Suara.com - Para produsen obat global melobi negara-negara kaya untuk mendanai mekanisme pasokan yang akan secara langsung mengamankan vaksin untuk negara-negara berpenghasilan rendah jika terjadi pandemi baru.
Namun para pabrikan obat itu mengatakan proposal tersebut bergantung pada perdagangan bebas lintas batas.
Federasi Internasional Produsen dan Asosiasi Farmasi (IFPMA) mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Senin bahwa distribusi vaksin pandemi global perlu diletakkan pada pijakan baru karena negara-negara termiskin di dunia terpaksa menunggu suntikan selama pandemi saat ini.
"Industri farmasi itu bersedia mencadangkan alokasi produksi yang langsung didistribusikan ke populasi prioritas di negara-negara berpenghasilan rendah, sebagaimana ditentukan oleh otoritas kesehatan selama pandemi," kata direktur jenderal IFPMA Thomas Cueni.
Perdebatan global tentang respons yang lebih baik terhadap wabah penyakit sedang gencar dilakukan karena para menteri kesehatan akan bertemu di Jenewa minggu ini untuk pertemuan Organisasi Kesehatan Dunia, dengan pokok bahasan mengenai berbagi vaksin di antara banyak agenda pembahasan yang lain.
Secara terpisah, kelompok negara-negara G20 telah menyetujui dana multimiliar dolar untuk kesiapsiagaan pandemi yang akan dibentuk di luar WHO.
Cueni menambahkan mekanisme pengadaan membutuhkan pendanaan oleh negara-negara berpenghasilan tinggi dan hanya dapat bekerja jika bahan dan produk jadi dapat dikirim tanpa hambatan dalam rantai pasokan global.
"Kami berkomitmen untuk bekerja dengan pemerintah dan semua pemangku kepentingan untuk membantu memastikan bahwa sistem kesiapsiagaan diterapkan dan dipertahankan di masa depan," kata Cueni.
Hambatan perdagangan menimbulkan masalah besar selama pandemi COVID-19, yang sekarang masuk tahun ketiga.
Baca Juga: Anggota G20 Sepakat Bantu Negara Miskin yang Kesulitan Bayar Utang
Di antara rintangan-rintangan itu, produsen utama India melarang ekspor vaksin untuk sebagian besar waktu selama 2021, sementara Undang-Undang Produksi Pertahanan AS, yang memprioritaskan respons krisis domestik, memperlambat pengiriman peralatan global untuk pembuat vaksin.
Fasilitas berbagi vaksin COVAX didirikan untuk mengamankan distribusi di negara-negara miskin tapi disusul oleh upaya pengadaan yang lebih cepat negara-negara kaya, sehingga meninggalkan negara-negara lain di belakang.
"COVAX tidak cukup didanai atau diatur cukup cepat untuk mengamankan perjanjian pembelian di muka untuk dosis yang setara dengan pembeli negara berpenghasilan tinggi," kata kelompok lobi IFPMA.
Sumber: Reuters/Antara
Berita Terkait
-
RCN Kecam Inggris: Rekrut Perawat Negara Miskin, Bantuan Kesehatan Dipangkas Habis
-
10 Negara Ini Dikategorikan Miskin di 2025, Ada Indonesia?
-
Gaji PNS Tak Diambil Selama 9 Tahun, Ayah Ojak Sengaja Tumpuk sampai Setengah Miliar
-
Ayah Ojak Santai Tak Ambil Gaji PNS selama 9 Tahun, Menumpuk sampai Setengah Miliar
-
Rusia Kirim 200 Ton Biji-bijian ke 6 Negara Termiskin di Afrika, Ini Tujuannya
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
Terkini
-
Yusril: Pasal KUHP Lama Tak Lagi Efektif, Judi Online Harus Dihantam dengan TPPU
-
Prabowo Setujui Rp5 Triliun untuk KRL Baru: Akhir dari Desak-desakan di Jabodetabek?
-
Subsidi Transportasi Dipangkas, Tarif Transjakarta Naik pada 2026?
-
Wacana Soeharto Pahlawan Nasional Picu Kontroversi, Asvi Warman Soroti Indikasi Pemutihan Sejarah
-
Dinilai Bukan Pelanggaran Etik, Ahli Hukum Sebut Ucapan Adies Kadir Hanya Slip Of The Tongue
-
Misteri 2 Kerangka Gosong di Gedung ACC Kwitang, Polda Metro Jaya Ambil Alih Kasus
-
Legal Standing Dipertanyakan Hakim MK, Pemohon Uji UU TNI Singgung Kasus Almas
-
Aksi Solidaritas Tempo di Makassar Ricuh, Jurnalis Dipukul
-
Tegas! Ketua Banggar DPR Sebut Danantara yang Wajib Bayar Utang Whoosh
-
Bahaya Judol dan Narkoba Lebih Besar dari Korupsi? Yusril Ungkap Fakta Lain Soal RUU Perampasan Aset