Suara.com - Tragedi Kanjuruhan memang menyimpan duka mendalam bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama bagi keluarga korban.
Duka atas tragedi Kanjuruhan juga dirasakan oleh M. Munif, seorang bapak yang kehilangan putrinya usai pamit nonton laga Arema dan Persebaya itu.
Munif mulanya mengizinkan putrinya menonton sepakbola untuk yang pertama kali. Dia pikir, jika sudah memiliki tiket sang putri akan dijamin keselamatannya oleh petugas keamanan.
"Anak saya sudah punya tiket, itu harusnya dia aman. Tapi lain pas di lapangan, justru anak saya meninggal, meninggalnya anak saya karena serangan gas air mata," ujar Munif dalam perbincangan di TV One.
Dia menyatakan adanya penembakan gas air mata ke tribun penonton yang notabene dalam situasi yang masih kondusif.
"Yang saya tahu kan enggak boleh ada gas air mata. Suporter bawa korek aja enggak boleh kenapa aparat bisa masukin gas air mata," kata Munif.
"Apa itu diperbolehkan apakah itu kesengajaan mau bunuh suporter Arema termasuk anak saya," tambahnya.
Lebih lanjut dia merasa anaknya sebagai korban pembunuhan tim pengamanan yang tak lain adalah aparat kepolisian dan tentara.
"Yang jelas anak saya ini bukan mati karena apa, ini jelas-jelas dibunuh anak saya sama keamanan di lapangan, padahal aparat harusnya melindungi bukan untuk membunuh kenapa harus begitu jadinya," kata Munif.
Baca Juga: Ini Daftar dan Identitas Lengkap Korban Meninggal dan Luka Tragedi Kanjuruhan Malang
"Jelas-jelas itu anak saya kena tembakan gas air mata itu fakor utamanya seharunya enggak perlu kan," tambahnya.
Munif menyebutkan bahwa jika ada aparat yang datang ke rumahnya dia sama sekali tak akan menerima permintaan maaf mereka.
Dia juga menyebutkan bahwa sebelum ada pengurus yang becus sepak bola lebih baik olahraga tersebut dihapus saja.
"Saya sudah enggak suka lagi sama sepak bola Indonesia, hapuslah sepak bola Indonesia, enggak ada gunanya enggak ada yang becus buat pengamanan suporter," tutupnya.
Tragedi Kanjuruhan sendiri hingga Senin (3/10/2022) tercatat 174 suporter meninggal dunia. Dua di antara korban adalah anggota Polri yang tengah melakukan pengamanan. Adapun 448 suporter lain masih menjalani perawatan di rumah sakit.
Selain menimbulkan banyak korban jiwa, insiden itu juga mengakibatkan 13 mobil rusak, 10 mobil di antaranya adalah mobi dinas Polri, dan sisanya mobil pribadi.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
-
Dampingi Presiden, Bahlil Ungkap BBM hingga Listrik di Sumbar Tertangani Pasca-Bencana
-
UPDATE Klasemen SEA Games 2025: Indonesia Selangkah Lagi Kunci Runner-up
Terkini
-
Jawab Desakan Status Bencana Nasional, Seskab Teddy: Pemerintah All Out Tangani Bencana Sumatra
-
Pramono Anung: UMP Jakarta 2026 Sedang Dibahas di Luar Balai Kota
-
Bantah Tudingan Pemerintah Lambat, Seskab Teddy: Kami Sudah Bergerak di Detik Pertama Tanpa Kamera
-
Jelang Mudik Nataru, Pelabuhan Bakauheni Mulai Dipadati Pemudik
-
Bupati Bekasi Diciduk KPK, Pesta Suap Proyek Terbongkar di Pengujung Tahun?
-
KPK Ungkap Ada Pihak yang Berupaya Melarikan Diri pada OTT di Kalsel
-
Mengapa Cara Prabowo Tangani Bencana Begitu Beda dengan Zaman SBY? Ini Perbandingannya
-
Anak SD Diduga Bunuh Ibu di Medan: Kejanggalan Kasus dan Mengapa Polisi Sangat Berhati-hati
-
OTT KPK di Bekasi: Bupati Ade Kuswara Diduga Terima Suap Proyek
-
Roy Suryo Klaim Ijazah Jokowi Tetap Palsu Usai Gelar Perkara Khusus