Suara.com - Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI menolak usulan Amerika Serikat (AS) untuk menggelar debat terkait perilaku China terhadap muslim Uighur di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Alasannya, karena tak ingin adanya politisasi.
"Mengapa kita posisi menolak? Adalah karena kita tidak ingin adanya politisasi Dewan HAM yang digunakan untuk tujuan-tujuan yang terkait, misalnya dengan rivalitas politik," kata Direktur Hak Asasi Manusia dan Kemanusiaan Kemlu RI, Achsanul Habib dalam keterangannya, Sabtu (8/10/2022).
Terpisah, pada seminar bertajuk 'Politisasi Xinjiang: Kasus Propaganda Hitam Amerika di Negara-negara Muslim dalam Menekan China', Direktur Indonesia Muslim Crisis Centre (IMCC) Robi Sugara menyebut China kekinian menjadi target serangan teror salah satunya akibat politisasi Xinjiang.
"Dalam konteks Xinjiang, mereka merekayasa muslim Uighur di China seakan-akan didzolimi oleh pemerintah China. Selanjutnya, para teroris menarget China sebagai serangan teroris," ungkap Robi.
Robi berpandangan hal terpenting yang perlu ditekankan yakni bagaimana masyarakat muslim jangan sampai dijadikan proxy war.
"Yang saya tekankan adalah dari seminar ini, jangan ada lagi kita masyarakat muslim dijadikan proxy war," katanya.
Di sisi lain, pengamat politik Internasional sekaligus Direktur Sino-Nusantara Institute, Ahmad Syaifudin Zuhri mengungkap, dari 47 negara anggota PBB, yang setuju dilakukan debat terkait perilaku China terhadap muslim Uighur hanya berjumlah 17 negara.
"Sedangkan yang menolak, pada dasarnya bukan negara Barat berjumlah 19 negara. Kemudian, 11 negara lainnya menyatakan abstain," imbuhnya.
Baca Juga: China Dituduh Lakukan Pelanggaran HAM Serius Atas Etnik Uighur di Xinjiang
Berita Terkait
-
China Dituduh Lakukan Pelanggaran HAM Serius Atas Etnik Uighur di Xinjiang
-
China Hancurkan Masjid sampai Makam Muslim Uighur di Xinjiang, Itu Merupakan Pernyataan Resmi PBB
-
Komisioner Tinggi HAM PBB Desak China Tinjau Kebijakan Kontra Terorisme, Dampaknya Terhadap Muslim Uighur
-
Miliarder AS Sebut Tak Ada Satupun Pihak Peduli dengan Pelanggaran HAM China Terhadap Etnis Uyghur
-
Kesaksian Warga Muslim Uighur yang Disiksa China: Saya Diikat dan Dipukuli hingga Pingsan
Terpopuler
- Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
- 6 HP Snapdragon dengan RAM 8 GB Paling Murah, Lancar untuk Gaming dan Multitasking Intens
- 8 Mobil Kecil Bekas Terkenal Irit BBM dan Nyaman, Terbaik buat Harian
- 7 Rekomendasi Parfum Lokal Aroma Citrus yang Segar, Tahan Lama dan Anti Bau Keringat
- 5 Rekomendasi Moisturizer Korea untuk Mencerahkan Wajah, Bisa Bantu Atasi Flek Hitam
Pilihan
-
Keuangan WIKA 'Berlumur Darah' Imbas Whoosh, Bosnya Pasrah Merugi
-
Respons Berkelas Dean James usai Bikin Gol Spektakuler ke Gawang Feyenoord
-
Pahitnya Niat Baik: Guru Dipecat Karena Kumpulkan Rp20 Ribu untuk Gaji Honorer
-
Pemerintah Mau 'Bebaskan' Reynhard Sinaga, Predator Seksual Terkejam di Sejarah Inggris
-
Bahlil soal Izin Tambang di Raja Ampat : Barang Ini Ada, Sebelum Saya Ada di Muka Bumi!
Terkini
-
Greenpeace Ingatkan Pemerintah: COP30 Jangan Jadi Panggung Retorika Iklim
-
KemenPPPA: Perilaku Gus Elham Bisa Masuk Kategori Pidana Kekerasan Terhadap Anak
-
Kepala BGN: Program MBG Penyumbang Terbesar Keracunan Pangan Nasional
-
Rasa dan Kualitas Makanan Jadi Keluhan Utama Anak soal Program Makan Bergizi Gratis
-
Jejak Kudeta Gagal Yoon Suk Yeol Terungkap, Kepala Inteljen Korea Selatan Ditangkap!
-
Adik JK Minta Pemeriksaan Kasus Korupsi Rp1,35 Triliun PLTU Kalbar Ditunda, Kenapa?
-
Anak-anak Nilai Program Makan Bergizi Gratis Bikin Hemat Uang Jajan
-
PSI Kritik Pemprov DKI Hanya Ringankan Pajak BPHTB: Harusnya Sekalian Gratis...
-
Refly Harun Pasang Badan Selamatkan Roy Suryo Cs: Kasus Ijazah Jokowi Tak Layak Diproses!
-
Komisi I DPR Usul Indonesia Tiru Kebijakan China, Influencer Harus Punya Sertifikat Profesi