?
-
Prabowo Mau Tanam Sawit di Papua, Anggota Komisi IV DPR Ingatkan Pengalaman Pahit di Berbagai Daerah
-
Mahfud MD Sebut Potensi Pelanggaran HAM di Kasus Ijazah Jokowi, Ini Penjelasannya
-
DPR Apresiasi Peta Jalan Penyelesaian Pelanggaran HAM Berat, Negara Diminta Buka Tabir Kebenaran
-
Anggaran Fantastis Belasan Triliun Rupiah Digelontorkan untuk Guru Keagamaan di 2026
-
WALHI Kritik Rencana Prabowo Tanam Sawit dan Tebu di Papua: Tak Punya Hati dan Empati!
-
7 Fakta Ganjil Kebakaran Ruko Terra Drone: Izin Lolos Tanpa Tangga Darurat?