Suara.com - Keraton Solo sedang menjadi sorotam akhir-akhir ini karena keributan yang terjadi pada Jumat (23/12/2022) lalu. Terjadi bentrokan antara kubu Sasonoputro mengatasnamakan Raja Keraton Solo, SISKS Pakubuwono (PB) XIII Hangabehi dengan kubu Lembaga Dewan Adat (LDA). Bentrok mengakibatkan beberapa orang luka-lika. Alhasil, peristiwa ini membuat warga mengingat kembali sejarah perebutan tahta Keraton Solo. Seperti apa? Simak infonya di bawah ini.
Sejarah perebutan tahta Keraton Solo
Perebutan tahta keraton solo dimulai ketika Raja Kasunanan Surakarta Hadiningrat bergelar Pakubuwono XII wafat pada 12 Juni 2004. Raja tidak menunjuk seorang putra sebagai penerusnya. Ia tidak memiliki permaisuri dan tidak memilih salah satu putra dari selirnya untuk menjadi putra mahkota. Konflik pun terjadi di antara anak-anak yang berbeda ibu dengan kedudukan selir tersebut.
Setelah Raja wafat, putra tertua yakni Sinuhun Hangabehi mendeklarasikan diri menjadi raja pada 31 Agustus 2004. Ia bertahta di dalam keraton. Ia mendapatkan dukungan dari saudara satu ibunya, termasuk Gusti Kanjeng Ratu Wandansari alias Gusti Moeng. Akan tetapi, muncul juga Sinuhun Tedjowulan yang mendeklarasikan diri sebagai raja pada 9 November 2004 dan bertahta di luar keraton. Ia didukung oleh saudara-saudaranya yang menilai Sinuhun Tedjowulan lebih pantas memimpin Kasunanan Solo.
Sempat damai
Konflik tersebut sempat teredam ketika Wali Kota Solo pada masanya, yakni Joko Widodo dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Mooryati Soedibyo mengupayakan damai di antara dua kubu putra Keraton Solo tersebut di Jakarta. Rekonsiliasi perdamaian terjadi pada tahun 2012. Di antara Sinuhun Hangabehi dan Sinuhun Tedjowulan terjadi kesepakatan yang berbunyi:
- Sinuhun Hangabehi sebagai putra tertua Raja Kasunan Surakarta menjadi raja dengan gelar Sunan Pakubuwono XIII.
- Sinuhun Tedjowulan menjadi Mahapatih dengan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Panembahan Agung.
Akan tetapi, rekonsiliasi tersebut tidak disetujui oleh Gusti Moeng dan saudara-saudaranya. Mereka pun mendirikan
Lembaga Dewan Adat (LDA) yang terdiri atas adik dan anak keturunan raja. Lembaga tersebut diketuai oleh Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Wandansari atau Gusti Moeng.
Perseteruan kembali memanas
Peristiwa rekonsiliasi antara Sinuhun Hangabehi dan Tedjowulan, ternyata justru memicu perseteruan yang lebih buruk.
Keduanya yang telah bersatu menjadi sama-sama tak bisa memasuki area Sewaka Keraton Solo. Pihak LDA menutup akses raja menuju gedung utama.
Baca Juga: Kraton Solo: Gabung NKRI, Keraton Surakarta Banyak Kehilangan Aset dan Sumber Dana
Perseteruan pun kembali memanas pada tahun 2017. Pada waktu itu, Jokowi yang sudah terpilih sebagai Presiden mengutus Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) Jenderal TNI (Purn) Subayo Hadisiswoyo untuk melakukan upaya perdamaian kembali di antara kedua kubu di Keraton Solo. Akan tetapi, usaha tersebut gagal.
Konflik semakin memuncak, sampai pada Februari 2021, setidaknya perseteruan tersebut telah mengakibatkan lima orang termasuk anak keturunan Sinuhun Hangabehi terkurung di istana. Terbaru, pada Jum'at, 23 Desember 2022, terjadi bentrok sampai empat orang dilarikan ke Rumah Sakit.
Ringkasan kondisi Keraton Solo selama sepekan
Berikut beberapa kejadian yang menyebabkan situasi di Solo memanas dan menjadi pusat perhatian nasional.
- Diduga GKR Timoer Rumbai Kusuma Dewayani melakukan penganiayaan terhadap seorang sentana dalem. Hal ini sudah dilaporkan ke kepolisian dan sedang dalam penyelidikan.
- Putri Sri Susuhunan Pakubuwono XIII, GRAy Devi Lelyana Dewi melaporkan barang-barang pribadi dan koleksi berharga ratusan juta sudah dicuri.
- Kubu Sasonoputro atas nama Raja Keraton SOlo SISKS Pakubuwono XII Hangabehi bentrok dengan Lembaga Dewan Adat (LDA).
Kontributor : Mutaya Saroh
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Mobil Bekas 50 Jutaan Muat 7-9 Orang, Nyaman Angkut Rombongan
- Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
- Daftar Mobil Bekas yang Harganya Paling Stabil di Pasaran
- 7 Parfum Wangi Bayi untuk Orang Dewasa: Segar Tahan Lama, Mulai Rp35 Ribuan Saja
- 3 Pelatih Kelas Dunia yang Tolak Pinangan Timnas Indonesia
Pilihan
-
Zahaby Gholy Starter! Ini Susunan Pemain Timnas Indonesia U-17 vs Honduras
-
Tinggal Klik! Ini Link Live Streaming Timnas Indonesia U-17 vs Honduras
-
Siapa Justen Kranthove? Eks Leicester City Keturunan Indonesia Rekan Marselino Ferdinan
-
Menko Airlangga Ungkap Dampak Rencana Purbaya Mau Ubah Rp1.000 Jadi Rp1
-
Modal Tambahan Garuda dari Danantara Dipangkas, Rencana Ekspansi Armada Kandas
Terkini
-
Pramono Anung Usul Revitalisasi Kota Tua dan Pembangunan RS Internasional Sumber Waras Masuk PSN
-
Buntut Rumah Hakim Dibakar, Jaksa KPK di Medan Kini Dikawal Ketat Selama Sidang Korupsi PUPR Sumut
-
Tak Ingin Insiden SMA 72 Terulang, Gubernur Pramono Tegaskan Setop Praktik Bullying di Sekolah
-
DPR Dukung BGN Tutup Dapur SPPG Penyebab Keracunan MBG: Keselamatan Anak-anak Prioritas Utama
-
BMKG Peringatkan Potensi Cuaca Ekstrem Selama Seminggu, Jakarta Hujan Lebat dan Angin Kencang
-
Setelah Gelar Pahlawan, Kisah Soeharto, Gus Dur, hingga Marsinah akan Dibukukan Pemerintah
-
Dari Kelapa Gading ke Senayan: Ledakan SMA 72 Jakarta Picu Perdebatan Pemblokiran Game Kekerasan
-
Terungkap! Terduga Pelaku Bom SMA 72 Jakarta Bertindak Sendiri, Polisi Dalami Latar Belakang
-
Skandal Terlupakan? Sepatu Kets asal Banten Terpapar Radioaktif Jauh Sebelum Kasus Udang Mencuat
-
GeoDipa Dorong Budaya Transformasi Berkelanjutan: Perubahan Harus Dimulai dari Mindset