Suara.com - Sebagian pengungsi yang melarikan diri dari Afghanistan ke Jepang meninggalkan negara itu karena mereka merasa ada tekanan dan kurang dukungan dari Kementerian Luar Negeri Jepang.
Jumlah pengungsi di Jepang 169 orang dan yang meninggalkan negara itu sekitar 40 persen.
Mereka melarikan diri dari Afghanistan setelah Taliban kembali berkuasa pada Agustus 2021.
Walau Jepang sudah memberikan status pengungsi kepada 98 orang, 58 orang dari mereka kembali ke Afghanistan dengan risiko penganiayaan oleh Taliban, sementara tujuh orang pergi ke Amerika Serikat dan Inggris.
Ke-98 pengungsi baru diakui sebagai pengungsi pada Agustus tahun ini oleh pemerintah Jepang. Itu merupakan sebuah langkah yang langka untuk Jepang yang dikenal sebagai negara dengan kebijakan penyaringan pengungsi yang ketat dan catatan buruk penerimaan pencari suaka.
Mereka yang diakui sebagai pengungsi terdiri atas para anggota staf yang bekerja di Kedutaan Besar Jepang di Kabul dan anggota keluarga mereka.
Taliban kembali berkuasa di Afghanistan pada 2021 setelah menggulingkan pemerintahan Presiden Ashraf Ghani, menyusul keputusan Amerika Serikat untuk menarik pasukan dari negara itu setelah 20 tahun berperang.
Karena Taliban menargetkan orang-orang Afghanistan yang bekerja sama dengan negara-negara asing yang memiliki hubungan dengan pemerintah sebelumnya, pemerintah Jepang turun tangan untuk membantu anggota staf Kedutaan Besar Jepang dan para pekerja Badan Kerjasama Internasional Jepang serta keluarga mereka.
Pada Oktober hingga Desember 2021, kementerian luar negeri Jepang menyediakan penginapan di Tokyo, makanan dan gaji untuk para staf kedutaan Jepang di Kabul dan keluarga mereka.
Baca Juga: Pengungsi Afghanistan: "Kalau Saya Bertahan, Saya Pasti Sudah Mati"
Namun, beberapa staf mengatakan kepada Kyodo News bahwa mereka ditekan untuk meninggalkan Jepang, setelah diberitahu bahwa kontrak kerja mereka akan berakhir pada akhir Agustus.
Para pengungsi itu mengatakan staf kementerian Jepang mengunjungi rumah mereka dan memberi tahu mereka bahwa tinggal di Jepang akan sulit dan bahwa keputusan untuk tinggal atau meninggalkan negara itu harus mereka didiskusikan dengan keluarga.
Para pengungsi itu juga mengatakan pihak kementerian luar negeri Jepang mengatakan kepada mereka bahwa jika mereka kembali ke Afghanistan, biaya perjalanan akan ditanggung dan mereka akan menerima kenaikan gaji 20 persen.
Sebagian besar staf kedutaan lokal yang melarikan diri dari Afghanistan berkomunikasi dalam bahasa Inggris daripada bahasa Jepang, sehingga sangat sulit bagi mereka untuk mencari pekerjaan.
Menurut seorang pengungsi, kantor penempatan kerja publik "Hello Work" mengatakan bahwa mereka hanya memiliki peluang 1 persen untuk mendapatkan pekerjaan di Jepang. Faktor-faktor lain pun turut memperparah perjuangan para pengungsi Afghanistan itu.
Anak-anak mereka tidak dapat bersekolah sampai musim semi ketika tahun ajaran Jepang dimulai. Selain itu, hanya pasangan dan anak-anak yang dapat dibawa ke Jepang, bukan anggota keluarga dekat lainnya seperti orang tua dan saudara kandung.
Berita Terkait
-
5 Rekomendasi Mobil Jepang Harga Rp50 Juta Paling Irit Buat Keluarga
-
Geser Bayside Shakedown 2, Kokuho Jadi Film Live-Action Terlaris di Jepang
-
Tiga Negara Jadi Destinasi Liburan Favorit Warga Indonesia di 2025, Jepang Masih Nomor Satu
-
7 Sunscreen Jepang Terbaik buat Ibu Rumah Tangga Usia 40 Tahun ke Atas
-
Wajib Coba! Tenya, Restoran Tempura Legendaris Jepang, Buka Gerai Kedua di Gandaria City
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Selevel Innova Budget Rp60 Jutaan untuk Keluarga Besar
- 5 Pilihan Ban Motor Bebas Licin, Solusi Aman dan Nyaman buat Musim Hujan
- 5 HP Memori 128 GB Paling Murah untuk Penggunaan Jangka Panjang, Terbaik November 2025
- 5 Mobil Keluarga Bekas Kuat Tanjakan, Aman dan Nyaman Temani Jalan Jauh
- Cara Cek NIK KTP Apakah Terdaftar Bansos 2025? Ini Cara Mudahnya!
Pilihan
-
Tidak Ada Nasi di Rumah, Ibu di Makassar Mau Lempar Anak ke Kanal
-
Cuaca Semarang Hari Ini: Waspada Hujan Ringan, BMKG Ingatkan Puncak Musim Hujan Makin Dekat
-
Menkeu Purbaya Mau Bekukan Peran Bea Cukai dan Ganti dengan Perusahaan Asal Swiss
-
4 HP dengan Kamera Selfie Beresolusi Tinggi Paling Murah, Cocok untuk Kantong Pelajar dan Mahasiswa
-
4 Rekomendasi HP Layar AMOLED Paling Murah Terbaru, Nyaman di Mata dan Cocok untuk Nonton Film
Terkini
-
Darurat Banjir-Longsor Sumut, Bobby Nasution Fokus Evakuasi dan Buka Akses Jalur Logistik yang Putus
-
KPK Panggil Kakak Hary Tanoe dalam Kasus Bansos Hari Ini
-
Survei Terbaru Populi Center Sebut 81,7 Persen Publik Yakin Prabowo-Gibran Bawa Indonesia Lebih Baik
-
Heartventure Dompet Dhuafa Sapa Masyarakat Sumut, Salurkan Bantuan ke Samosir-Berastagi
-
Bansos Tetap Jalan Meski Sumatera Terendam Bencana, PT Pos Indonesia Pastikan Penyaluran Aman
-
KPK Pertimbangkan Lakukan Eksekusi Sebelum Bebaskan Eks Dirut ASDP Ira Puspadewi, Ini Penjelasannya
-
Francine PSI Tagih Janji Pramono: kalau Saja Ada CCTV yang Memadai, Mungkin Nasib Alvaro Beda
-
Rano Karno: JIS Siap Hidup Lagi, Pemprov DKI Benahi Akses dan Fasilitas Pendukung
-
KPK Sudah Terima Surat Keppres Rehabilitasi, Eks Dirut ASDP Ira Puspadewi dan Rekan Segera Bebas
-
Mulai 2026, Periksa Kehamilan Wajib 8 Kali: Cara Pemerintah Turunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi